TUJUH PULUH

169 83 356
                                    

SMA Garuda pagi ini sangat ramai sekali. Tidak seperti biasanya. Hampir seluruh siswa berada di halaman dan koridor untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara itu, pak Rehan selaku kesiswaan, kepala sekolah dan beberapa guru juga tampak sedang mengobrol.

Yang menjadi pagi ini sangat ricuh yaitu obrolan guru bersama tiga polisi saat ini. Tentunya hal ini memancing banyak pertanyaan dari siswanya.

"Immanuel Leo?" tanya kepala sekolah SMA Garuda itu sekali lagi.

Beberapa guru juga tidak percaya dengan apa yang di dengarnya baru saja. Seorang troublemaker SMA Garuda membunuh sahabatnya secara tidak langsung.

"Yang kita katakan ini merupakan fakta. Kami juga mendapatkan banyak bukti terkait insiden ini. Kami membutuhkan satu atau dua perwakilan guru untuk ikut bersama kami nanti, terutama untuk mengikuti persidangan," jelas Bagaskara selalu ketua umum.

Pak Rehan selaku guru kesiswaan menghadap kepala sekolah. "Biar saya dan bu Yasmin saja, pak."

Anggara selaku kepala sekolah SMA Garuda hanya bisa memijit pelipisnya saat ini. Rasa terkejutnya benar-benar di luar kendalinya.

Emosi, penasaran, kecewa. Semuanya menjadi satu. Bagaimana bisa ia memiliki siswa dengan catatan pembunuhan.

"Immanuel Leo saya percayakan kepada kalian berdua," tutur pak Anggara.

Pak Anggara sendiri memang sudah sangat pusing sejak pertama kali kehadiran Leo di sekolah ini karena kenakalannya dan perilakunya yang selalu menjadi-jadi.

Di samping itu, pemuda itulah yang menjadi most wanted di SMA Garuda ini karena ketampanannya. Walupun notabennya adalah seorang troublemaker, tetapi banyak siswi yang tertarik untuk bersekolah di sana.

Mendengar intruksi sang kepala sekolah, pak Rehan dan bu Yasmin mengangguk sebagai jawaban. Keduanya tidak ingin kepala sekolahnya itu ikut pusing memikirkan masalah seperti ini.

Apalagi guru yang tahu tentang keburukan Leo hanyalah mereka berdua.

"Untuk ujian Leo bagaimana nantinya?" tanya salah satu guru wanita.

"Biar nanti dia ikut ujian susulan secara tertutup," jawab pak Anggara yang sebenarnya sangat kecewa dan berat hati.

Guru wanita itu hanya mengangguk.

"Mohon maaf pak, jadi Leo ini di keluarkan?" timpal guru pria yang berdiri di sebelah pak Rehan.

Pak Rehan yang melihat raut wajah kebingungan pak Anggara langsung angkat bicara.

"Catatan sementara iya. Tapi Leo tetap akan mengikuti ujian akhir. Mengingat dia sudah kelas tiga," jelas pak Rehan.

Guru pria itu mengangguk paham.

"Baik, untuk diskusi lanjut bisa di lanjutkan nanti. Kami sementara akan membawa Leo terlebih dahulu," ucap Irwanto selaku asisten.

Baik pak Rehan maupun bu Yasmin langsung mencari keberadaan Leo.

*****

Hari yang di tunggu-tunggu Leo akhirnya tiba juga. Hari di mana ia harus meninggalkan sekolah ini.

Leo berjalan gontai di dampingi pak Rehan dan bu Yasmin di kanan-kirinya. Banyak pasang mata yang melihat Leo dengan tatapan kecewa dan penuh pertanyaan.

Tapi bagi Leo, sudah sepantasnya ia mendapatkan karmanya. Sedangkan di belakangnya, ada Aldo dan Bara yang selalu setia mendampingi kemanapun Leo pergi.

"Gue kecewa banget sama kak Leo,"

"Tega banget bunuh sahabat sendiri walaupun ga langsung,"

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang