Sanzu (II)

1.2K 157 16
                                    

Entah sejak kapan seluruh dunia menganggap ku sebagai sesuatu yang najis dan menjijikan. Ibu ku sendiri kerap memukuli ku bahkan melukai ku dengan senjata tajam.

Aku tidak pernah mengerti isi pikiran sosok ibu ku ini, ada kala nya ia bersikap manis, ada kalanya ia bersikap seperti seseorang yang kerasukan.

Lagi lagi aku tidak mengerti isi pikiran nya, ia menelantarkan ku dan adikku pada seorang pria yg sudah mempunyai 2 anak.

Anak perempuan pria tsb selalu bersikap ramah padaku, tetapi aku tidak mau akrab dengannya. Karena pada akhirnya ia juga akan membuang ku.

Begitulah yg kupikirkan sebelumnya, gadis itu memperlakukan ku dengan lembut, seolah olah aku adalah gelas yang bisa pecah kapan saja. Dan entah sejak kapan, jantungku berdegup cepat kala memikirkannya ataupun berada di dekatnya.

"Haruchiyo, mulai sekarang aku adalah kakak mu, panggil aku Kak Name" ujar gadis tsb dengan rona di kedua pipinya, senyumannya mampu menghangatkan hatiku.
 

"Panggil aku sanzu, aku tidak terlalu suka dengan nama Haruchiyo"

Entah kenapa kata kata itu terkeluar dari mulutku. Akashi Name, satu satunya orang yang memperlakukan ku dengan kasih sayang. Tanpa sadar aku sudah jatuh hati padanya, aku tidak rela melihatnya bahagia bersama orang lain.

Tapi aku sadar, bahwa aku dan dirinya tidak mungkin bisa bersama. Tapi aku tidak peduli, asalkan aku bisa bernama dengannya. Aku tidak masalah dengan tanggapan dari orang orang.

Rasa cinta ku yang berlebih itu membuatnya kini semakin membenciku, sesak sekali. Kalau saja aku tau bahwa kau akan memilih orang lain ketimbang aku, aku pasti bisa menahan perasaan ku padamu.

Tidak.., meskipun aku tau bahwa kau akan tetap memilih Shinichiro ataupun kurokawa, aku pasti tetap akan memaksa mu untuk menerima perasaan ku.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Apa ia sungguh membenciku? Bahkan menyumpahi ku untuk mati? Gadis itu? Name yang baik hati itu??

Tanpa sadar aku merusak dirinya, baik secara fisik ataupun mentalnya. Pantas saja ia membenciku, sakit sekali rasanya kala mengetahui orang yg kita cintai kini membenci kita.

Mungkin memang lebih baik aku saja yang mati, setidaknya dengan begitu semua orang akan bahagia bukan? Termasuk dirimu Name.

Bahkan sampai akhir pun, ia tetap menangisi ku, benar benar gadis yang kuat dan juga baik hati.

Sudah kuduga, ini memang pilihan yang tepat. Akashi Name, demi tuhan. Aku benar benar mencintaimu

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Menikmati langit yang akan kau tatap untuk terakhir kali huh?" Tanya seorang petugas menyadarkan Sanzu dari lamunannya. Sanzu hanya menoleh ke arah pria tsb lalu tersenyum sumringah

"Begitulah, langit itu begitu jernih dan juga biru. Mengingatkan ku dengan seseorang"

"Apa kau mau kusampaikan semacam surat atau semacamnya untuk orang yang tengah kau pikirkan itu?"

Sanzu hanya menggeleng

"Tidak perlu., Ayo cepat kita selesaikan ini. Aku mau mengawasi seseorang yg kusebut tadi dari atas sana" ujar Sanzu sambil menunjuk langit. Pria tsb hanya menggeleng pelan lalu mengikat tubuh Sanzu pada kursi listrik.

"Name.." gumam Sanzu sebelum memejamkan matanya untuk selamanya.

absolutely mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang