"Haruchiyo, maaf aku baru datang. Belakangan ini aku sibuk sekali mengurus anaknya Manjiro dan Senju yg mereka titip padaku. Mau tidak mau aku harus menunda janjiku padamu" ujar Name sambil tersenyum dan meletakkan bunga pada batu nisan yang bertulisan Sanzu Haruchiyo.
"Apa kau tau? Kasumi sekarang sudah menjadi anak SMP. Kemarin dia bercerita padaku bahwa teman sekelasnya menyatakan perasaannya. Namun ditolak mentah mentah haha"
Name menghentikan ocehannya lalu menatap langit yg mulai mendung
"Sebentar lagi hujan, jangan khawatir. Aku tidak akan beranjak dari sini selama 30 menit. Aku kan sudah berjanji padamu untuk datang Setiap bulan agar kau tidak kesepian"
Name kembali melanjutkan ceritanya pada batu nisan tsb. Tidak peduli jika hujan sudah mengguyur basah tubuhnya hingga basah kuyup.
Ia masih enggan beranjak dari hadapan batu nisan tsb, tatapan Name terlihat begitu hangat dan juga sedih secara bersamaan membuat Izana yang mengamati wanita yg berstatus sebagai istrinya hanya menatapnya dengan khawatir.
"Ayah, ibu bisa demam loh" ujar seorang gadis berusia 13 tahun dengan Surai putih dan juga bulu mata nan lentik. Benar benar replika nya Sanzu
"Mau gimana lagi, aku suruh pulang pun ia enggan pergi dari situ" jawab Izana sambil mengacak acak rambut sang gadis
"Kalau begini terus ibu akan demam, aku tidak mau melihat ibu terbaring lemas di ranjang seharian" teriak seorang anak laki laki berusia 11 tahun dengan rambut putih dan kulit yg sedikit gelap.
"Shin! Kau mau kemana!?" Tanya sang kakak, kurokawa Kasumisou.
"Ya mau ketempat ibu lah!" Jawab anak laki laki tsb yg bernama Kurokawa Shin.
Shin berlari ke arah ibunya yang masih berbicara dengan batu nisan milik Sanzu sambil membawa payung
"Ibu" ujar Shin dengan lirih, Name yg merasa bahwa dirinya tidak lagi diguyur hujan sontak mendongak ke atas. Terlihat sebuah payung kecil berwarna kuning dengan motif bebek.
Name hanya tersenyum melihat kelakuan anak bungsu nya yang sangat perhatian
"Ibu kan sudah suruh tunggu dimobil, kenapa keluar?"
"Mereka tidak mau mendengar perkataan ku Name" jawab Izana sambil menggandeng tangan Kasumi
"Oh ayolah, kalau kalian hujan hujanan tar sakit loh"
"Ibu sendiri juga hujan hujanan" jawab Kasumi. Name hanya terdiam lalu menggaruk tengkuknya, pasalnya apa yg dikatakan oleh putrinya tidak sepenuhnya salah.
"Sudah lah, mumpung kita semua disini ayo kita berdoa untuk paman Haruchiyo" ajak Izana sambil tersenyum ke arah Name. Name juga ikut tersenyum
"Kasumi, tidak ada yg mau kau sampaikan pada pamanmu?"
Kasumi hanya terdiam lalu menatap batu nisan tsb dengan datar
"Malang sekali dirimu paman. Niatnya mau ke zimbabwe malah kecelakaan pesawat terus jatuh ke segitiga Bermuda" gumam Kasumi yg hanya dibalas dengan anggukan dari Shin.
Name yg mendengar cerita konyol tsb lantas menoleh ke arah Izana yg tersenyum jahil sambil mengedipkan sebelah matanya.
Name tidak habis pikir dengan cerita karangan Izana, bukankah lebih masuk akal jika mengatakan kalau Sanzu meninggal akibat tertabrak mobil atau kebakaran?
"Jangan marah marah gitu Name haha, setelah ini ayo kita kunjungi Shinichiro juga" ujar Izana
Name hanya mengangguk lalu kembali menatap ke arah kedua anaknya yg tengah memanjatkan doa di depan batu nisan milik Sanzu
"Ide yg bagus, aku yakin Shinichiro san tidak sabar mendengar semua ocehan darimu, Izana"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kasian Kisaki g ada yg ziarah ke makamnya 🗿
Eh ada Deng, si ngab Hanma
KAMU SEDANG MEMBACA
absolutely mine
RomanceSanzu X Reader ⚠️Incest -tidak berhubungan dengan anime/manga "Kalau aku mengecat rambut ku bewarna hitam ,Kalau aku lebih tinggi, bulu mataku tidak selentik ini, dan rambut ku pendek apa kau akan menyukai ku??" Tanya nya masih dengan air mata yg me...