"Dira," panggil Elly yang berdiri di depan menghapus papan tulis.
Dira menoleh ke Elly. "Apa?"
"Kafe yuk," ajak Elly.
Carla yang menutup jendela kelas langsung menoleh dengan antusias.
"Boleh tuh Ly. Ini tuh sebagai ucapan selamat buat lo," sahut Carla.
Dira hanya diam tak merespon.
"Kita yang traktir deh," bujuk Elly.
Dira tersenyum lebar. "Oke, setuju."
Saat ini, ketiga gadis itu berjalan di halaman. Dira menghampiri sepedanya. Ia menoleh ke belakang, memperhatikan Elly dan Carla dengan tatapan bertanya.
"Kenapa masih di sini?" lontar Dira.
"Kita barengan ke kafenya," ucap Elly tersenyum kuda.
Dira memijat pelipisnya. "Gapapa?"
Carla memukul pelan lengan Dira. "Gapapa lah. Mumpung kita lagi pengen jalan kaki."
"Sini, biar gue yang bawa sepeda lo," pinta Elly lalu menuntun sepeda Dira meninggalkan sekolah.
Ketiganya saat ini berjalan di trotoar jalan raya. Cuaca siang ini tidak panas. Perjalanan ke kafe juga hanya membutuhkan waktu lima menit saja dari sekolah.
Hingga akhirnya mereka sampai di kafe itu. Setelah memarkirkan sepeda, ketiga gadis itu langsung masuk ke dalam dan duduk di meja nomor empat.
"Bagus interiornya," puji Dira seraya melihat sekelilingnya.
Kafe ini merupakan tongkrongan para remaja. Biasanya pulang sekolah, kafe ini ramai oleh mereka. Seperti saat ini, pengunjung kafe di dominasi oleh remaja SMA.
"Lo kok bisa tau ada kafe estetik gini?" tanya Carla.
Elly tersenyum tipis. "Di kasih tau kak Deby."
Dira dan Carla hanya mengangguk. Tidak salah lagi. Memang benar kakaknya Elly sangat menyukai tempat-tempat yang estetik. Bahkan kamarnya saja di desain se-estetik mungkin.
*****
Ketiganya sudah memesan. Tinggal menunggu saja. Sesuai janji Elly dan Carla, Dira di traktir oleh mereka. Sebenarnya Dira sudah menolaknya, tapi apa boleh buat jika kedua sahabatnya itu terus memaksanya.
"Lo istirahat tadi kemana?" tanya Carla penasaran.
Elly yang sedari tadi bermain ponsel, kini ia letakkan.
"Iya, kemana coba? Ketemu AlkalinZe?" tebak Carla.
"Iya, di rooftop."
Dira sebenarnya enggan bercerita masalah ini kepada keduanya. Ia takut Elly dan Carla tidak percaya dengan apa yang membuat ia penasaran.
Dira menarik napasnya lalu memilih untuk menceritakan persoalan kematian Bondan hingga box hitam yang di simpan kakaknya.
Bagaimana reaksi sahabat Dira? Tentu saja tidak menyangk. Apalagi kasus kematian Bondan sudah di tutup.
Dira menghentikan ceritanya ketika dua pelayan pria datang ke mejanya.
"Makasih," jawab ketiganya kompak. Dua pelayan itu mengangguk dan tersenyum tipis.
"Ayo, di makan. Kata kak Deby dessert di sini tuh enak," terang Elly.
"Serius?" tanya Dira.
"Lo udah pernah ke sini Sebelumnya?" tanya Carla ingin tahu.
"Pernah, tapi gue ga pesen dessert nya. Kak Deby doang yang pesen, katanya enak," jelas Elly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...