Bukankah Janji Itu Indah?

15 2 0
                                    

Selepas bakda maghrib,

Aku duduk termenung pada bongkah batu dipinggir jalan.

Dengan khusyuk ku tatap
Kedua telapak yang memekar,

Tiap-tiap jemari mewakili janji yang sempat ku janjikan pada seorang gadis manis diujung seberang.

Pertama-tama, kedua ibu jari kiri dan kanan perlahan aku lipat,

Keduanya adalah janji yang tampaknya sudah ku ingkari

Disusul oleh kelingking, jari manis, telunjuk, dan jari tengah.

Wah, sial juga ternyata

Baru aku sadar

Ternyata diriku seorang pengingkar.

Tetapi,

Bagaimana bisa ku tepati janji-janji yang ku janjikan dahulu

Jika ia yang ku janjikan sekarang sedang menikmati janji milik pemberi janji-janji yang lebih megah

Daripada janji-janji sederhana yang ku ingat dengan jari-jari memekar selepas bakda maghrib ini

Ah tetap saja aku ini seorang yang ingkar, seharusnya aku tak berjanji pada ia yang memang tak akan mampu aku tepati.

-Alif

Lamunan Dua Dini HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang