Bab 12.

282 34 0
                                    

Sepanjang perjalanan tidak ada suara yang keluar dari mulut Salma
Yusuf yang sedang mengendarai mobilnya pun sesekali melirik Salma.

"Kamu lagi sakit?" Tanyanya.

"Nggak ko."

"Mau makan dulu,."

"Nggak usah, aku gak laper." Sahut Salma, Yusuf pun hanya mengangguk-angguk kepalanya.

Beginilah mereka kalau pulang sekolah, bertemu di luar seperti terroris karena Yusuf yang masih berstatus sekolah.

"Murid kamu itu gimana, masih suka gangguin kamu?" Tanya Yusuf membuat Salma menoleh kearahnya, dia jadi teringat Haidar.
Tiba-tiba bibirnya terangkat.

"Tapi kamu juga kan murid aku." goda Salma. Yusuf pun langsung gugup.

"Emm maksud aku itu lo. " dia mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

Salma terkekeh melihat kekasihnya yang salah tingkah seperti itu. Dia tak menyangka kalau pacaran dengan brondong itu seperti ini rasanya. Dia pun menceritakan Haidar pada kekasihnya yang sedang menyetir.

"Iya Masih, tau gak Mas. Ternyata dari sikapnya yang selalu bikin onar dia itu baik banget lo, aku aja gak nyangka banyak banget deh hal yang baru aku ketahui dari dia." Cerita Salma antusias.

"Oh ya, kapan-kapan boleh dong kenalin Aku. Emang dia di kelas mana?" tanyanya.

"Iya Mas, nanti aku kenalin ke kamu. Dia di kelas buangan."

"Hemm pantes aja aku gak tau." Gumam Yusuf, karena kelas buangan dan kelas unggulan cukup berjarak jauh. Dia punmelirik Salma yang masih tersenyum itu, tak ayal hatinya cemburu saat Salma begitu antusias bercerita tentang laki-laki lain bahkan terlihat bahagia.

Mobil Yusuf pun sampai ditempat perhiasan yang Bundanya recomendasikan.
Yusuf pun membukakan pintu untuk Salma.

"Ayo." ajaknya turun.

"Kita mau ngapain ke sini?" tanya Salma, bahkan senyuman di bibirnya langsung lenyap.

Kening Yusuf mengerut, tentu saja dia jadi tak nyaman melihat Salma yang tak antusias. Dia mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Emm emang bapak kamu belum ngomong?"

"Hah, ngomong apa?"

Yusuf menghela nafasnya, dia pun menarik tangan Salma dan mengenggamnya.

"Aku kan ngomong sama bapakmu kalau lulus nanti, aku mau lamar kamu. Tinggal nunggu beberapa bulan lagi. Jadi aku ajak kamu ke sini buat cari cincin untuk kita."

Salma terdiam mendengar ucapan kekasihnya, dia tentu saja tak di beritahu bapaknya.

Salma pun turun dari mobil Yusuf, mereka pun berjalan beriringan. Meskipun sudah pacaran cukup lama, tapi Yusuf tidak pernah mengandeng tangan Salma atau pun jalan berdempetan.
Karena menurutnya romantis itu tidak perlu itu semua.

"Mbak, saya yang tadi telpon. Saya mau lihat cincinnya." Ucap Yusuf setelah mereka sampai di toko perhiasan.

"Oh bentar ya Mas." Penjaga toko itu pun pergi mengambil cincin yang sudah dipesan Yusuf.

Yusuf pun langsung menyodorkan cincin yang terbuat dari logam palladium pada Salma. Desainnya mewah dan memiliki ornamen yang membuat tampilannya semakin mengesankan apalagi cincin untuk wanita, ada hiasan berupa berlian-berlian kecil di bagian atasnya. Sehingga saat digunakan, berlian ini memberikan kilau yang cantik.

"Kamu suka gak?"Tanya Yusuf.

"Apa ini gak terlalu mewah, Mas." Bisik Salma pelan. Apalagi saat penjaga toko itu menjelaskan detail dari cincin yang dipesan Yusuf untuk pernikahan mereka.
Ada berlian yang terpasang cantik di cincinnya, dan pastinya harganya sangat mahal.

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang