DELAPAN

909 178 155
                                    

Cklek

Semua murid kelas XII IPS 1 menoleh. Mereka sama sekali tidak heran ataupun terkejut bila yang datang adalah sang troublemaker, Leo.

Rambut acak-acakan, baju tidak di masukkan, tidak memakai ikat pinggang, hanya membawa tas kecil yang mampu menampung buku tulis satu, ponsel dan dompet.

Ah jangan lupakan juga kaos kaki berwarna yang sama sekali bukan menunjukkan siswa pelajar SMA Garuda.

Semua pandangan tertuju pada Leo. Begitu juga bu Yasmin.

Bu Yasmin menghentikan pembicaraannya lalu bersendekap dada. "Lagi-lagi kamu terlambat masuk," ucapnya.

Leo hanya memutar bola matanya malas. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

Melihat tak ada ucapan apapun yang keluar dari Leo, Bu Yasmin mempersilahkan untuk duduk.

Seperti biasa, Leo duduk di deretan tengah bangku belakang sendiri.

"Baik, ibu ulangi sekali lagi. Jadi bu Yasmin akan menjadi wali kelas kalian di kelas dua belas ini," tuturnya.

"Pesan ibu cuma satu, jangan pernah membuat masalah jika kalian tidak bisa menyelesaikannya. Alangkah baiknya jika kalian selalu mentaati peraturan sekolah. Mengerti semuanya?" jelas bu Yasmin.

"Mengerti bu," jawab semua muridnya, kecuali Leo.

Leo tahu perkataan wali kelas barunya itu di tujukan untuk dirinya. Tapi Leo tetaplah Leo, pemuda yang bodo amat.

Sudah hampir setengah jam wanita paruh baya itu berbicara. Leo yang merasa bosan memilih tidur dengan tangan sebagai tumpuan di mejanya.

Sampai-sampai ia tak sadar jika sedari tadi ada yang memperhatikannya.

Selalu memperhatikan gerak-gerik Leo.

Selalu penasaran dengan Leo.

Dan selalu ingin tetap berada disini untuk mengetahui apa yang disembunyikan pemuda itu.

*****

Di lapangan basket tersisa tiga remaja yang sedang bermain basket.

Setelah merasa puas dengan shootingnya, ketiganya duduk menepi.

"Udahlah bro, gausah di pikirin," tandas Arlan setelah meneguk setengah botol minumnya.

Veo meletakkan kembali botolnya ke dalam tas.

Ia menoleh ke Arlan. "Gue berusaha ga mikirin, tapi kepikiran,"

"Emang gitu pikiran," sela Kevin.

"Apa," sahut Arlan.

Kevin menepuk bahu kanan Veo. "Kalo ga pengen di pikirin, kepikiran," lanjutnya.

Veo dan Arlan hanya menggelengkan kepalanya.

"Kalian ga ngerasa aneh kenapa polisi tiba-tiba nutup kasusnya?" tanya Veo menyelidik.

"Karena udah ketahuan siapa pelakunya," sahut Kevin

"Salah, karena polisi udah males bahas kasus tabrak lari," timpal Arlan.

"Ngomong sama kalian sama aja ngomong sama anak SMP," terang Veo yang di balas tawa oleh kedua sahabatnya.

"Lo serius mau gabung sama AlkalinZe?" tanya Kevin.

Veo memakai cardigan hitamnya."Siapa yang mau gabung?" tanya Veo.

"Lo," sahut Arlan.

"Kapan gue bilang?" tanya Veo lagi.

"Kan lo sering tanya soal AlkalinZe," timpal Kevin.

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang