Euforia Sementara

71 17 0
                                    

Lalu ku tatap dirinya, melontar senyum kecil kepadaku dengan gaun putih dan gincu merah yang mencolok ditengah keramaian.

Detak ku melamban dan pada tiap detik-detik yang lalu,
satu
dua,
tiga,
dan masih, terus berlalu
Memecah hening saat ku masih, diam dan terpaku

Hingga senyum kecil yang sedari tadi ku tatap,
Berjalan melewati kerumunan tamu,

Dan ia terus melangkah, kepada pria yang tak henti mengagumi senyum indahnya.
Tanpa sedikit pun memalingkan senyum kecil diantara bibir merah itu,

Lampu yang berkilau,
orang-orang berdansa 
orang-orang berdosa
dan aroma champagne yang menyengat.

Ah, benar juga, aku tak seharusnya berdiri menunggumu disini,
Seharusnya ku habiskan malam di luar sana
Mengais sisa-sisa roti tepat dibelakang gedung mewah ini

Namun bagaimana bisa ku beranjak dari sini?
Perempuan ayu diseberang sana sedang menatap ku dengan penuh gairah,
Dan begitu pun mereka, bangsawan dan kesatria yang pula menatap ke arah nya.

Mereka yang berlomba tuk membawa jemari kecil nya ke lantai dansa diseberang sana,

Lalu mengakhiri malam ini dengan kecupan mesra tepat dibibir yang sedang tersenyum kearahku.

Tentu mereka lebih pantas meminang gadis semegah dirinya, dibandingkan aku, yang bahkan tak mampu menghidupi ibu

Lantas
Mengapa aku yang kecil ini, bermimpi meminang nya yang sungguh megah disana, tepat di pelaminan indah yang kami ukir dengan cinta dan dosa

Lantas mengapa aku yang kumuh ini berkhayal tentang kami dan desa kecil di utara?
Dengan nya yang sedang memikul buah cinta,
Sedang ku yang tengah memanen semangka.

Ah aku sadar, mimpi dan khayalan seringkali tak jadi nyata,
Begitu pula tentang kita yang memang seharusnya tiada,
apa lagi bertatap mata seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta

Dan diantara mereka yang sedang berpesta, berdansa, dan tenggelam dalam dosa
Kita hanya euforia sementara.

-Alif

Lamunan Dua Dini HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang