Bab 40

304 17 3
                                    

"Dar, beneran nih kita mau kerumah sakit sekarang?." Tanya Syera.

Bukannya menjawab, Haidar malah menatap tajam Syera sambil cemberut.

"Dar." Panggilnya lagi, Syera yang sedang merapihkan bajunya pun menoleh.

"Dar, dar. Panggil Sayang kek, mas, Abang gitu." Kesalnya, karena sudah dari semalam dia ngasih tau Syera agar tidak memanggil namanya.

"Hehe, Ya Sayang. Aku lupa." Kekehnya, dia tak mau harus di hukum lagi seperti semalam apalagi dia sudah rapi seperti ini.

Setelah melewati malam yang panjang, sifat omes Haidar selalu muncul setiap kali berdekatan dengan Syera.

"Kamu cantik banget sih." Puji Haidar sambil menyenderkan kepalanya di pundak Syera.

"Oh jadi kemarin-kemarin mah gak cantik gitu."

"Hehe Cantik ko, udah yu kita kerumah sakit sekarang." Haidar pun mendorong kursi roda yang di duduki Syera.

Dia begitu bahagia karena penantianya akhirnya terwujud, melihat Syera kembali tersenyum.

Mobil yang membawa pasangan suami istri itu pun berhenti di salah satu rumah sakit.

Haidar pun mengambil kursi roda di kursi belakang lalu menurunkannya setelah itu dia mengendong Syera agar duduk di atasnya.

"Aku takut."

Haidar pun memutar tubuhnya lalu dia bersimpuh di hadapan Syera.

"Ada Aku, kamu percayakan sama aku." Ucap Haidar meyakinkan istrinya.

"Aku bakalan nemenin kamu, aku gak bakalan ninggalin kamu. Kamu percayakan sama aku." ucapnya kembali meyakinkan Syera.

"Aku takut, gimana kalau aku tetep gak bisa jalan."

"Ssttt, Ada Allah berserah kepadanya, tugas kita hanya berusaha."

Syera pun mengangguk, Haidar mendorong kursi rodanya masuk kedalam rumah sakit. Dia sudah membuat janji dengan dokter yang akan menangani Syera.

Jantung Syera berdetak begitu cepat saat Haidar terus mendorong kursi rodanya, takut? tentu dia takut.
Syera takut semuanya tidak sesuai ekspektasi, dan itu malah akan mengecewakan Suaminya.

"Selamat pagi, Dok." sapa Haidar saat dia masuk keruangan kerja sang dokter.

"Pagi, silahkan duduk."

Haidar pun duduk dengan Syera di sampingnya, dia menggeser satu kursi agar Syera bisa di sampingnya.
Haidar mulai menceritakan kejadian yang menimpa Syera hingga membuat istrinya itu lumpuh.

"Dok, apa saya bisa sembuh?" Tanya Syera.

"Saya sudah berobat kemana-mana tapi tidak ada perubahan apapun, dokter sendiri juga pasti tau kalau saya mengalami spinal cord injury, saya..." Syera terisak karena tidak bisa melanjutkan lagi ceritanya, ini bukan sekali dua kali Syera ke dokter, dan dokter selalu bilang sedikit kemungkinan untuk sembuh dan semua itu alasan kenapa Syera memilih untuk diam tak mau lagi kerumah sakit.

Dia lelah, ketakutan terus saja menghantuinya meskipun Haidar tak pernah meninggalkan dia sedikitpun.

Syera takut meninggalkan Haidar sendirian tanpa keturunan, dia benar-benar takut. Apa dirinya bisa hamil?

Dokter pun terasa sesak mendengarnya, memang spinal cord injury adalah jenis trauma fisik yang sangat serius dan berjangka panjang hingga permanen. Hal ini terjadi akibat adanya kerusakan pada bagian sumsum tulang belakang atau saraf di ujung kanal tulang belakang (cauda equina).

Dokter yang menangani Syera pun tersenyum untuk menguatkan wanita itu.

"Meskipun sangat sedikit harapan untuk sembuh karena banyak kasus spinal cord injury yang meninggal, tapi kita harus yakin kalau Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di atas kemampuan seseorang. Saya yakin Nyonya Syera bisa sembuh, kita bisa melakukan terapi fisik (okupasi) dan konseling apalagi sebelumnya Anda juga sudah perawatan sehingga saya yakin kalau Anda punya kesempatan sembuh sangat besar."

"Dok, apa saya juga bisa hamil?." Tanya Syera membuat Haidar di sampingnya langsung menoleh.

"Sayang."

"Saya pengen punya anak." Lanjut Syera.

Dokter itu kembali tersenyum menanggapi Syera.

"Melansir dari Spinal Cord, cedera tulang belakang jarang memengaruhi kesuburan wanita secara langsung. Meskipun wanita mungkin berhenti ovulasi setelah cedera. Tetapi, selama wanita masih bisa berhubungan intim maka mereka masih bisa hamil.." Jelasnya membuat Syera tersenyum, karena artinya dia punya harapan untuk itu meskipun nanti dia pergi tapi dia ingin anaknya menemani Suaminya.

Setelah konsultasi dan menanyakan jadwal terapi Syera, mereka pun kembali pulang.
Sepanjang jalan Haidar hanya diam, begitu pun dengan Syera.

"Aku gak mau kamu hamil!!!."

Syera langsung menoleh ke arah Haidar, dia begitu syok mendengar penuturan suaminya.
Sakit? tentu. Wanita mana yang tak sakit hati mendengar suaminya tidak menginginkan anak dari pernikahan yang selama ini di bina, tapi belum Syera menjawab Haidar kembali bicara.

"Aku gak mau kamu kenapa-napa, aku gak mau kehilangan kamu Ra." Haidar menatap Syera, dia kembali menatap ke arah depan karena sedang menyetir.

"Aku gak bisa bayangin kalau aku kehilangan kamu, Ra. Cukup waktu itu kamu hampir ninggalin aku, kalau bisa lebih baik aku dulu yang pergi dari dunia ini. Jangan Kamu, aku gak sanggup." Haidar menatap ke arah depan dengan tatap nanar, bahkan dia mengusap wajahnya yang sudah basah itu.

Seorang Haidar yang badboy kini menangis untuk seorang Syera, wanita bar-bar yang selalu membuatnya jatuh cinta.

Syera tak bisa berkata-kata, dia hanya bisa menatap wajah suaminya yang terus basah.

***

"Mas."

"Mas, jangan diem terus dong."

"Aku cuman mau punya anak dari kamu, kan kata dokter juga gapapa selagi aku masih.. "

"Bukan masalah itu, Ra. Hamil itu besar resikonya, aku gak mau itu yang malah mempengaruhi kesehatan kamu."

"Kamu percayakan sama aku kan, Mas."

Haidar menghela nafasnya, dia menarik Syera kedalam pelukannya.

"Kamu harus sehat." Ucapnya sambil mengecup ubun-ubun Syera.

"Aku pasti sehat, apalagi suaminya kamu." Goda Syera membuat Haidar kembali tersenyum.

"Ayo dong Mas, gass. Aku kan pengen ngerasain mengandung."

"Kamu ini ya Ra." Haidar mencubit pipi Syera gemas.

***

Hari-hari Syera kini begitu berwarna, semakin hari kondisinya semakin membaik.

Bahkan suster yang di tugaskan untuk merawat Syera pun ikut merasakan senang.

"Emmmmmm ya ampun,, udaranya seger banget." Syera merentangkan tangannya.

Dia yang duduk di kursi roda pun menoleh ke arah suster yang sedang mendorong kursi rodanya.

"Kayanya aku udah lama gak jalan-jalan gini sus."

"Iya Bu. Mulai sekarang Bu Syera harus sering jalan-jalan seperti ini agar psikolog Bu Syera juga semakin baik dan proses penyembuhan semakin cepat."

"Iya Sus, Kamu benar. Dulu Aku terlalu mengurung diri karena syok kalau Aku cacat." Syera menatap lurus jalanan yang di lewatinya.

Dia mengingat bagaimana Haidar berjuang untuk mengembalikan dirinya agar seperti dulu.

"Aku bersyukur banget, Allah kasih Haidar sebagai jodoh Aku."

"Iya Bu. Pak Haidar begitu tulus, dia juga begitu telaten dan Sabar ngurus Ibu."

"Iya Sus. Emmm udah ahh jangan jadi melow gini. Kita kesana yu Sus." Tunjuknya pada taman yang banyak di kunjungi Ibu-ibu, anak muda dan bapak-bapak yang sedang berolahraga.

"Iya Bu."

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang