***
"Rini, murid baru itu liatin lu terus dari tadi," bisik Leo.
"Biasalah, gini nih kalau cakep ... gue gak kaget lagi," ujar Rini. "Sekarang diem, gue mau tidur."
"Rini, pinjam pena lu dulu dong," ujar Leo cengengesan.
"Ambil sendiri, orang cakep mau bobo," suruh Rini."
Menutup mata, Rini dengan damai menunju pulau kapuk.
"Kyaaa ... oppa," teriak Rini histeris melihat Angga.
"Rini kekasih hatiku, maukah dikau mengelilingi tempat ini bersamaku?" ajak Angga pada Rini.
"Mau dong, masa enggak," jawab Rini genit, lalu menggandeng lengan Angga. Mereka berdua tersenyum hangat, berjalan dengan riang mengelilingi taman bunga yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Rini, aku cinta sama kamu," ujar Angga lalu bertekuk lutut.
"A-aku juga cinta kamu, eh maksudku cinta banget," goda Rini.
"Kamu bisa aja deh, makin cantik kalau kaya gitu." Angga mengambil tangan Rini, lalu menciumnya lembut.
"Will you marry me?" tanya Angga.
"Kyaaa ... yamette kudasai Oppa, jangan bikin aku pingsan, omo-omo," ujar Rini absurd.
"Mau gak?" tanya Angga penuh harap.
"Pastinya mau, seneng gak? Seneng gak?" tanya Rini.
"Senenglah masa enggak ... hayuuk palpale pale," jawab Angga, mereka berdua lalu terkekeh.
Tiba-tiba terjadi gempa, kepala Rini tertimpa batu, tunggu dulu kenapa ada gempa? Dan kenapa kepala Rini kena batu? Ada yang gak beres.
"Bangun woi ... bangun anak setan!" tubuh Rini diguncang-guncang. Dengan pelan, mata Rini mulai terbuka, dia bangun.
"Siapa yang berani bangunin gue, sialan?" ujar Rini emosi, berani-beraninya ada yang mengganggu mimpi indahnya saat akan menikah dengan Angga.
"Gue," jawab Nathan. Ya, dia yang berani membangunkan Rini. Tanpa berkata-kata, Rini menendang Nathan hingga dia terjatuh.
"Lu mau mati?" tanya Rini dingin. Nathan tampak kaget, dia merasakan kepalanya berdarah, rupanya waktu ditendang oleh Rini, kepalanya mengenai sisi meja.
"Rini, stop! Lu mau bunuh dia?" ujar Leo menarik tubuh Rini, namun Rini tetap bergeming, soal tenaga Rini gak ada lawannya.
"Siapa lu? Kenapa berani bangunin gue?" menarik kerah baju Nathan, Rini bertanya dengan datar. Tatapannya tajam, Nathan sedikit kaget. Dia benar-benar berbeda dengan yang tadi.
Teman sekelas yang lain tidak ada yang berani menghentikan Rini, mereka sudah tau kalau berani menganggu tidur Rini, sama saja dengan mencari mati.
'Padahal udah gue bilangin jangan berani ganggu Rini pas dia tidur,' batin Dito.
"Kenapa bangunin lu? Gue cuma iseng aja. Gak ada maksud lain," jawab Nathan santai.
"Oke, lu yang mulai duluan," ujar Rini, tanpa berkata-kata lagi, dia menonjok wajah Nathan, cewek-cewek di kelas itu histeris, bagaimana tidak, wajah Nathan yang masya Allah diubah menjadi inalillahi dengan mudahnya oleh Rini.
"Rini, berhenti!" perintah Angga, datar.
Rini segera berhenti otomatis, tanpa disuruh dua kali, dia segera melepas Nathan yang hampir pingsan dengan wajah babak belur.
"Lu selamat, soalnya calon suami gue suruh berhenti, kalau gak ... gue rubuhin semua gigi lu," ujar Rini, sinis.
"Udah-udah semua kenapa masih lihatin aja? Cepat bawa Nathan ke UKS," titah Dito, si ketua kelas. Anak-anak cowok segera memapah Nathan ke UKS.
"Leo, temenin gue bersihin tangan dong, jijik banget penuh darah gini," ujar Rini memasang tampang watados, Leo hanya menghela napas. Tidak habis pikir dengan temannya, kadang pelawak, kadang cewek berdarah dingin, dasar aneh.
"Udah tau jijik, kenapa masih mukulin?" tanya Angga datar.
"Mau tau aja, apa mau tau banget hayoo?" goda Rini.
"Ckck," decih Angga.
"Ayo Leo," ajak Rini lalu menggandeng tangan Leo, Rini melangkah riang seakan tidak ada yang terjadi. Sedang di belakang, Angga menatap tak suka pada tangan Leo yang digandeng Rini.
"Eh Rini, jangan dipegang tanganku, nanti darahnya nempel, gak suka," protes Leo, lalu melepas gandengan Rini.
"Yee ... sok banget lu! Ingat kata pepatah Leo, ringan sama dijinjing berat lu pikul sendiri," ujar Rini, Leo hanya menggeleng kesal.
"Kelakuan lu, udah kaya apa aja. Noh, udah sampe."
"Gue ke sini, lu ke sana ... apa mau ikut gue ke toilet cewek?" tanya Rini menahan tawa.
"Lu mau gue digebukin lagi?" kesal Leo.
"Hahahaha ... udah-udah sana," ujar Rini lalu tertawa.
***
Di UKS, Nathan baru saja tersadar dari pingsannya. Kepalanya dipenuhi perban, badannya kesakitan.
"Buset, tuh cewek petinju apa? Tega bener mukulin orang, mana mukulnya diwajah tampan gue lagi, apes bener," gumam Nathan. Lalu, dia teringat sesuatu.
"Cewek itu, berbahaya ... Rini kah namanya?" Dia mencoba mengingat. Lalu tiba-tiba dia bergidik ngeri, teringat saat-saat Rini memukulinya dengan tersenyum lebar.
"Gak waras, cewek itu gak waras."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cewek Gesrek
UmorismoTentang cerita hidup gadis cantik minus akhlak beserta kawan-kawannya yang tak jauh beda. Baca aja deh sendiri, gak pandai buat deskripsi