Bab 9

237 36 0
                                    

Setelah selesai semuanya, membagikan mainan dan makan bersama di Yayasan, Haidar dan teman-temannya serta bu Salma tidak langsung pulang.

Lagi-lagi Salma di buat takjub dengan Haidar yang sedang mendengarkan hapalan anak yayasan, bahkan dia membenarkan hapalan yang salah.
Hal yang tidak Salma ketahui dari Haidar dan sekarang dia tau, ternyata Haidar sering melakukan kegiatan ini bahkan sebelum pulang Haidar akan mengetes hapalan anak-anak Yayasan atau panti yang dia kunjungi tak lupa dia juga akan memberikan hadiah buat anak-anak yang hapalanya bagus.

Dari siapa Salma tau, tentu saja dari kedua teman Haidar yang ikut selalu membuntutinya.

"Hapalanya di tambahin lagi ya, Ini hadiah buat kamu." Ucap Haidar sambil memberikan Haidar pada salah satu anak Yayasan yatim piatu itu.

"Makasih ka Haidar." Haidar pun beranjak dari duduknya menghampiri teman-temannya dan Salma yang sedang duduk diruang tamu.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Haidar, karena memang waktu sudah malam.

"Iya, udah malam juga. Emang lo udah selesai?" Tanya Hanan.

"Udah.'"

"Ya udah Ayokk, kita pamit dulu." Haidar pun mencari ibu pengurus Yayasan untuk pamit pulang.
Setelah semuanya pamit, mereka pun langsung pulang. Hanan dan Jono mengunakan motor dan Salma ikut Haidar dengan mobil yang dibawa oleh bos Haidar ,katanya.

"Mau makan dulu, Bu?" Tanya Haidar.

"Nggak usah, lagian masih kenyang." Sahutnya.

"Makasih ya, Bu."

"Hemm, Sama-sama. Saya juga seneng ko."

"Syukur deh bu, Saya juga malah lebih seneng kalau ibu jadi jodoh saya." Lagi-lagi Haidar mengeluarkan ucapan racunnya.

"Haidar__"

"Hehe, bercanda ko bu."

Salma mendengus sebal, dia jadi teringat kalau sedari tadi dia mematikan hpnya.
Apa Mas Yusuf marah ya.
Salma langsung menyalakan hpnya dan benar saja ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan.
Untungnya kekasihnya itu bukan orang pemarah, Yusuf hanya menanyainya dimana dan sedang apa, ya mungkin karena hpnya mati.
Salma langsung membalas pesan Yusuf dan meminta maaf padanya karena baru mengaktifkan hp. Setelah itu Salma kembali memasukan lagi hpnya kedalam tas selempeng yang dibawanya.

***.

"Terimakasih ya Haidar, Mas." Ucapnya pada Haidar dan Joki yang sudah mengantarkannya pulang.

"Sama-sama bu, Kita permisi pulang dulu ya." Pamit Haidar.
Haidar pun pindah ke jok depan menemani Joki, mobil itu pun pergi meninggalkan halaman rumah Salma.
Baru saja Salma akan masuk, suara mobil yang tak asing masuk ke halaman rumahnya.

"Assalamu'alaikum, Salma." Ucap Yusuf yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Walaikumsalam salam, Mas." Sahut Salma senang.

"Baru pulang?" Tanya Yusuf karena melihat Salma yang sepertinya masih mengenakan baju gurunya.

"Iya Mas, masuk dulu Mas. Didalam ada bapak juga."
Yusuf pun mengikuti langkah Salma yang memasuki rumah, dan benar. Ada bapak Salma yang sedang menonton tv.

"Assalamu'alaikum, Pak." Yusuf pun menyalami Bapak dari wanita yang dicintainya itu. Yusuf pun meletakan makanan yang dibelinya.

"Mas, aku tinggal dulu ya." Yusuf pun mengangguk.

"Apa kau sedang menyogok bapak." Ujar Ayah Salma membuat Yusuf terkekeh.

"Iya, Aku sedang nyogok bapak biar merelakan Salma menikah dengan Saya."

Gunawan, menatap Kekasih anaknya bukan sekali Yusuf berkata seperti itu, bukan pula dia tak merestui hubungannya dengan Salma tapi Gunawan belum rela jika anaknya dipinang laki-laki lain.

"Kapan orang tua kamu akan kesini?'

"Secepatnya."

"Baiklah, Saya akan menunggu kamu datang dengan keluarga kamu." Tidak bisa dipungkiri bahwa Yusuf begitu senang mendengar penuturan calon mertuanya itu.

"Terimakasih Pak."

"Tolong jaga anak saya, Saya mempercayai dia padamu. Jangan pernah sakiti dia, karena saya yang akan jadi orang pertama yang akan menghajarmu."

***

Setelah pembicaraan serius itu, sekarang Yusuf dan Salma pun sedang duduk di teras rumah.
Angin bertiup begitu kencang.

"Maaf ya Mas, Tadi Salma ikut ke Yayasan. Hpnya Salma matikan jadi__"

"Nggak papa ko."

"Mas, gak marah?"

Yusuf terkekeh mendengarnya.

"Kenapa harus marah?"

"Emmm, udah malam. Mas pulang dulu ya." Pamit Yusuf yang beranjak dari duduknya.

"Iya Mas, Bilangin ke bapak, Mas pulang dulu."

"Iya, nanti aku bilangin. paling sekarang bapak udah tidur." Jawab Salma sambil mengintip keruang tamu dan memang bapaknya itu sudah tidak ada.

Yusuf pun mulai melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah Salma. Setelah kepergian Yusuf, Salma pun masuk kedalam rumahnya tak lupa dia juga mengunci pintu.
Didalam kamarnya Salma tak langsung tidur, banyak pesan masuk dari Haidar yang mengirimkan foto aktivitas di Yayasan tadi.
Salma tersenyum senang mengingat kegiatan tadi, ternyata Haidar itu orang yang menyenangkan bahkan jika di pikir-pikir dia lebih dewasa daripadanya.

"Jangan tidur malam-malam jodohku, nanti bulan dan bintang marah karena sinarnya kalah oleh kecantikanmu."

Salma terkekeh geli melihat pesan terakhir dari Haidar, entah kenapa rasanya dia jadi terbiasa dengan setiap kata yang keluar dari mulut laki-laki itu.

"Yang sopan kamu, Saya ini guru kamu." Jawab pesan Salma pada Haidar.

"Iya, Ibu itu guru anak-anak Saya nanti,."
Blush, tidak bisakah Haidar ,tidak membuat wajahnya memerah.

"Dasar murid gak jelas."

"Kata siapa gak jelas, Saya itu jelas bu. Jelas jodohnya Ibu."

Hahahah, tawa Salma pecah membaca gombalan receh Haidar dari pesan whatsapp.

"Sudahlah, kamu itu memang gak jelas. Saya mau tidur .ngantuk!!"

Salma pun menyimpan hpnya dimeja rias yang ada di samping ranjangnya.
Matanya menatap langit-langit kamar.

drttt..

Salma kembali menoleh saat ada panggilan telepon.
Haidar.
Satu nama itu, setelah tak dibalas chatnya. Laki-laki itu malah menelponnya.

"Mau apa lagi."

"Nggak mau apa-apa ko, cuman mau ngucapin. Jangan lupa sebut nama saya sebelum tidur, katanya itu salah satu terapi langit yang alam bawah sadar kita mengaminkan setiap apa yang kita ucapkan sebelum tidur." Ucap Haidar panjang lebar.

"Ngapain saya harus nyebut nama kamu, gak ada kerjaan saja."

"Itu ada kerjaan bu, nyebutin nama Saya."

"Masalah apa faedahnya?."

"Biar Allah percaya, kalau ibu juga menyebut nama saya di setiap malamnya!!"

Boleh baper sama murid sendiri gak sih, Salma benar-benar baper sama setiap kata yang keluar dari mulut Haidar.

"Selamat malam Bu Salma, Calon Ibu anak-anak Saya. Semoga Ibu juga menyebut nama Saya di setiap malamnya, seperti Saya yang tak pernah lupa menyebut nama Ibu setiap Malamnya."

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang