Bab 2

686 61 1
                                    

Dunia ini sementara, hanya tempat persinggahan. Waktu tak bisa di putar kembali, jadi nikmatilah waktu yang sedang berputar ini.

Begitulah pikir Haidar, laki-laki berseragam SMA ini masih betah bermain Game di kamarnya, padahal waktu sudah menunjukkan jam 7 pagi.

"Kak, Kamu ko belum berangkat sih. Ini sudah siang." Ujar Ira yang baru masuk kedalam kamar anaknya.

"Bentaran Bun, lima menit lagi."

Ira sudah berdecak pinggang, dia langsung mengambil sapu dan memukul kaki Haidar yang sedang selonjoran.

Bukk
bukk.

"Berangkat kamu gak, Kak. Udah siang ini." kesal Ira pada anaknya.

Ira tak mengerti kenapa Sikap Haidar berbeda dengan Abang, dan adiknya.
Haidar yang di pukul sapu pun langsung ngacir mengambil kunci motornya.

"Astaghfirullah." Ira mengelus dadanya, setiap hari dia harus marah-marah hanya untuk menyuruh Haidar berangkat sekolah.

**

Haidar melajukan motornya ke sekolah, dengan ogah-ogahan dia melajukan motornya.
Saat di lampu merah matanya memicing seseorang yang dia kenal, Haidar membuka kaca helmnya untuk memastikan lebih jelasnya.

"Eh, Bu guru Cantik." Haidar langsung kembali melajukan motornya saat lampu sudah kembali hijau.

tit...

Seorang wanita yang sedang duduk menunggu angkutan umum pun langsung menoleh, Haidar membuka Helmnya.

"Mau kesekolahan Bu?" Tanya Haidar.

"Iya." Sahutnya lembut.

"Bareng aja bu, Saya juga mau berangkat sekolah." Tawar Haidar.

Namun Salma yang di tawarkan tumpangan oleh muridnya itu hanya diam.

"Dari pada telat bu nunggu angkot." Ujar Haidar kembali meyakinkan.

"Nggak papa nih."

"Iya, ayuk Bu." Ajaknya.

Salma menaiki motor Haidar yang di rasa sangat tinggi dan membuatnya sedikit kesulitan.

"Maaf ya." Ujar Salma saat tangannya memegang bahu Haidar untuk menaiki motornya.

"Santai aja Bu."

Haidar kembali melajukan motornya setelah Salma menaikinya, matanya melirik lewat kaca spion.
Sungguh cantik, dan pasti masih muda.
Haidar tak menyangka kalau dirinya bisa tertarik dengan wanita yang lebih tua darinya.

"Bu, Namanya siapa?" Tanya Haidar.

"Salma"

"Oh, Bu Salma!!"

Tak lama perjalanan mereka, Haidar memarkirkan motornya di parkiran sekolah..

Salma mengucapkan terimakasih pada Haidar sebelum wanita itu pergi meninggalkan Haidar.

Haidar berjalan memasuki kelasnya, semua orang menatap Haidar heran karena biasanya laki-laki itu selalu telat ke sekolah.

"Selamat pagi epribadihhhh."

"Walaikumsalam salam" Sahut Hanan.

Haidar langsung duduk di kursinya dengan senyuman yang tidak luntur setelah dia sampai ke sekolahannya.

"Kenapa lo, udah gila ya." Ujar Jono yang duduk di samping Haidar.

"Iya, gue udah gila." Sahutnya santai.

Jono yang mendengarnya mengidik ngeri, dia menggeserkan kursinya sedikit menjauh.

"Ngeri anjir punya temen gila."

Haidar langsung menyimpan tasnya dan mendaratkan kepalanya diatas tas.
Tidur, itulah kegiatan Haidar setiap hari.

"Selamat pagi semuanya." Ucap guru yang baru masuk, namun Haidar yang sudah pergi ke alam mimpi itu tak mendengarkan sedikit pun.
Salma membuka buku absennya, garis merah panjang menghiasi buku absennya, siapa lagi kalau bukan nama Haidar Muhammad Yusuf.
Bahkan sudah 3 hari dia mengajar, Salma belum tau yang mana orangnya.

Salma mulai mengabsen satu-persatu nama muridnya, hingga nama Haidar dia sebut tapi tidak ada sahutan.
Mata teman-temannya melirik ke arah belakang orang yang sedang tertidur, Salma mengikuti arah muridnya.
Dia beranjak dari duduknya, kakinya melangkah mendekati orang yang begitu nyenyak dengan tidurnya.

"Apa ini yang namanya Haidar?" Tanya Salma pada semua muridnya.

"Iya bu."
Salma menoel-noel bahu Haidar, tapi tidak ada penggerakan sedikit pun.

"HAIDAR MUHAMMAD YUSUF." Panggil Salma kencang membuat si empu yang sedang tertidur nyenyak mengerjap.

Degg

"Bidadari surga." Semua orang tertawa mendengar suara abstrak Haidar yang keluar dari mulutnya.

"Kamu!! Berdiri di luar." Kesal Salma.

"Eh, bu jangan dong." Rengek Haidar.

"Sekarang kerjakan tugas, setelah selesai jelaskan di depan!!"

"Ehh busyett,, tadi kalem banget malu-malu sekarang galak banget." Gumam Haidar.

"Apa kamu bilang"

"Ibu cantik!"

Blushh, Salma langsung memalingkan wajahnya.
Dia buru-buru kembali berjalan ke depan, jantung nya tidak akan aman jika berhadapan dengan murid abstraknya ini.

***

Suasana warung mang Odang begitu ramai, Jono memakan gorengannya dengan lahap tak lupa segelas kopi sudah tersedia di depannya, sedangkan Hanan memesan ketoprak untuk makan siangnya.

"Pergi gak lo,Mel." Haidar terus saja menyingkirkan tangan Meli yang terus saja bergelayut manja ditangannya.

"Ihh apa sih, aku kangen tau!!"

"HAIDAR!!"

Mata Haidar langsung membulat mendengar teriakan wanita, dengan cepat Meli menghadang wanita yang akan memeluk Haidar.

"Apaan lo Pea, peluk-peluk pacar gue." Ucap Meli.

"Eh, dasar pelakor. Ngapain lo di sini." Sahut Seli, Seli langsung mendorong Meli dan duduk disamping Haidar.

"Kamu kemana aja sih, aku Chat gak di bales. Di telpon gak di angkat." Ujarnya sambil memanyunkan bibirnya agar terlihat gemas, bukannya gemas Haidar malah ngeri melihatnya.

Brukkk

Seli terjatuh dari duduknya karena di tarik Meli.

"Pergi lo, dasar!! Haidar tuh pacar gue, kaga usah gatel lu."

Seli langsung berdiri, dia berdecak pinggang.

"Heh, gue sama Haidar tuh udah pacaran lama, elo tuh dasar pelakor."

"Apa lo bilang!!" Meli langsung menjambak Seli, begitu pun dengan Seli dia membalas Meli hingga terjadi pertengkaran di warung Mang Odang.
Haidar, laki-laki itu tak tau kemana. Dia sudah ngacir pergi meninggalkan warung.

Bruukkk
brakkk

Gara-gara berlari tak melihat jalan, karena Haidar menoleh ke belakang, dia menabrak seseorang.

"Maaf, maaf."

Salma hanya diam saat buku yang di bawanya berserakan karena di tabrak Haidar.
Dia memunguti bukunya tanpa menjawab Haidar.

"Eh, bu Cantik. Maaf bu, saya gak sengaja." Haidar langsung membantu Salma memunguti buku.

"Lain kali kalau lari tuh liat jalan."

"Hehe iya Bu, maaf. Sini biar saya bawa saja." Haidar merebut buku di tangan Salma.

"Ehh."

"Calon ibu Anak-anakku gak boleh kecapean, nanti kandungan kenapa-napa lagi."

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang