Bab 1

1.8K 90 7
                                    

"Haidar, bangun kamu." Ucap Sean membangunkan Haidar, Rasanya baru kemarin anak-anaknya ini dia gendong tapi waktu berputar begitu cepat.

Kini anak-anak sudah dewasa, Haiman sudah kuliah.
Dan Haidar sudah mencapai kelulusannya di sekolah menengah.

"Astaghfirullah," Dengusnya sebal, karena dari ketiga anaknya hanya Haidar yang susah bangun, dengan kesal Sean mengambil air di kamar mandi.

Byurrrr..

"Aaaaa Tsunami." Teriak Haidar gelagapan karena menelan air yang Ayahnya sirem ke wajahnya.

Sean sudah berdecak pinggang, dengan sorot mata yang tajam membuat Haidar cengegesan tak jelas dan langsung berlari ke kamar mandi.

Sean menggeleng-gelengkan kepalanya, dia pun keluar dari kamar Haidar menuju meja makan.

"Udah bangun, Yah." Tanya Ira..

"Sudah,"

"Abang, Hanna berangkat bareng Abang ya." Ucap Hanna sambil mengunyah sarapannya.

"Hmmm"

Tak lama setelah sarapan, Haiman dan Hanna pamit berangkat ke sekolah dan Haiman ke kampus.

Begitu pun dengan Sean yang pamit kekantornya, Ira melirik jam dinding yang sudah jam delapan, tapi anak keduanya itu tak kunjung turun juga.
Ira menaiki tangga untuk kembali melihat Haidar.

Tok
Tok

"Kak, kamu sudah bangun belum?" Ira menempelkan telinganya di daun pintu, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.

Krekkk

Kamar Haidar kosong tak ada siapa pun, hanya ranjang yang basah.

Ira mendekati kamar mandi, tidak ada suara gemercik air setetes pun.

Ira kembali mendorong pintu kamar mandi, matanya membulat melihat Haidar malah tidur dengan nyenyak di Bathtub.

"Haidar!!'

" Ahhh iyaa." Haidar langsung bangun mendengar teriakan ibunya.

"Cepet mandi, jam berapa sekarang."

"Hehe Iya bun"

Ira meninggalkan Haidar, tapi tetep suaranya terus berteriak agar Haidar tidak lagi tidur dikamar mandi.
Ira bingung, sikap Haidar ini menurun ke siapa, melihat suami. Suaminya sepertinya tidak senakal Haidar.
Astaghfirullah, Ira rasanya sangat pusing.

***

Sorot tajam kini menghunus Haidar yang duduk dengan tenang, seperti tidak punya salah sedikitpun.
Bahkan dia meminum air yang di sediakan di meja untuk Pak Agus, guru BK BHAKTI KENCANA.

Haidar yang turun dari dinding tinggi pembatas itu tak menyadari kalau pak Agus menunggunya dibawah, dan sekarang dia harus di straf diruangan ini.

"Haidar!!" Haidar langsung melonjak kaget mendengar bentakan Pak Agus.

Pak Agus menghela nafasnya, rasanya dia sangat bosan menghukum murid satu ini yang entah tak tau apa kapan insyaf nya.

"Alasan apa lagi kamu manjat tembok?"

"Telat pak." Jawabnya santai.

"Telat?"

"Iya."

"BAGAIMANA BISA,HAH.APA KAMU TIDAK MEMASANG ALARM, ATAU ORANG TUAMU TIDAK MEMBANGUNKANMMU?"
Haidar mengelap wajahnya yang basah karena air hujan Pak Agus.

"Bangunin ko pak, Sayanya aja ngantuk.!!"

"Astaghfirullah" Pak Agus mengusap wajahnya frustasi.

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang