Name tengah menggesekkan sendok yang terbuat dari kayu tersebut ke meja yang terbuat dari kaca. Setidaknya ia harus memiliki 1 senjata tajam untuk berlindung.
"Sanzu tidak suka jika aku melukai diriku sendiri, namun tidak masalah baginya melukai ku" gumam Name masih sibuk menggesekkan sendok kayu tersebut hingga berbentuk tajam
Setelah dirasa cukup tajam, ia menyimpan sendok tersebut ke bawah bantal nya
"Semoga saja tidak patah" gumam Name. Ia kini dengan kruk kaki nya berjalan menelusuri ruang tidur Sanzu, mencari sesuatu yg kelak dapat membantu nya nanti. Namun nihil, Sanzu benar benar orang yg waspadaan. Hampir semua barang barang yang dapat melukai Name dipindahkan nya entah kemana.
Name menghela nafas lalu membuka pintu kamar tsb dan menatap ke arah tangga menuju dapur dan ruang tv.
Dengan hati hati, Name terduduk ditangga dengan tangan kirinya memegangi tepian tangga dan kaki kirinya yg secara perlahan menuruni tangga.
Tiba tiba saja suara pintu apartemen Sanzu berbunyi, tanda bahwa Sanzu sudah pulang. Name menelan saliva nya secara kasar lalu tangan kanan nya dengan sigap memegangi kruk,
"jika ada celah untuk keluar, aku akan memukuli Sanzu dengan ini" batin Name masih fokus pada pintu keluar, terlihat Sanzu dengan kantong belanjaan masuk lalu mengernyit heran melihat Name yg tengah mengensot di anak anak tangga
"Sedang apa kau?"
"Mau nyari cemilan" bohong Name enggan menatap Sanzu.
Sanzu meletakkan kantong belanjaan nya di depan pintu lalu menutup pintu keluar tsb dan menyimpan kartu nya kedalam sakunya.
Ia berjalan menghampiri Name lalu menggendong Name dengan hati hati ke arah dapur dan menduduki Name di kursi meja makan
"Tunggu sebentar, aku akan membuatkan mu makanan yang manis manis" ujar nya lalu membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan. Mumpung lagi didapur, Name langsung menelusuri dari sudut ke sudut, mencari benda tajam. Sanzu yang menyadari gelagat aneh Name hanya terkekeh
"Aku udah bilang kan? Tidak ada senjata tajam di rumah ini"
"Lalu? Kau akan memasak menggunakan apa?"
"Bahan bahan untuk memasak sudah di potong potong dari pasarnya, jadi jika aku ingin memasak tidak perlu repot repot"
Sanzu semakin memperkecil jaraknya dengan Name lalu memeluk Name dengan erat
"Jangan coba kabur dari ku, Kak"
Name hanya membisukan diri, enggan menjawab ucapan Sanzu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Keesokan hari, Name terbangun dari tidurnya, ia kini tengah duduk di kursi roda dengan Sanzu yg mendorongnya
"Sanzu??" Name mulai panik sebab dirinya diikat di kursi roda tsb..
Sanzu memberhentikan langkah nya lalu berjongkok didepan Name
"Kita akan meninggalkan Tokyo, jangan khawatir. Aku mengikatmu begini agar tidak terjatuh"
Name masih panik lalu mencoba melepas ikatannya, Sanzu yg menyadari bahwa mengikat Name memang sedikit berlebihan langsung membuka ikatan tsb
"Udah kan? Jangan panik lagi" ujar Sanzu. Name tersenyum lalu dengan cepat menyekik Sanzu dengan sisa tali tsb hingga Sanzu terjatuh.
Dengan cepat Name menggerakkan kursi roda tsb menjauhi Sanzu menuju Lift. Nafas Name memburu lalu dengan kecepatan kilat menekan tombol loby, terlihat Sanzu yg masih tersungkur dilantai sambil terbatuk batuk lalu menatap ke arah Name
"BRENGSEK" Pekiknya lalu berlari ke arah Name, untungnya pintu lift sudah tertutup dan langsung meluncur ke loby
"Oh tuhan, semoga aku bisa lolos darinya" gumam Name dengan tubuh bergemetaran. Saat sudah menuju ke lantai 3 Name langsung menekan tombol ke lantai 2 dan pun terbuka.
Dengan Tangan nya yg berdenyut kesakitan, ia tetap melajukan kursi roda nya
"Sanzu pasti sudah ada diloby, aku harus bersembunyi dulu" batin Name masih dengan wajah paniknya. Lalu melihat pintu Darurat, ia segera menuju kesana dan membukanya dengan kasar.
Angin kencang menerbangkan rambut Name, ia sedikit kaget karena terdapat tangga menuju ke belakang Gedung tsb. Kakinya sedikit gemetaran kala melihat ketinggian tsb, namun ia memberanikan dirinya dan mengambil jalur untuk kaum disabilitas. Dengan hati hati Name mengerem berkali kali, takut kalau kursi roda tsb malah meluncur dan menabrak Pagar pembatas tangga menyebabkannya ikut terjatuh dari ketinggian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Name berhasil turun dengan selamat, ia kembali mengebutkan kursi rodanya menjauh dari gedung tersebut menuju kantor polisi, Namun ditengah jalan ia melihat beberapa orang menggunakan jas hitam dan beberapa dari mereka mengejar Name. Mereka pasti anak buahnya Sanzu.
Setelah dirasa sudah tidak dikejar lagi, Name langsung masuk ke salah satu gedung dan menuju panti pijat plus plus. Karena jika ia langsung menuju ke polisi, ia khawatir Anak buah Sanzu sudah menunggu Disana
"Selamat data-ASTAGA! KAMU GAPAPA?" pekik salah satu wanita penghibur lalu menghampiri Name dengan penampilannya yang kacau
"To-tolong aku" ujar Name dengan air mata membasahi pipinya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Name sudah bisa bernafas lega, namun tiba tiba saja ia memikirkan nasib Kakucho. Apa yg akan terjadi padanya??
"Nona, ini telepon nya"
"Oh iya, terimakasih" Name pun segera menghubungi Izana. Jantungnya berdegup kencang
Ia tidak akan tertangkap jika bersembunyi disini bukan?
Pip
"Halo?"
"Izana!!"
"Name!? Ini name kan!? Kau ada dimana? Apa kau baik baik saja? Ak-"
"Tenang Izana, aku baik baik saja. Aku berhasil lolos dari Sanzu"
"Hah? Sanzu? Jadi dia dalang dibalik ini semua!? Kau ada dimana?"
"Aku akan menceritakan detailnya nanti, aku tengah bersembunyi di panti pijat plus plus di distrik Y"
"Aku akan segera kesana"
"Lalu Izana.. jangan lupa kerahkan polisi ke gedung Z, Sanzu pasti ada Disana"
"Baiklah, jaga dirimu Name"
Tut....
Name menatap ke arah ponsel yang ia pinjam dengan khawatir.
"Kakucho, semoga kau baik baik saja, aku akan menyelamati mu"
.
.
.
.
.
.
.
.BUAGH
Sebuah tinjuan mendarat di perut anak buah Sanzu, Sanzu benar benar tengah emosi. Bagaimana bisa mereka tidak bisa menangkap Name? Padahal gedung tsb isinya semua adalah anak buah Sanzu. Tapi kenapa bisa membiarkan Name lolos?
"Sial! Bahkan ponsel ku hilang, Name.. kalau aku menangkap mu lagi, akan kubuat kau lumpuh"
KAMU SEDANG MEMBACA
absolutely mine
RomanceSanzu X Reader ⚠️Incest -tidak berhubungan dengan anime/manga "Kalau aku mengecat rambut ku bewarna hitam ,Kalau aku lebih tinggi, bulu mataku tidak selentik ini, dan rambut ku pendek apa kau akan menyukai ku??" Tanya nya masih dengan air mata yg me...