Petilasan Tiang Bambu

18 0 0
                                    

Sejak ku ramu nafas lirih mu, ku kira hanya ingatan kita yang terbakar.

Tiap kali kudengar, ia tak lebih dari sebuah bara, yang perlahan meredup namun menolak padam.

Tetapi tak apa, setidaknya kini tak perlu sulit susah bagiku untuk merapal bait-bait yang sempat kita ukir di petilasan tiang bambu.

Kepada kita yang sempat seia-sekata.
Tak perlu sulit ku rapal namamu, karena abadi sudah, kita pada tiang bambu.

-Alif

Lamunan Dua Dini HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang