***
"Rini, bangun atau Mami tendang?" bisikkan halus terdengar samar ditelinga Rini.
"Ampun Ma, Rini bangun," ujar Rini gelagapan sembari membersihkan liur yang masih netes.
"Bagus, mandi sana dan jangan lupa pakai sampo, sudah hampir seminggu kau tak keramas," titah Mami.
"Gak dulu deh, masih wangi kok rambutku, Ma."
"Wangi kau bilang? Lihatlah di samping bantalmu," tunjuk Mami pada bantal tidur Rini. Di situ terdapat beberapa ekor nyamuk yang mati.
"Buset, kenapa nih nyamuk-nyamuk pada mati? Kasian mana masih muda," ujar Rini.
"Mabok amer," jawab Maminya ketus.
"Pantesan, kecil-kecil udah liar, akhirnya malah mati."
"Mau ngoceh sampe kapan? Mandi sana, dan keramas! Awas kalau tidak, bakalan Mami beri tendangan dari surga," ancam Mama, Rini hanya menelan ludah kasar. Dia masih ingat ketika Mama memberinya tendangan itu, rasanya ah mantap.
"Otw Ma," ujar Rini lalu lari terbirit-birit ke kamar mandi. "Kamar mandiku sayang, kita ketemu lagi. Nungguin ya?" lanjutnya.
***
"Oke, karena Rini cakep udah selesai sarapan, sekarang aku pamit mau berangkat," ujar Rini lalu menyalami Maminya tercinta.
"Hati-hati di jalan, bawa motornya jangan balap-balap, kamu bukan Rossi," pesan Mami Rini
"Hooh, tenang aja. Rini bakal bawa motor sepelan-pelannya."
Dengan mengendarai motor bebeknya, Rini telah siap berangkat ke sekolah pergi
"Anakku yang cantik tapi beban udah pergi, untungnya," gumam Maminya linglung.
Rini lewat di depan rumah tante Diana, dengan sengaja memelankan laju motornya lalu memainkan klakson.
"Woii, anak siapa tuh pagi-pagi udah bikin rusuh?" teriak Tante Diana dari depan pintu rumahnya.
"Calon mantumu, tante," jawab Rini tak tau malu.
"Orang gila ternyata, udah-udah gak usah dipeduliin, ayo lanjut sarapan," samar suara Tante Diana terdengar.
'Cakep gini dikatain gila, tega bener tuh calon mertua, nanti awas aja kalau ngemis-ngemis pengen jadiin mantu,' batin Rini.
"Tante Diana, Angganya mana? Udah pergi, kah?" teriak Rini.
"Udah pergi, katanya takut ketemu orang gila. Sadar diri aja ya, Rini. Penolakan keras itu," tante Diana balas teriak.
"Rini gak bakal mundur, seperti kata pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, kelelep-kelelep kemudian."
"Pepatah macam apa itu," kesal tante Diana.
"Mana aku tau, aku kan cakep," ujar Rini, lalu segera melajukan motornya. Tante Diana hanya memandang datar kepergian Rini.
Sesampainya di sekolah, Rini disambut oleh teman sebangkunya, Leo.
"Whatsapp Rin," sapa Leo.
"082195 ...."
"Sapa yang minta nomor WA lu coeg, itu gue nyapa, ya Allah," potong Leo.
"Bilang dong, abisnya lu datang-datang main ngomong gitu," jawab Rini polos.
"Gini amat punya temen gak waras," gumam Leo lirih.
"Yuk kita ke kelas, wahai anak muda," ajak Rini semangat, Leo hanya pasrah dan mengekorinya dari belakang. Sepanjang koridor banyak mata memandang Rini kagum, sebab wajahnya yang bisa dibilang cakep, tapi tidak dengan akhlaknya. Begitu pun Leo yang berparas rupawan, tetapi sudah terkontaminasi oleh kelakuan Rini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cewek Gesrek
HumorTentang cerita hidup gadis cantik minus akhlak beserta kawan-kawannya yang tak jauh beda. Baca aja deh sendiri, gak pandai buat deskripsi