Sejak ku ramu nafas lirih mu, ku kira hanya ingatan kita yang terbakar.
Tiap kali kudengar, ia tak lebih dari sebuah bara, yang perlahan meredup namun menolak padam.
Tetapi tak apa, setidaknya kini tak perlu sulit susah bagiku untuk merapal bait-bait yang sempat kita ukir di petilasan tiang bambu.
Kepada kita yang sempat seia-sekata.
Tak perlu sulit ku rapal namamu, karena abadi sudah, kita pada tiang bambu.-Alif
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamunan Dua Dini Hari
PoetryDirajutnya berbait-bait syair perihal cinta dan benci. Dijadikannya sekat-sekat tinggi dihadapan semesta dan seisinya. Dan kepadanya ia kembali dengan penuh sesak, membawa serpihan perasaan yang dijadikannya api. Dan pula kepada api, ia kembali kep...