Bab 41

286 23 3
                                    

Setelah pulang dari taman, Syera hanya diam seribu bahasa.

Bahkan dia kembali seperti dulu, membuat Haidar mengerutkan keningnya.

Dia pun menatap pada perawat yang tadi mengajak Syera jalan-jalan pagi.

Seakan mengerti apa yang akan di tanyakan Haidar, Suster pun pergi.

"Sayang, Kamu tunggu dulu ya sebentar. Aku ambil sarapan dulu buat kamu."

"Hemm." Jawabnya dingin dengan mata yang masih menatap ke arah taman.

Taman adalah tempat favorit Syera saat dirinya sedih, karena itu dirinya ada di sana.

"Ada apa Sus? kenapa Syera jadi gak bisa di ajak bicara lagi?"

"Maaf Pak, tadi saat kami ke taman ada sedikit musibah." ucapnya menunduk karena merasa bersalah.

"Maksudnya musibah apa?" Tanya Haidar khwatir.

Flasback...

"Sus kita kesana yuk." Tunjuknya pada taman yang banyak di kunjungi Ibu-ibu, anak muda dan bapak-bapak yang sedang berolahraga.

"Iya Bu." Suster pun mendorong kursi roda Syera.

Udara taman begitu segar, bahkan banyak bunga yang bermekaran membuat Syera tersenyum senang. Namun senyumannya luntur saat orang yang sedang duduk membelakangi dirinya sedang membicarakan dia.

"Ck! kasian banget ya Mas Haidar, nikah udah lama cuman ngurusin istri cacatnya."

"Iya bener, Saya yakin kalau istrinya itu gak bisa menyenangkan suaminya."

"Ya gimana mau nyenengin orang cacat gitu, paling cuman bisa duduk sama tidur aja."

"Padahal Saya pernah nawarin Mas Haidar buat nikahin anak Saya. Gapapa jadi istri kedua juga, tapi gitu sok banget pake nolak segala."

Syera sedikit tersenyum mendengar kalau suaminya itu pernah menolak tawaran tetangganya itu.

"Serius?"

"Iya, tiap hari Saya liat dia cuman ngurus istri cacatnya itu, kalau saya jadi dia lebih baik saya ceraikan saja dari pada bikin repot."

Flasback Off...

Haidar mengepalkan tangannya, bahkan rahangnya mengeras menahan emosi setelah mendengarkan ucapan dadi Suster.

"Maaf Pak, Saya sudah ingin menghentikan mereka agar tidak bicara lagi. Tapi Ibu melarang Saya dan mengajak pulang."

Haidar menghela nafasnya untuk menetralkan emosinya yang sempat memuncak.

"Iya gapapa, ini juga bukan salah Suster ko. Tolong ambilkan sarapan untuk Syera ya."

"Iya Pak."

***

"Sayang, ayo dong makan dulu. Kamu kan belum sarapan." Haidar terus saja membujuk Syera namun tidak ada respon sedikit pun.

"Sayang" Haidar menggenggam lembut tangan Syera, dia menciumi tangan istrinya itu. Memberikan cinta yang tulus.

"Ayo kita bercerai." Haidar langsung menghentikan kegiatannya, dia menatap Syera tak berkedip. Ucapan dulu yang sering Syera ucapkan kini terucap lagi.

"Aku cacat, Aku nyusahin kamu. lebih baik kita.. " Belum selesai ucapannya mulut Syera sudah di lahap habis Haidar.

Haidar terus saja melumat bibir Syera agar wanita itu tidak lagi mengucapkan kata yang menyakitinya.

"emmm" Syera memukul dada Haidar saat di rasa ke habisan napas.

"Huhh huhhh, Kamu ya" Kesalnya.

"Sepertinya kamu harus di kasih pelajaran biar gak ngomong ngelantur lagi." Haidar langsung menggendong Syera ala bridal style.

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang