Bab 4

416 45 2
                                    

"Selamat pagi, Jodohku." Sapa Haidar.

Salma yang seperti biasa menunggu angkutan umum pun menoleh, alisnya terangkat sebelah.
Kenapa muridnya ini selalu datang pas dia lagi nunggu angkutan umum.

"Kamu bisa sopan sedikit gak, Saya ini guru kamu!" Ucap Salma yang merasa risih dengan panggilan Haidar padanya.

"Hehe, Ibu kan emang jodoh Saya.'

"Terserah kamulah." Ucap Salma jengah, dia pun meninggalkan Haidar sendirian setelah yang di tunggunya datang.

Baru saja akan menyalakan motor, hp Haidar berdering.

"Apa Jon."

"Lu dimana, nih cewe-cewe lo gelud di warung mang Odang."

Haidar mendesih, saat tak sengaja mendengar pertengkaran kedua orang yang entah tak tau meributkan apa.

"Iya, tunggu gue ke situ sekarang!"

Haidar langsung melajukan motornya ke sekolah, tak lama dia sampai di warung mang Odang yang berada di belakang sekolah.
Suasana sudah sepi, dia pun menghampiri mang Odang.

"Mang, Orang-orang pada kemana?"

"Ohh itu pada di bawa pak Agus."

Habis sudah riwayatnya kalau sudah berhubungan dengan pak Agus, dia pasti kena imbasnya apalagi kedua wanita itu berantem karena memperebutkannya.
Dikolidor sekolah Haidar bertemu dengan Salma yang akan masuk ke dalam kelas.

"Siang, Calon ibu anak-anak." Sapa Haidar seolah lupa akan tujuannya.

Salma menoleh ke samping kiri dan kanan, mengerutkan keningnya.

"Ya elah si Ibu gak peka banget sih." Dengus Haidar sebal.

"Kamu ngomong sama saya?" Tunjuknya pada diri sendiri.

"Nggak, sama daun pintu!!'

" Oh iya bu, saya duluan ya. Ada urusan negara." pamit Haidar pergi,meninggal Salma dengan wajah bingungnya.

***

Benar apa firasat Haidar tadi, kalau dia akan di hukum, lihat saja dia sudah berdiri dengan sapu di tangannya.

Pak Agus menyuruh Haidar menyapu lapangan yang luasnya subhanallah dengan dua wanita yang sedari tadi tidak berhenti adu mulut.

"Heeh, lo berdua. Bisa gak sih gak ribut, kepala gue pusing!!".

Seli dan Meli pun langsung diam, mereka kembali menyapu dengan mata yang saling memberikan kode permusuhan.

srekkk srekkkk.

Haidar menyapu lapangan dengan ogah-ogahan, sial banget hidupnya orang yang berantem dia yang di hukum.

"Awas lo, gue mau nyapu deket Ayang Beb gue!!" Ijar Seli.
"Apaan sih lo pelakor, gue mau deket Haidar gue." Sahut Meli tak mau kalah.

"Sialan lo, minggir gak!" Seli pun mendorong Melu, karena tak Terima Meli pun membalas Seli hingga jambak menjambak pun kembali terjadi.

Astaga, Haidar yang pusing pun meninggalkan mereka berdua yang sudah adu jontos.
Warung mang Odang menjadi incarannya sekarang, perutnya sudah keroncongan.

"Milor mang satu, pake cabe."

"Siap Jang Idar."

Tak lama teman-teman Haidar datang karena sudah waktunya istirahat.

"Lo kamana Dar, ko gak balik ke kelas?" Tanya Jono sambil menyomot gorengan yang sudah dingin melambai-lambai minta di makan.

"Tuh cewe sialan bikin ulah, gue jadi ikutan dihukum." Ucap Haidar sebal.

"Harusnya kamu itu kalau gak serius jangan macarin anak orang, bukannya bikin seneng malah babak belur gara-gara berantem mulu." Ujar Hanan.

"Iya pak Ustadz, nanti gue putusin kalau udah dapet yang lebih baik."

"Kamu gak bakalan dapet yang lebih baik, kalau kamu aja gak mau jadi salah satu orang baiknya."

glekkk

Emang tuh omongan si Hanan bikin gorengan rasa baso aja, ngena banget.

"Eh, itu calon Ibu anak-anak gue ngapain jalan ke sini." Hanan dan Jono pun menoleh mengikuti arah tunjuk Haidar.

"Siapa Dar?" Tanya Jono bingung karena yang dia lihat adalah guru baru yang beberapa minggu ini ngajar.

"Mau kemana jodohku." Goda Haidar saat Salma berada di sampingnya sedang memesan makan siang.

Jono dan Hanan langsung melotot mereka saling lirik tak percaya dengan Haidar yang menggoda gurunya sendiri.

"Berapa Mang?" Tanya Salma saat pesanannya sudah di tangan.

"Ehh, gak usah. Biar aku aja yang bayar, masa sih suaminya ada di sini tapi istri bayar sendiri." Haidar pun mengeluarkan uang berwarna biru, padahal biasanya dia suka kasbon meskipun uang jajan tidak pernah ketinggalan.

"Buat mamang aja kembaliannya." Ucap Haidar sombong.

"Kembalian apanya, hutang yang kemarin aja baru kebayar 30ribu."

Jono langsung terbahak mendengarnya, membuat Haidar menggaruk tengkuknya karena malu.

"Ini pak uangnya.' Salma tetap membayar makanannya pada mang Odang dan pergi meninggalkan murid yang menurutnya sangat gaje.

" Makanya kalau mau gaya-gayaan bayar dulu hutangnya." Ledek Jono.

"Diem lu, bukannya bantuin."

"Lu lagian Ekstrem banget sih pake deketin guru baru segala, udah kaya siap nafkahin aja!!"

"Siapa juga yang deketin, gue tuh cuman jagain jodoh gue aja takut diambil orang." Sahut Haidar.

"Jodoh mata lo pecak!!'

***

Suara Adzan berkumandang dengan sangat merdunya, Salma yang di jemput sang kekasih pun mampir ke masjid pinggir jalan untuk menunaikan sholat ashar.

"Kita sholat dulu ya."

"Iya, Mas!!"

Salma pun keluar dari mobilnya, dia menatap punggung laki-laki yang sudah dua tahun menyemat dalam hatinya.

Laki-laki yang lembut dan sopan, yang selalu menjaganya padahal dia dan sang kekasih terpaut umur yang berbeda, iya Salma adalah seniornya tapi nyatanya cinta tak memandang itu.
Setelah melaksanakan sholat, Salma dan sang kekasih mampir ke restoran untuk mengisi perutnya.

'Gimana kabar Abah?"

"Baik ko Mas Yusuf!"

"Maaf ya, aku jarang mampir. Insya allah nanti aku mampir bawa rombongan kerumahmu!!'

"Amiin Mas."

Mereka pun makan setelah pesanan datang, kesibukan Yusuf kuliah membuat dia jarang bertemu dengan Salma apalagi sekarang Salma yang sudah mengajar dan punya kesibukan masing-masing.

"Ehh, Nanti kerumah dulu mau gak?' Tanyanya pada Salma.

" Emmmm gimana ya, Mas. Tadi Abah suruh pulang cepet-cepet." Ucap Salma tidak enak.

"Oh ya sudah gapapa, nanti lain kali aja."

"Maaf ya Mas."

"Gapapa, santai aja."

Mereka pun melanjutkan makanan mereka, dan setelah selesai Salma diantarkan pulang oleh sang kekasih sampai rumahnya..

"Mampir dulu Mas." Ajak Salma.

"Ada abah gak dirumahnya?"

"Ada ko Mas."

Salma tersenyum, dia tau kalau kekasihnya tidak mau mampir kalau tidak ada orang dirumah.
Ayah Salma yang seorang satpam sudah pasti jarang dirumah, tapi sang Ayah selalu menjaga putrinya agar pulang tepat waktu, dan menjaga diri.

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang