Nenek pertiwi kini duduk diatas kursi roda, berhadapan dengan aspal kering dan pencakar langit yang hendak berbincang pada awan.
Nafasnya sesak, polusi dan emisi di udara tidak mengenal siapa yang bakal jadi korban mereka
Beliau kini sudah terlalu tua, bisa dibilang menginjak masa lansia, sebagian kepala nya sudah gundul, habis ditebang kutu-kutu kecil yang hinggap dan hidup diatas nenek pertiwi
Kutu-kutu ini berkembang biak, bahkan mendirikan peradaban kecil disela-sela kulit nenek yang kini tandus nan kering
Lalu ketika nenek bercermin, dilihat nya kemasan kacang tergeletak tepat di trotoar jalan kutu
Disusul kemasan-kemasan lain yang menumpuk di sela drainase kota-kota kutu
Lalu nenek mengalihkan pandang nya pada cerobong asap di kejauhan.
Menjulang tinggi lagi mengepul bak cerutu yang sedang dinikmati oleh kutu-kutu kaya pemilik pabrik dari distrik kulit seberang
Kutu-kutu biadab ini sama sekali tak memiliki empati, bukan hanya mereka rusak permukaan kulit nenek, namun kini mereka gali dalam-dalam kulit kering nan tandus ini dan mereka tinggalkan rongga-rongga menganga tanpa mengatup luka
Dari gelap pertiwi meringik kesakitan,
Oleh tangis dan rintik Kabung
Ia memohon belas kasihan pada semesta dan seisinyaPada kutu yang amat ia sayangi, pada wahai kutu sang parasit kecil dipermukaan kulit pertiwi
Tak adakah iba dari kutu-kutu pada nenek pertiwi yang kini sudah lanjut usia?
(Selamat Hari Bumi Sedunia) :)
-Alif
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamunan Dua Dini Hari
PoésieDirajutnya berbait-bait syair perihal cinta dan benci. Dijadikannya sekat-sekat tinggi dihadapan semesta dan seisinya. Dan kepadanya ia kembali dengan penuh sesak, membawa serpihan perasaan yang dijadikannya api. Dan pula kepada api, ia kembali kep...