sebenarnya

1.2K 219 16
                                    

Tidak ada angin tidak ada petir. Izana menghampiri kediaman Akashi dengan penampilan berantakan.

Ia memeluk Name sambil menangis dalam diam. Name yang tidak tau menahu hanya bisa mengelus pelan punggung Izana sambil mengucapkan kata kata yg menghangatkan hati Izana.

Untunglah Takeomi dan Senju sudah tidur, jadi kini hanya ada Name dan Izana di teras.

"Udahan nangisnya? Mau masuk kedalam? Aku buatin teh susu ya"

Izana hanya menggeleng, enggan melepas pelukannya

"Disini saja, sebentar saja" ujarnya lemah.

Name melepas pelukannya lalu duduk di lantai teras, sambil menepuk nepuk sebelahnya. Mengisyaratkan Izana untuk duduk disebelahnya.

Izana hanya mengangguk pasrah lalu
di sebelah Name dan menyenderkan kepalanya pada bahu Name

"Kau tau kan Name?"

"Apanya?"

"Alasan aku mendekatimu"

Name terdiam sebentar, lalu mengangguk.

"Kenapa kau bersikap baik padaku?"

Name tidak tau harus menjawab apa, ia hanya mengelus pelan Surai putih Izana

"Aku.. mendekatimu dengan niat menghabisi mu. Karena kau Shinichiro mati" ujar Izana

"Kau tau, tapi kenapa kau bersikap seolah olah tidak tau Name? Apa hatimu tidak sakit?" Tanya Izana kembali memastikan

"Memangnya kenapa? Aku tidak masalah jika memang kau berniat untuk menghabisi Ku. Karena kenyataan bahwa Shinichiro san meninggal karena melindungiku itu
Benar apa adanya" jawab Name

"Lalu.., saat aku masih dibayang Bayangi oleh kematian Shinichiro san, kau selalu ada disisiku. Meskipun aku tau niat mu sebenarnya, tapi.. aku benar² terlanjur menyukaimu. Jadi aku tidak masalah jika memang kau berniat untuk menghabisi ku"

Izana terdiam, tetesan air mata nya membasahi bahu Name, Izana semakin menenggelamkan wajahnya pada leher Name

"Aku juga..., Aku juga menyukaimu" gumam Izana samar namun dapat didengar oleh Name. Name tersenyum lalu memeluk Izana

"Gitu ya, kalau begitu.., kau tidak perlu merasa bersalah karena sempat berniat buruk padaku. Karena sekarang kita benar² mencintai satu sama lain. Jadi yg berlalu biarlah berlalu Izana" ujar Name lembut.

Izana masih menangis dalam dekapan Name

"Aku, selalu memimpikan Shinichiro setiap hari" gumam Izana

Name hanya diam sambil menunggu lanjutan dari ucapan Izana

"Dia tidak suka melihatku yg berencana untuk mencelakaimu. Lalu tadi, aku bermimpi lagi tentangnya"

"Dia berkata padaku, mau sampai kapan aku memendam ini semua. Ia menyuruh ku untuk mengatakan ini semua, aku takut. Aku takut kau akan membenciku jika aku jujur padamu"

"Lihat aku Izana, apa aku terlihat membencimu setelah mendengar pengakuan mu?" Tanya Name sambil mencubit kedua pipi Izana

Izana hanya semakin menangis, ia bersyukur Name tidak membencinya

"Hum, syukurlah aku jujur padamu" ujarnya lalu memelukmu dengan erat seperti anak kecil yg enggan melepas pelukannya pada ibunya.

Name tiba tiba saja teringat dengan Sanzu, yg saat masih kecil selalu menangis jika diganggu oleh anak anak lainnya, biasanya Sanzu hanya bisa memeluk Name lalu menangis, dan Name akan menepuk nepuk pelan punggung Sanzu.

absolutely mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang