ENAM PULUH TUJUH

211 92 382
                                    

Di sinilah mereka sekarang. Berdiri di pinggiran jembatan yang menampilkan gemerlap lampu kota Bandung.

Jembatan Flourin. Jembatan yang sangat terkenal dan populer di kota Bandung inilah yang menjadi tempat Leo dan Dira berdiri saat ini.

Satu-satunya jembatan yang menjadi tempat favorit Dira meluapkan segala keluh kesahnya.

"Mau ngomong apa?" tanya Dira membuka percakapan.
Pandangannya masih lurus. Kedua tangannya ia masukkan ke saku jaketnya.

Leo menghembuskan napasnya. "Jembatan favorit lo."

Dira menoleh ke samping. Memperhatikan Leo. Memperhatikan raut wajah yang terlihat sangat berbeda dari biasanya.

"Emosi dan sedih lo hilang ketika berdiri di sini," ucap Leo sambil tersenyum tipis.

Dira masih diam. Mencoba mencerna apa yang sebenarnya di katakan oleh pemuda itu.

"Beda sama gue. Gue selalu ke klub atupun balapan," lanjut Leo tersenyum kecut.

Leo menghadap ke Dira. Ia menatap gadis itu amat dalam. Rasanya seperti tidak ingin kehilangan ataupun berpisah.

"Gue rasa lo udah mutusin," ungkap Leo.

Dira terperanjat. Ia langsung paham apa yang di bicarakan oleh Leo.

"Soal?"

"Soal gue kedepannya. Harus sembunyi atau nyerah," jawab Leo tenang.

Mendengar hal itu, Dira segera menghadap Leo. Menatap pemuda yang juga menatapnya. Ia sangat tahu pembicaraan ini mengarah kemana.

"Apa keputusan gue?" tanya Dira memastikan.

"Laporin gue, right?"

Dira hany diam tak menjawab. Memang benar apa yang di katakan oleh Leo. Itulah keputusan dan jawaban Dira, melaporkan Leo ke kantor polisi dengan bu Yasmin sebagai saksinya.

"Gue baru tau kalo lo ternyata pinter," jawab Dira.

Leo terkekeh pelan mendengar jawaban Dira. Yang artinya keputusan Dira memang benar adanya. Ia kembali menatap pemandangan di depannya.

"Bohong kalo gue ngga merindukan ibu saat ini," terang Leo.

Dira memperhatikan Leo dari samping. Di balik sifat dingin, kasar dan kejamnya masih terbesit rasa menyesal yang mendalam.

Leo kembali menghadap Dira. Tatapannya berubah sendu tapi serius. Siapapun yang melihatnya pasti akan terbawa di dalamnya.

Dira menoleh menatap Leo. Kedua mata yang mengandung kebohongan perlahan menjadi kejujuran.

"Eldira Alicely. Sampai ketemu lagi."

*****

Veo berjalan menyusuri koridor sekolah. Istirahat kali ini ia memutuskan untuk bertemu dengan Dira. Ada yang ingin ia berikan untuk gadis itu.

Kedua mata Veo langsung menangkap sosok Dira yang berjalan keluar kelas bersama kedua sahabatnya.

"Ikut gue ke taman belakang sekolah," pinta Veo yang berdiri di hadapan Dira.

Setelah mengucapkan hal itu, Veo berjalan mendahului gadis itu.

Dira terkejut melihat Veo yang sepertinya ingin berbicara penting dengannya.

"Kalian duluan aja," suruh Dira ke Elly dan Carla.

Dira segera menyusul Veo ke taman belakang sekolah.

Sedangkan Veo, pemuda itu berdiri dengan membawa paper bag di tangannya. Siapapun pasti mengira itu adalah sesuatu yang di berikan Veo khusus untuk Dira.

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang