"Serius Veo gabung AlkalinZe?" tanya Levy dengan antusias.
Bella menutup bukunya. "Ga percaya gue. Anak sepintar Veo gabung sama AlkalinZe."
Alexa memutar bola matanya."Kalo ga percaya ayo ikut gue ke kantin."
Tanpa pikir panjang, Bella dan Levy segera mengikuti ajakan Alexa. Ketiganya berjalan di koridor kelas menuju kantin.
Pandangan Alexa berhenti tepat pada segerombol pemuda yang duduk di bangku pojok.
"Tuh," tunjuk Alexa dengan jarinya.
Bella dan Levy mengikuti arah tunjuk Alexa. Kedua sahabat Alexa itu saling menatap tak percaya.
"Masih mau ngomong kalo gue bohong?" protes Alexa dengan tangan yang bersendekap.
Bella segera menggandeng lengan gadis itu. "Ngga, kita percaya kok."
Mereka memilih untuk di kantin sembari menunggu bel masuk. Ketiga gadis itu duduk di deretan bangku kiri depan sendiri.
"Kenapa ya Veo gabung AlkalinZe?" tanya Alexa menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Mana gue tau," jawab Bella seraya merapikan poninya.
"Gue juga gatau," timpal Levy.
Alexa terus memperhatikan gerombolan pemuda itu. Lebih tepatnya Veo yang beberapa hari ini menyita perhatiannya.
"Jangan di liatin mulu dong princess," celetuk Bella.
"Apaan sih," sewot Alexa.
Levy menyandingkan kursinya lebih dekat dengan Alexa.
"Katanya lo suka sama Veo. Deketin sana," terang Levy.
"Iya tuh. Masa iya Veo ga tertarik sama cewe cantik kayak lo," tambah Bella.
Alexa hanya diam tak menanggapi kedua sahabatnya.
Alexa menyeringai. Ia merangkul kedua sahabatnya. "Bantu gue dapetin hati Veo."
Bella dan Levy tersenyum penuh kemenangan atas permintaan Alexa. Selang beberapa menit, suar bel berbunyi nyaring. Ketiganya segera meninggalkan kantin menuju kelas.
*****
"Bye Dira," ucap Elly dan Carla dengan melambaikan tangannya.
"Bye, hati-hati."
Sepeninggal kedua sahabatnya, Dira segera menuju ruang latihan.
"Halo bu," sapa Dira yang baru masuk.
Bu Evana tersenyum melihat kedatangan Dira.
Dira berjalan menuju bu Evana yang duduk di bangku depan.
"Langsung bu?" tanya Dira
"Iya," jawab bu Evana dengan tersenyum.
Dira menghampiri piano dan segera duduk. Tak lupa ia meletakkan tas sekolah di sebelahnya.
Perlahan Dira menekan tuts pianonya. Sura melodi mulai menggema di ruangan itu. Bu Evana juga tampak sangat menikmati alunan melodi Dira.
Pandangan bu Evana tertuju pada Dira yang sangat lihai memainkan pianonya. Senyuman bu Evana terlihat jelas saat melihat gadis itu bermain piano.
Lagi-lagi air mata bu Evana terjun bebas. Tentunya tanpa sepengetahuan Dira. Dengan cepat, bu Evana segera menyekanya dengan kedua tangan.
"Gimana bu?" tanya Dira yang sudah selesai.
Bu Evana berdiri dan menghampiri Dira. "Ada sedikit tempo yang kurang pas di bagian akhir."
Dira mengangguk paham. Ia segera memainkan pianonya kembali. Kurang lebih sepuluh menit selesai. Bu Evana segera memberikan arahan kepada Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...