TIGA PULUH SEMBILAN

510 110 407
                                    

Dira hanya diam mendengar pernyataan Veo yang minta maaf karena hari itu.

"Lo tau kalo bu Evana sakit?" tanya Dira menatap pohon pinus di depannya.

Veo menghela napasnya. "Bu Evana butuh waktu untuk nenangin dirinya."

Dira menoleh ke Veo. "Maksud lo?"

Veo menatap mata Dira yang penuh dengan rasa penasaran. Ia tersenyum tipis. Hal itu membuat Dira kebingungan.

"Bu Evana baru tau kalo anaknya udah meninggal."

Dira membelalakkan matanya. Ia menutup mulutnya tak percaya. Bahkan sangat terkejut dengan ucapan Veo.

Kenapa ia sampai tidak tahu dengan berita besar seperti ini? Tetapi semua guru tampak tenang seperti biasa.

Dira menurunkan tangannya. "Kapan meninggalnya?" tanyanya hati-hati.

Veo mengalihkan pandangannya. "Udah lama."

Dira semakin tidak mengerti dengan ucapan Veo.

"Lo pengen ketemu bu Evana?" tanya Veo kembali menatap Dira yang masih terkejut.

Dira berpikir sejenak. Apakah ia harus bertemu bu Evana? Apakah ia tidak mengganggunya?

"Lo pasti penasaran juga," tambah Veo.

"Ada apa sih sebenarnya?" tanya Dira yang masih tidak mengerti.

Merasa tidak ada jawaban dari Veo, Dira bangkit dari duduknya. "Gue kesana sendiri."

Baru saja Dira akan menaiki sepedanya, tetapi pergelangan tangannya di cekal oleh Veo.

"Gue anter."

Dira menatap Veo. Tunggu, kenapa ia melihat raut wajah Veo seperti sedih. Apakah kali ini ia membuat kesalahan lagi. Sungguh Dira tidak mengerti apa yang terjadi saat ini.

Ia berusaha melepaskan tangannya, tetapi tidak bisa.

"Gue anter."

Dira menatap Veo penuh keyakinan. "Lepasin."

Veo perlahan melepaskan cekalannya. Ia melihat pergelangan tangan gadis itu merah karena kuatnya cekalannya.

Dira mengangkat rendah tangannya. Ia melihat pergelangan tangannya merah.

Dira menyorot tajam Veo. "Gue ga suka di paksa."

Setelah mengucapkan hal itu, Dira menaiki sepedanya dan meninggalkan Veo yang masih berdiri di tempatnya.

Veo hanya menatap kepergian Dira. Apakah Dira juga akan tahu soal Ashila? Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari menuju parkiran dan menaiki motornya menuju rumah bu Evana.

*****

Dira berhenti tepat di depan gerbang bercat biru.

"Non Dira, muridnya bu Evana?" tanya pria paruh baya menggunakan kaos hitam dan celana boxer cokelat.

Dira mengerjapkan matanya berkali-kali. Bagaiman bapak ini bisa tahu? Tanpa pikir panjang, Dira langsung tersenyum tipis dan mengangguk.

Perlahan, pria itu membukakan gerbangnya untuk Dira.

"Bu Evana ada di dalam," ucap pria itu sambil tersenyum ramah ke Dira.

"Iya, pak. Makasih."

Dira langsung menaiki sepedanya seraya menatap rumah bergaya villa yang ada di depannya saat ini.

Dira memarkirkan sepedanya di halaman rumah bu Evana. Ia segera turun dari sepedanya.

Baru saja ia akan mengetuk pintunya. Tetapi ia di kejutkan dengan suara motor. Dira langsung menoleh ke belakang.

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang