3). Gagal?

1.3K 230 45
                                    

Happy Reading guys,

Jangan lupa vote dan komen ditiap paragraf yaa

.

.

*******

Abil kini memasang headset ht dikupingnya.

"Ayok." Ajak Abil kepada Libra.

Libra berdiri dari duduknya.

"Hp lo cukup tempelin dihpnya." Ucap Elvano memberitahu.

Abil menggangguk dan memberikan simbol tanda oke dengan jari.

"Batalin aja deh yang ini." Ucap Beryl memandang Abil dengan tatapan khawatir.

"It's okey guys, gue terhubung dengan kalian." Jawab Abil meyakinkan dengan menunjuk headset ht dikupingnya.

Setelahnya, Abil dan Libra berjalan keluar. Yang lainnnya berkumpul di ruangan live nineteen dengan mengerubungi Elvano untuk melihat keadaan melalui layar CCTV.

Libra mengendarai mobil seperti biasa bersama Abil disampingnya. Sampainya di Restoran Geranium, Libra memarkirkan mobilnya. Keluar dari mobil bersama dengan Abil menuju pintu masuk.

Terlihat pintu masuk Restoran Geranium dijaga oleh dua penjaga.

"Apakah anda nona Salsabila?" Tanya penjaga tersebut.

"Iya." Jawab Abil.

"Silakan nona." Dua penjaga itu mempersilahkan Abil masuk dengan sopan.

Saat Libra akan masuk mengikuti Abil, Libra dihadang oleh dua penjaga tersebut.

"Hanya nona Salsabila yang boleh masuk." Kata salah satu penjaga tersebut.

Libra berdehem. "Saya asistennya."

Kedua pria tersebut tetap tidak memperbolehkan Libra untuk masuk.

Libra menghela napas kasar. Kembali ke parkiran masuk ke dalam mobil dan berkata, "Gua gak bisa ikut masuk."

"Andelin gue kali ini." Ucap Abil tenang sebelum masuk ke ruangan khusus yang telah dipesan Pak Arian.

Abil membuka pintu dan tersenyum manis menyapa Pak Arian sudah duduk di sana, "Maaf menunggu lama, Pak."

"Tak apa. Duduk-duduk." Jawab Pak Arian.

"Seperti biasa kamu keliatan cantik malam ini." Lanjut Pak Arian memandangi Abil dengan raut wajah yang tak terbaca.

Abil menyampirkan rambut dibelakang telinga. "Terima kasih, Pak."

Pak Arian yang melihat terkekeh kecil. "Ayo-ayo makan dulu."

Pak Arian dan Abil memulai memakan makanan yang sudah tersedia di atas meja.

"Gimana kalau proyek selanjutnya di Agensi Star kamu main film?" Tanya Pak Arian dengan menyuapkan makanannya.

Abil melihat Pak Arian. "Ah, sepertinya saya gak bisa, Pak."

"Lho kenapa? Kamu cocok main film."

"Kalau acting saya suka nervous, Pak."

Pak Arian mengangguk-anggukan kepala. "Kamu kurang percaya diri disitu?"

"Iya, Pak. Gerogi nanti malah gak bagus filmnya."

"Gak apa, itu bisa diatasi kok."

"Kalau boleh tau caranya gimana ya, Pak?"

"Saya punya obat biar kamu merasa tenang." Ucap Pak Arian santai.

LIVE 19.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang