Senyum indah menghiasi pagi yang masih berselimut embun namun tak membuat wanita yang sudah rapi mengunakan gamis dan pasmina nya untuk membatalkan niatnya meskipun langit tak kunjung memperlihatkan sinarnya.
"Sayang." Syera menoleh saat suara lembut itu menyapa paginya.
Cia memasuki kamar anak gadisnya, dia membelai hijab yang membungkus kepala anaknya bahkan tak lupa mengecup kening Syera.
"Sarapan dulu yu, Papah udah nungguin di bawah."
"Iya Bu." Syera mengandeng Ibunya untuk turun, wajah murung seminggu lalu kini hanya wajah ceria yang selalu terpancar dari wajah cantiknya.
Bukan Syera mudah move on dari masalahnya tapi biarkan Allah yang mengatur rencananya, tugasnya hanya berdoa dan berusaha meskipun dia gagal.
"Selamat pagi, Sayang. "
"Pagi Pah." Syera memeluk manja Papahnya.
Cia langsung mengisi piring suaminya dan anak gadisnya, dia bahagia melihat Syera kembali ceria lagi.
"Pah, Bu. Hari ini aku izin ya." Cia dan Darren saling pandang saat mendengar ucapan Syera.
"Kemana?" Tanyanya berbarengan.
"Ke panti Asuhan, sudah lama Syera gak jenguk anak-anak panti." Ucapnya dan di balas anggukan oleh Darren.
Memang semenjak menjadi mualaf, Syera sering ke panti asuhan seperti yang sering Haidar lakukan dulu.
Dulu waktu dan uangnya dia habiskan untuk berpoya-poya tapi tidak saat dia memutuskan menjadi muslim, banyak pelajaran yang Haidar berikan semenjak dia berhubungan dengan laki-laki itu.
Syera tersenyum lirih di sela makannya, lagi-lagi laki-laki itu tidak bisa hilang dari ingatanya, semakin Syera ingin melupakan Haidar semakin dia mengingatnya bahkan tanpa sadar air matanya terjun begitu saja namun langsung Syera hapus karena dia tak ingin membuat orang tersayang sedih karena mengkhawatirkan dirinya.
"Tambah lagi Sayang." Cia kembali menambahkan makanan Syera.
"Makasih Bu."
***
Hari ini Syera menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan, setelah pulang dari panti asuhan, dia pun kembali melanjutkan ke yayasan lainnya bahkan dia juga mengikuti pengajian yang kebetulan sedang berlangsung di sana.
“TIDAK ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11
Seperti hadits kesebelas dari kitab hadits arba’in nawawi, hadits yang menjelaskan tentang Perintah meninggalkan sesuatu yang meragukan. Sebagaimana diceritakan dalam hadits arbain nawawi yang lain bahwa Apabila seseorang terbiasa engan perkara yang syubhat maka orang tersebut akan terjerumus ke dalam perkara yang haram, diibaratkan suatu domba yang digembalakan di lahan orang yang dekat dengan lahan orang lain, maka perlahan-lahan domba tersebut akan memasuki pekarangan orang lain.
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiallahuanhuma dia berkata: Saya menghafal dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.. (Hadits Riwayat Turmudzi dan berkata : hadits hasan shohih).
Syera terdiam saat mendengar suara orang yang mengisi pengajian, apalagi tema yang di angkat tentang tinggalkan apa yang membuatmu ragu.
pikiran dan hati syera berkecamuk, mungkin selama ini dia masih meragukan kuasa sang Pencipta, imannya kurang kuat untuk meyakinkan dirinya bahwa Allah itu maha membolak-balikan hati, dia lah pemilik dari segala pemilik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jodoh!! (End)
Teen FictionJangan Lupa Baca cerita istri kedua sebelum membaca ini ya. __________ Alasan apa lagi kamu manjat tembok?" "Telat pak." Jawabnya santai. "Telat?" "Iya." "BAGAIMANA BISA,HAH.APA KAMU TIDAK MEMASANG ALARM, ATAU ORANG TUAMU TIDAK MEMBANGUNKANMMU?" Ha...