Muak

1.2K 196 27
                                    

Sudah setahun semenjak Name dan Sanzu tinggal di salah satu gedung di Yokohama.

Tangan nya sedikit bergetar kala melihat hasil dari test pack nya menunjukan hasil positif.

"Buset, belum nikah langsung hamidun aja" gumam Name lalu berjalan keluar dari toilet. Matanya tertuju pada Sanzu yg tengah menonton siaran televisi sambil rebahan.

"Haruchiyo..., Kau suka anak²?" Tanya Name lalu ikut merebahkan diri dikasur

Sanzu menoleh ke arah Name lalu mengelus Surai hitam Name

"Ga terlalu, kenapa?"

"Hum,.. aku hamil.."

Sanzu membelalakkan matanya tidak percaya dengan omongan Name

"Prank kan?"

"Enggak"

"Buktinya mana?"

Name pun langsung memberikan test pack nya pada Sanzu, terlihat rona merah muda pada wajah Sanzu. Ia pun memeluk Name sambil mengelus elus perut Name yg masih datar

"Laki laki atau perempuan?"

"Entah lah, kau mau laki laki atau perempuan?"

"Kurasa laki laki, agar dia bisa melindungimu nanti, setelah itu aku mau anak perempuan" ujar Sanzu lalu membaringkan kepalanya pada perut Name. Name hanya mengelus elus Surai pink muda milik Sanzu

"Aku pergi ke swalayan dulu beli vitamin untukmu" ujar sanzu lalu pergi meninggalkan Name yg masih rebahan dikasur. Senyum Name langsung memudar, ia bangkit dari rebahannya dan mengelus perutnya

"jadi ingat, Shinichiro san pernah bilang tidak masalah jika memiliki anak perempuan ataupun laki laki" gumam Name dengan netra berkaca kaca

"Di kulkas... Ada nanas ga ya?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sanzu tengah bersenandung ria sambil membeli beberapa vitamin untuk Name, ia juga senyum senyum sendiri kala melihat mainan untuk balita. Ia membayangkan Name dan calon anaknya sedang bercanda gurau.

"Heh, benar benar harmonis.. sudah kuduga waktu adalah obat untuk memperbaiki kesenggangan, buktinya Name kini mencintai ku, bahkan sudah melupakan Shinichiro dan Kurokawa" gumam Sanzu lalu mulai memasukkan bahan bahan makanan pada troli nya. Ia akan memasakkan makanan untuk Name.

Sanzu tidak pernah membiarkan Name memasak, sejujurnya Sanzu trauma membiarkan Name memasak, waktu itu adalah hari ke 3 Name tinggal bersama Sanzu.

Mereka sedikit bertengkar saat Name tengah memasak lalu Name mulai menyayat tangannya dengan kasar di depan Sanzu. Semenjak itu lah sanzu tidak pernah membiarkan Name masak, ataupun menyentuh pisau.

Bahkan Sanzu menyimpan semua alat tajam yang ada di apartemen mereka kedalam sebuah gudang yg dikunci.
Tidak terkecuali sendok, garpu, pena, pensil, dan penggaris.

Entah dia begitu mencintai Name, atau khawatir berlebihan.

.
.
.
.
.
.

Name tengah bercermin, ia menatap wajahnya dengan tatapan datar. Lalu lanjut mengelus perut nya

"Menjijikan" gumam Name

"Aku sama sekali tidak pernah membayangkan akan mengandung anak darinya.. syukurlah ia mengira aku telah jatuh hati padanya"

"Orang gila mana yang akan jatuh hati pada seseorang yg telah merenggut nyawa org yg kita sayangi?"

"Kak Takeomi.. aku harus bagaimana? Aku tidak mau terus begini" gumam Name lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis dalam diam memikirkan kalau ia akan terus tinggal bersama Sanzu, seranjang, ataupun bersetubuh. Ia muak, setiap Sanzu mengajak Name bersetubuh, Name selalu membayangkan melakukan hal tsb dengan Izana. Bahkan pernah ia tidak sengaja mendesahkan Nama Izana di depan Sanzu.

Alhasil, Name dipukuli habis habisan 

Klek

"Name, aku pulang"

Name segera membasuh wajahnya lalu menghampiri Sanzu. Sanzu tersenyum lebar melihat Name, terkadang Sanzu itu seperti anak anjing yang menginginkan elusan dari majikannya, yaitu Name.

Ia memeluk tubuh Name dengan erat sambil mendusel duselkan wajahnya pada leher Name.

"Name, ayo lakukan 'itu'"

Name terdiam, ia benar benar tidak mood untuk melayani Sanzu. Sanzu yg tak kunjung mendengar jawaban dari Name lantas mendongak untuk menatap wajah name. Terlihat wajah Name yg pucat dan keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Tidak lupa dengan bibir nya yg pecah pecah, tanda dehidrasi.

"Name? Kau kenapa??" Tanya Sanzu sambil menyelipkan anak rambut yg menghalangi wajah Name.

Name masih enggan menjawab, kakinya terasa lemas hendak terjatuh, namun ditahan oleh lengan Sanzu

"Badan mu panas.. Istirahat lah dulu Name" ujar Sanzu lalu membaringkan Name diatas ranjangnya. Name menatap Sanzu yang kelihatan khawatir dengan tatapan sayu. Dimata Name, Sanzu kini mengingatkan nya dengan Takeomi yang selalu merawat Name dikala Name sedang sakit.

"Kak Takeomi..." Gumam Name yg masih menatap Sanzu lalu tertidur.

Sanzu mendekati wajah Name lalu mengecup jidat dan juga bibirnya

"Kenapa kau begitu menyayangi Takeomi ketimbang aku?" Gerutu Sanzu lalu yg tidak suka melihat Name memikirkan orang lain ketika sedang bersama Sanzu

Fyi* Sanzu nyuruh Name nyebut namanya dengan nama panggilannya 'haruchiyo' biar bisa uwu uwuan Ama mbak nem 🙏

absolutely mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang