29). Kesaksian Para Korban

731 131 26
                                    

Happy Reading Guys,

Vote dan komen yokk,

*******

Hai, gimana hari ini? Ada cerita yang menarik? Atau kelelahan?

Kalaupun hari ini gak menyenangkan, it's okey. Istirahat aja dulu, tenangin diri sendiri. Semua emang gak sepenuhnya terjadi dengan apa yang kita harapin.

Inget! You're enough.

.

.

*******

Masuk di ruangan live nineteen, Levin segera ke arah meja Elvano. Duduk di tempat duduk yang biasa Elvano tempati. Jari-jari tangan Levin dengan lincah mengotak-atik keyboard, mencari tau isi apa saja yang ada di dalam komputer itu.

Libra, Abil, Beryl, Dakka dan Geffie berjalan pelan, mendudukan diri ke kursi ruangan live nineteen. Mereka diam merenung, mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

"Gue gak pernah nyangka, hidup El semenderita itu." Beryl membayangkan apa yang didengarnya tadi di dalam mobil, ketika menuju Apartement Cendana Indah.

"Selama kenal El, gue juga baru tau masalah yang selama ini dipendam." Dakka menatap meja dengan pandangan kosong.

"Diamnya El menyimpan banyak rahasia." Ucap Geffie.

"Kangen Elvano, hiks—" Abil merengek seperti anak kecil.

Libra spontan melihat Abil yang ada di sebelahnya.

Abil mengusap ingus dengan lengan baju. "Hari ini gue belum dapat congrats dari dia."

Kedua mata Libra semakin membelalakan mata. 

"Kan emang kita gagal, piyik." Celetuk Beryl.

Abil merengek ke Libra, menarik-narik lengan Libra. "Kak Lib, kangen El. Mau El, mau El,"

"Kak Lib...Mau El."

Libra menatap Abil, memperhatikan setiap gerak-gerik dan ekspresi wajah Abil. Situasi macam apa ini? Bisa-bisanya mulut cabe lo bikin Abil kangen El, batin Libra.

Ketika, Abil akan mengusapkan ingus di lengan Libra. Libra mendorong dahi Abil menggunakan satu jari. "Jorok."

Muka Abil lantas memberengut kesal.

Pintu ruang live nineteen terbuka. Terlihat Om Nugra berjalan masuk ke dalam.

Abil berdiri menatap Om Nugra. "Om bebas—"

Suara Abil terpotong dengan bentakan Om Nugra. "Siapa yang nyuruh kalian diam-diam menyelidiki kasus baru di belakang, Om?!"

Semua anak live nineteen diam.

Merasa tak ada satupun anak live nineteen yang akan menjawab Om Nugra kembali bersuara. "Dapat persetujuan darimana kalian dengan mudahnya ngejalanin kasus ini?"

Libra berdiri, mengangkat tangan kanan.

Om Nugra menghela napas kasar. "Emang siapa kamu berani memutuskan perkara kasus? Kamu hanya ketua grup, Libra!"

Libra mengangguk. "Itu poin penting ketua. Harus bisa ngambil keputusan, agar semua anggota dapat bergerak menyelesaikan permasalahan."

"Tidak ada lagi korban dan pelaku dapat dihukum."

LIVE 19.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang