sakit (2)

1.7K 277 13
                                    

Sanzu tengah mencoret² buku tulisnya, ia mengkhawatirkan Name yg ditinggal sendiri, Awalnya Takeomi ingin izin sekolah tapi name melarangnya, karena hari ini Takeomi ada ulangan harian.

Sanzu menghela nafas entah yang keberapa kalinya, menatap ke arah jendela dan memikirkan Name

"Chiyoo.."

"Haruchiyo...."

"Akashi Haruchiyo!!"

Sanzu tersadar dari lamunannya

"Apa kau bisa menjelaskan cara melakukan penyerbukan silang pada suatu tanaman?"

"Ah..., dengan cara Menempelkan serbuk sari dari suatu bunga pada kepala putik bunga lain yang berada pada tumbuhan lain yang sejenis??"

"Benar, kukira kamu tidak mendengarkan penjelasan ibu Karna kau sibuk melihat kejendela, lanjut pada bab berikutnya!"

Sanzu kini masih menatap jendela, langit sedang mendung. Sudah bulat tekatnya, ia mengangkat tangan kanannya keatas mencoba mendapatkan perhatian dari gurunya

"Ya? Ada apa Akashi?"

"Apa saya boleh izin pulang? Saya khawatir dengan ibu saya, ia sedang sakit dan hanya sendirian di rmh
Saya khawatir dia kenapa²"
















- kini Sanzu tengah berlari menerobos hujan, sambil berlari yang dia pikirkan hanya Name, Name, dan Name. Ia sempat terjatuh, namun dia tetap menguatkan dirinya lalu kembali menerobos hujan.

Kini ia sudah sampai di rmhnya, dengan pakaian yang basah kuyup dia berjalan tertatih-tatih, menaiki anak tangga dan membuka kecil pintu kamar Name, ia bernafas lega ketika melihat Name masih tertidur lelap. Ia kini menutup perlahan pintunya dan mandi, mengelap jejak jejak air, dan memasak. Ia tidak terlalu bisa memasak, namun ia kini sedang bersungguh² sambil sesekali melihat resep di buku cara memasak. Ia memilih untuk memasakkan name Sup Ayam. ia memotong sayur² an, ayam, dan memasukinya kedalam panci.

Setelah beberapa saat, kini sup buatannya sudah jadi, ia tuang kedalam mangkuk dan membawanya ke kamar Name.

"Kak, ayo dimakan supnya" ujar Sanzu sambil menggoyangkan tubuh Name yg masih memeluk guling

Name membuka mata perlahan lalu mendudukkan dirinya, meskipun agak sulit karena sekujur tubuhnya sakit sekali.

"Sanzu? Tidak sekolah?"

"Tidak, guru guru sedang ada rapat, jadi siswa dipulangkan cepat"

Bohong ih 

Ia kini hendak menyuapi name, name pun menerima suapan dari Sanzu

"Enak??"

"Hooh, rasa sup"

"....."

"....."

"Canda, rasa kuahnya kurang"

"Aneh, udh ku masukin garam kok"

"Harusnya kau membuat kuahnya menggunakan kaldu ayam, tapi tidak apa², ini tetap enak kok, karna kau memasukan bumbu cinta didalamnya! Jiakhhh"

Sanzu yg mendengar itu hanya mendengus geli, telinganya merah karena malu. Name yg gemes pun menarik telinganya dan berkata

"Lucunya"



-kini Sanzu sedang menahan nafsu, ia sedang mengolesi salep ke bekas lebam di punggung name, ingin rasanya ia mengecup dan membuat kissmark di leher name, namun ia berhasil menahan nafsunya. Setelah selesai mengobati name, kini ia mengompres name berharap demamnya turun, ia menatap wajah name yg tengah tertidur, lalu ia pun mengecup pipi name

"Panas"

Itulah yg dia ucapkan, lalu merebahkan dirinya di samping kakaknya, demi tuhan. Dia benar² mencintai kakaknya, ia ingin menjadikan kakaknya sbg miliknya, tidak peduli bagaimana tatapan yg akan diberikan oleh orang² jika mengetahui Sanzu memiliki perasaan pada kakaknya. Hujan yang semakin deras membuat Sanzu semakin mengantuk, ia mencoba menahan rasa kantuk tsb, namun ia gagal. Kini Sanzu tertidur di sebelah Name.












"Kau itu milikku! Jangan coba kabur dariku!!" Pria itu menjambak rambut Name dengan kasar lalu membanting name ke lantai, membuat name mendesis kesakitan.

Pria itu kini berjongkok, mencengkram kuat rahang sang wanita, mata pria itu terlihat jelas sekali sedang menahan rasa nafsu, ia suka melihat raut wajah Name yg mendesis kesakitan. Pria itu tersenyum sumringah





"HAH!" name terbangun dengan keringat bercucuran di pelipisnya, nafasnya tidak karuan, lagi2 ia memimpikan sosok lelaki berambut mullet berwarna pink dengan bekas luka yang sama seperti milik Sanzu.

Name menatap ke sebelahnya, Sanzu masih tertidur,. Name mengatur pernafasannya lalu mencoba untuk tidur, namun tidak bisa. Ia sudah kebanyakan tidur, ia kini hanya bisa menatap kagum pada wajah cantik milik Sanzu, tidak lupa dengan bekas luka di sudut bibirnya

"Jangan dilihat, nanti suka" gumam sanzu masih dengan mata yg tertutup.

"Dih, ogah. Kok ga bilang sih udah bangun? Kebangun karena aku ya?" Tanya Name masih menghadap sang adik yang hanya membalas dengan deheman singkat.

"Hey Sanzu, kenapa kau tidak suka dipanggil Haruchiyo?"

"Hm? Karena terdengar seperti nama seorang perempuan. Btw Kak, terimakasih sudah menyayangiku"

"Kenapa berterimakasih? Bukankah itu sudah sewajarnya seorang kakak menyayangi adiknya?"

"Seumur hidup aku baru kali ini mendapatkan kehangatan dan kasih sayang, oleh karena itu aku semakin hari semakin mencintai mu, bukan sbg seorang kakak, tapi sbg seorang wanita" ujarnya kini membuka matanya menatap Name yg hanya terdiam.

"Kau.., bercanda kan?"

"Tidak"

"Sanzu.., candaan mu tidak lucu!" Jawab name asal sambil tertawa

"Tapi aku serius"

"Umm..., Maaf Sanzu. Aku dan kau itu saudara, aku tidak bisa.. maaf, aku yakin perasaan mu itu hanya sebatas perasaan sayang saja. Pasti suatu saat kau akan menemukan gadis yang kau cintai" ujar Name sambil mencubit pipi Sanzu

"Tapi dari semua wanita, yg aku sukai itu hanya kak name" Sanzu semakin memperkecil jarak diantara dirinya dan Name, lalu

Cup

Sebuah kecupan mendarat di leher Name, Sanzu menghisap dan menggigitnya hingga meninggalkan bekas bewarna merah ke ungu² an. Sontak membuat Name membelalakkan mata dan menjauh dari Sanzu, namun dia malah terjatuh dari kasur, ia meringis kesakitan karena luka nya dan benturan keras tsb.

"S-sanzu???" Tanya name dengan raut wajah ketakutan.

Sedangkan Sanzu hanya tersenyum melihat ekpresi yg dibuat oleh Name. Ia berdiri lalu menggendong name dan membaringkannya di kasur.

"Sekarang kau milikku!" Setelah berkata seperti itu ia mengecup pipi, leher, dada, belakang telinga, dan bibir Name, lalu keluar dari kamar name dengan ekspresi bahagia. Sdgkn name hanya menatap ke arah pintu dengan tatapan horor.

Bukankah tadi itu termasuk penglecehan? Aku harus gimana???

Batin name sambil mengusap usap tanda yg diberikan oleh Sanzu dengan kasar berharap itu akan hilang, namun hanya membuat kulitnya terluka.

absolutely mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang