Hujan

1.8K 299 24
                                    

"Haruchiyo, mulai sekarang aku adalah kakak mu, panggil aku Kak name" ujar mu sambil mengulurkan tangan, sang empu yg diajak bicara hanya memandang tangan itu selama beberapa detik, lalu membalas ajakan bersalaman tsb.

"Panggil aku sanzu, aku tidak terlalu suka dengan nama Haruchiyo"







- "huh?" Sanzu terbangun dengan air mata yang membasahi mimpinya, ia teringat dengan momen pertama kali dirinya bertemu Name, ia kemudian meraba² bawah bantalnya mencari ponselnya, waktu menunjukan pukul 02.30 dini hari, ia beranjak dari kasurnya dan pergi ke dapur untuk mencari cemilan.

Setelah ia kenyang, ia masuk ke kamar lalu melanjutkan tidurnya yang tertunda tadi, kini kesadarannya mulai menghilang dan ia pun kini sudah memasuki alam mimpi.


*Flashback on*

- "Memangnya kenapa kalau kalian dan kami berdua berbeda ibu?" Tanya name sambil mengelus pipi Sanzu yang lebam akibat berkelahi dengan tetangganya si Samsul.

"T-tapi mereka mengatai ku anak haram"

Name menghela nafas lalu mulai mengobati pipi Sanzu

"Tidak ada yang namanya anak haram"

"Tapi ibuku berselingkuh dengan ayahmu yang waktu itu masih menikah dengan ibumu, l- lalu mengandung anak dari ayahmu"

"Itu salah mereka berdua, bukan salah Sanzu" ucap Name yang sudah selesai mengobati pipi Sanzu, lalu menyentuh luka di sudut bibit Sanzu
"Apa ini perbuatan ibumu ?" tanya name

Sanzu hanya mengangguk pelan
"Ia bilang kalau aku dan Senju menjadi penghalang untuk dirinya menikah dengan pria kaya" Name memeluk Sanzu dengan erat.

"Syukurlah ibumu membuang mu dan Senju disini, karena aku akan mengurus kalian berdua dengan baik" ujar name dengan senyum khasnya membuat Sanzu yg tengah dipeluk merona.









- hari itu hujan deras dengan suara gemuruh di seluruh penjuru, Name tengah menggenggam erat tangan mungil Sanzu ,hari itu adalah hari pemakaman ibu Sanzu dan juga Senju, Senju waktu itu masih kecil sehingga tidak terlalu paham, ia tidak menangis, ia hanya sibuk memainkan game di tabletnya. Sedangkan Takeomi hanya mengelus² pundak sang Ayah.

"Ayah menyukai wanita itu bukan?" Tanya Takeomi sambil menatap sang ayah

"Iya, aku menyukainya. Bahkan aku sampai berselingkuh dari ibu kalian berdua" jawab sang ayah yang masih menatap foto sang pujaan hati nya.

"Tapi aku tidak bisa memilikinya, ia hanya menganggap ku sebagai atm berjalan, setelah ia menitipkan Haruchiyo dan Senju, ia langsung beberapa kali berkencan dengan pria kaya, padahal ia bisa menikah dengan ku yg sekarang berstatus duda, apa kah uang itu segitu pentingnya baginya hingga menelantarkan anak anaknya?"

"Ayah, kau tidak berhak membicarakan itu., Karena kau juga pernah menelantarkan Istri dan juga anak² mu" ujar Takeomi

Sang ayah hanya menghela nafas, kini matanya menatap sang mantan istrinya

"Ibu!" Takeomi menghampiri wanita itu

"Takeomi, kau sudah besar yah"

"Ibu.. kau sudah melihat name?"

Wanita itu hanya menggeleng

"Takeomi, mulai sekarang kau harus menjadi kakak yang baik untuk melindungi name dan adik² barumu"

"Ibu??"

"Ibu akan pindah keluar negeri, ibu akan memulai kehidupan baru Disana bersama suami baru ibu, ibu akan sesekali memberi kabar kepadamu dan juga name" ujar sang wanita lalu mengelus pelan Takeomi

"Katakan juga pada Name, dia juga anakmu" ujar sang ayah, sdgkn sang wanita hanya menatap datar sang lelaki.

"Lebih baik Name tidak tau, lebih baik dia beranggapan bahwa aku adalah ibu yg buruk baginya dan menghilang begitu saja tanpa kabar, karena aku tidak mau dia membenci ku dan calon anakku" ujar nya sambil mengelus perut datarnya

"Kau-??"

"Iya, aku hamil. Sudahi saja percakapan ini, semoga kita bisa hidup bahagia di jalan yg kita pilih ini" sang wanita itu mengecup dahi Takeomi lalu menyodorkan tangan nya, berniat untuk memberi salaman terakhir dengan sang mantan suami, setelah bersalaman, sang wanita itu menghampiri sang suami barunya lalu menghilang diantara kerumunan.



- setelah seminggu sejak pemakaman ibu Sanzu dan juga Senju, Name dan Takeomi di hadiahkan oleh berita kematian sang ibu, ia terkena kecelakaan saat hendak menuju bandara, Name tidak menangis begitu pula dengan Takeomi. Sedangkan sang ayah menangis sejadi²nya karena teringat dengan kenangan2 manis nya bersama sang mantan istrinya

:Gajelas lu Bambang 🗿🔪



Lalu, dua tahun kemudian. Sang ayah tidak selamat dari operasi pengangkatan tumor otak, dan ia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Takeomi dan adik² nya hidup dengan uang peninggalan ayah dan ibunya, mereka menolak untuk tinggal bersama paman dan bibinya, oleh karena itu mereka hidup secara mandiri di rmh peninggalan sang ayah, sesekali juga sang paman dan bibi mereka mampir ke rmh itu.

absolutely mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang