Sudah hampir dua bulan Keysa mencari Haidar di kampus, ke cafenya bahkan ke tempat tongkrongannya tapi laki-laki itu bagai hilang di telan bumi padahal Keysa sudah menyemangati dirinya kalau suatu saat Haidar akan luluh tapi sepertinya semua ini mustahil, lihat saja laki-laki itu hilang tak ada kabar bahkan nomornya pun tidak aktif.
"Ka Cafenya sudah mau tutup." Keysa menatap karyawan wanita itu dengan tatapan sedih, seakan menyalurkan rasa yang sedang Keysa rasakan.
Karyawan itu meringis melihat Keysa yang menatapnya begitu, sebenarnya dia juga kasian karena hampir dua bulan Keysa bulak balik ke cafe ini.
Sayangnya dia juga baru bekerja di cafe ini jadi dia tak tau apa yang Keysa cari.
"Nih, maaf ya bikin lo telat pulang terus." Keysa pun menyimpan uang di meja untuk membayar minuman yang di pesannya dan juga tips untuk karyawan cafe Haidar.
Dengan langkah gontai Keysa meninggalkan cafe milik Haidar, dia berdiri di depan Cafe itu menunggu taksi tapi karena sudah malam jadi sangat lumayan sulit.
"Mbak mau bareng."
"Nggak usah, saya mau kesana dulu." Tuduhnya pada mini market di sebrang jalan.
"Oh ya sudah, Saya duluan ya Mbak."
"Hemm."
Setelah kepergian karyawan itu, Keysa berjalan menelusuri jalan. Mini market hanya alibinya saja karena dia tidak mau lagi menyusahkan orang.
Jalanan semakin sepi karena sudah sangat malam, sepi, dingin seperti hatinya.
Kaki jenjang itu berjalan sambil menunduk, bahkan Keysa menendang apa saja yang bisa di tendang, bahkan suara kaleng minuman pun dia tendangi hingga menimbulkan suara yang sangat berisik.
"Kesell." Keysa menendang kaleng minuman yang menemani berjalannya itu.
"Aww." Pekik seseorang membuat Keysa langsung melotot.
Orang yang kena tendangan kaleng Keysa pun memungut benda itu, tangannya memegang kepala yang sedikit benjol.
"Maaf Mas saya gak sengaja."
"Bidadari."
***
"REVISI!! LIAT DENGAN TELITI, ini sudah ke 6 kalinya Abang nganterin berkas yang sama ke kamu Dar."
"Apalagi sih Bang itu udah benar ko." Sahut frustasi Haidar, bahkan dia sampai mengacak-ngacak rambutnya. Padahal ini baru jam 9 pagi tapi Haidar sudah sangat frustasi dengan pekerjaan barunya itu.
"Kamu liat ini, ini tidak sikron dengan biaya pembangunan proyek yang sedang dikerjakan, salah satu angka saja kamu bisa dituduh korupsi." Jelas Haiman pada adiknya.
"Yaelah Bang cuman satu, apa susahnya sih Abang benerin."
Haiman yang mendengar itu pun Menggeleng-gelengkan kepalanya, dia menarik kursi yang berada di depan Haidar.
Haiman mengerti mungkin ini tidak cocok dengan Haidar tapi bagaimana lagi, dia harus lebih sabar membimbing adiknya.
"Abang dengar kamu minta Ayah buat melamar!." Tanya Haiman lembut tidak seperti waktu datang tadi.
"Siapa?"
"Oh itu, Cewe yang terakhir pernah aku bawa kerumah." Jawab Haidar santai sambil merevisi berkas yang tadi Abangnya berikan.
"Oh."
"Fokusin lagi jangan sampai ada yang salah karena Abang akan menyerahkan semua ini ke kamu." Ucap Haiman sambil pergi meninggalkan Haidar yang melongo tak percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jodoh!! (End)
Teen FictionJangan Lupa Baca cerita istri kedua sebelum membaca ini ya. __________ Alasan apa lagi kamu manjat tembok?" "Telat pak." Jawabnya santai. "Telat?" "Iya." "BAGAIMANA BISA,HAH.APA KAMU TIDAK MEMASANG ALARM, ATAU ORANG TUAMU TIDAK MEMBANGUNKANMMU?" Ha...