ENAM PULUH SEMBILAN

183 86 407
                                    

Setelah berpamitan ke Farel, Devan segera menaiki mobilnya dan bergegas meninggalkan pekarangan rumah Veo.

Pikirannya bercampur aduk menjadi satu, bagaimana bisa orang tuanya berbohong selama ini. Kenapa mereka berbohong kepadanya.

Tujuannya saat ini yaitu menjemput Mitha, sang mama yang berada di rumah temannya.

Dari kejauhan, Devan melihat sang mama berdiri di depan gerbang rumah temannya. Ia segera menepikan mobilnya dan Mitha langsung masuk.

"Mama nunggu lama?" tanya Devan sebelum menyalakan mesin mobilnya.

Mitha menggeleng pelan dan tersenyum. "Lima menitan."

Devan mengangguk singkat lalu menyalakan mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan sedang.

Devan yang biasanya sering berbicara di dalam mobil, kini hanya diam dalam pikirannya.

Sedangkan Mitha juga memilih berkutat dengan ponselnya. Membalas obrolan grup arisannya.

*****

"Ma," panggil Devan.

Mitha yang sibuk memilih baju langsung menoleh dan tersenyum.

"Masih lama?"

Mitha melihat beberapa paper bag di kedu tangan putranya. Ia menatap wajah Devan yang sepertinya lelah dan sudah bosan.

"Kamu laper?"

Devan menggeleng.

"Pengen apa?"

"Pulang."

Setelah mengucapkan hal itu, Devan berjalan mendahului sang mama. Mitha terkejut dengan perilaku Devan.

Tanpa berlama-lama, Mitha segera menuju kasir dan membayar belanjanya.

Perjalanan kurang lebih lima belas menit untuk sampai di rumah.

"Kamu kenapa, sayang?"

"Nggak papa."

"Mama kelamaan belanja, ya?"

Devan menggeleng. Pandangannya masih menatap lurus ke depan.

"Kamu ada masalah? Bertengkar?"

Devan kembali menggeleng.

Devan berhenti sejenak karena lampu merah. Kemudian ia menatap sang mama yang juga menatapnya.

"Devan pengen tanya sesuatu yang penting ke mama dan papa nanti."

*****

"Kamu mau tanya apa, nak?" tanya Andre, papanya Devan.

Orang tua dengan satu anak ini duduk di ruang keluarga. Ini merupakan sebuah keberuntungan juga baginya. Karena Andre pulang sore hari, karena biasanya hingga larut malam.

Devan menghela napasnya. "Papa sama mama jawab jujur."

Andre dan Mitha saling berpandangan tidak mengerti dan memilih diam.

"Siapa nama adik perempuan Devan?"

Degh

Mitha membelalakkan matanya tak percaya. Begitu juga dengan Andre yang sedikit terkejut.

"Kita bel--,"

"Devan ngga butuh alasan. Devan butuh jawaban dan kebenaran yang sebenarnya," potong Devan.

Andre dan Mitha diam. Bingung harus menjawab dan menjelaskan apa.

"Kenapa bohong? Kenapa pa--,"

"Eldira Alicely," potong Mitha dengan cepat.

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang