Memoar Burung Camar

25 4 1
                                    

Adakah selasa lalu kala kita memutuskan tentang satu hal dan perkara?

Masih fasih ku ingat, Bagaimana aku terduduk lesu membungkuk, sedang kau berlari kecil diatas perihal jika dan seandainya.

Begitupun sebaliknya, mungkin fasih kau ingat, bagaimana kau dan lentik jemari kecil mu itu merayap pada ruang-ruang yang tak seharusnya engkau raba.

Pada rongga hampa yang mungkin dahulu terlalu najis untuk engkau jamah.

Pada waktu-waktu lalu yang mungkin dahulu terlalu berharga untuk sekedar menjadi kita.

Pada ku yang sedari tadi menatap ruang kosong dimana seharusnya kita merangkai memoar tentang rintik hujan pada langit-langit malam?

Tentang debur ombak dan senandung burung camar?

Atau lebih sederhana, tentang bagaimana kita merangkai kisah yang sama sekali tak pernah ada.

-Alif

Lamunan Dua Dini HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang