Bab 43

950 30 2
                                    

Semua ini nyata, Aku tidak bermimpi.
Syera sudah pergi meninggalkanku, rasanya baru kemarin kami bercanda bersama tapi sekarang tinggal cerita.

Aku pikir kau takdir, ternyata hanya mampir.

"Haidar." Aku menoleh saat suara lembut itu memanggil namaku.

"Sayang, ini sudah satu bulan Syera pergi. Jangan seperti ini terus, bunda khawatir Sayang." Air mata itu turun membasahi wajah cantiknya, hatiku bertambah sakit melihatnya.

"Jangan nangis Bun." Aku mengusap air matanya.

Satu minggu setelah Syera meninggal, Aku di bawa pulang Ayah dan Bunda ke palembang.

"Jangan seperti ini,"

"Maaf Bunda."

"Bunda takut."

"Bunda, Boleh tidak kalau Aku tinggal di Bogor?"

Kulihat Bunda yang sedang menangis langsung menatapku tajam.

"Kenapa harus ke Bogor?"

"Aku ingin menenangkan diri." Alasanku, tidak bukan itu, Aku ingin menunaikan ke ingin Syera yang ingin tinggal di bogor karena bosan tinggal di jakarta tapi semua itu tidak terlaksana.

"Biarkan saja Bun, dia butuh suasana baru agar hatinya kembali tertata." Sambung Ayah yang baru saja bergabung.

"Dulu Ayah juga seperti itu, meskipun Ayah kembali harus menyesal karena kehilangan anak kita satu lagi."

"Tidak mudah menata hidup kembali kita setelah di tinggalkan orang yang kita cintai, mereka terlalu menghakimi rasa trauma kita dengan cacian."

"Meskipun saat itu cara Ayah salah, tapi mencari suasana baru untuk menenangkan diri itu penting. Agar kita tidak berkepanjangan dalam trauma yang kita alamai."

"Ya sudah, Bunda nurut saja sama Ayah. Kalau itu bisa bikin Haidar kembali bahagia."

"Makasih Bunda, Makasih Ayah."

***

Hari ini adalah Hari keberangkatan ku ke bogor, tempat yang sangat di suka Syera.

Dan hari ini Aku akan mengabulkan cita-citamu itu, aku akan membangun mimpimu di sana.

Maafkan aku yang baru bisa mewujudkannya sekarang.

Bunda dan Ayah mengantar ku ke bandara, Assisten ku pun ku ajak pindah. Bahkan dia juga yang mengurus semuanya.

Untung dia single, sehingga aku tidak terlalu merasa bersalah karena mengajaknya kesana kemari.

Untuk rencanaku, Aku ingin membuka taman baca seperti yang Syera inginkan.

Tentu saja ada cafe yang harus aku urus di sana, meskipun aku tidak bekerja di perusahaan tapi Cafeku bercabang-cabang dimana-mana.

Mungkin nanti, aku akan mengurus perusahaan kembali.

"Hati-hati di jalan ya Sayang, kalau sudah sampai kabarin Ayah dan Bunda."

"Iya Bunda."

"Mulailah kembali kisahmu di sana Nak, carilah bahagiamu."

"Iya Ayah."

"Aku pamit ya."

"Hati-hati." Aku menyeret koperku dengan Assisten setiaku yang terus saja mengutil.

Tidak ada kalimat 'semua akan indah pada waktunya' karena tidak ada yang abadi di dunia ini, hari ini kita bahagia belum tentu esok lusa kita bisa tersenyum bahagia, dan tidak selamanya juga rasa sakit ini membekas selamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang