***
"Jadi, kamu beneran mau datang ke acara itu?" tanya Ayah Rini. Setelah kepulangan Nathan dan Leo, Rini kini disidang oleh orang tuanya.
"Beneran, lagian itu kan ulang tahun teman sekelasku, jadi Rini harus datang dong," jawab Rini bohong, padahal dia tidak punya niatan untuk merayakan kelahiran Aldira sama sekali.
"Baiklah, berarti kamu harus ikut kelas singkat untuk memperbaiki etikamu, akan Mama panggilkan guru untukmu," ujar Mama Rini semangat, bagaimana tidak hampir 16 tahun anaknya hidup bebas layaknya tarzan, kini tiba-tiba berniat untuk bergaul dengan teman-teman sederajatnya, bukankah ini tanda-tanda bahwa putrinya telah siap menjadi pewaris. Sungguh Mama Rini telah salah paham.
"Etika? Rini gak butuh itu ... anak kita udah sempurna sayang," ujar sang Ayah yang telah dibutakan cintanya pada Rini. Bahkan ketika melihat kepala pelayan yang babak belur dihajar oleh Rini, Pak Andra hanya menganggapnya candaan.
"Betul juga, putri kecil kita kan udah selayaknya malaikat, tidak mungkin dia melakukan hal-hal buruk," ujar Mama bangga. Rini tersenyum puas, cukup babunya dan para reader yang tau kelakuan asli si kampret Rini.
"Mama akan siapin semua keperluanmu," ujar Mama berapi-api, dia penasaran bagaimana bentuk putrinya saat memakai gaun.
"Terserah saja, Rini mau ke kamar dulu, pengen tidur," Rini beranjak dari kursinya, meninggalkan Ayah dan Ibunya yang saling memberi kode.
"Pak Sebas, masuklah," teriak Ayah Rini, Pak Sebas memasuki ruangan dengan menunduk hormat.
"Anda butuh sesuatu tuan?" tanya Pak Sebas.
"Persiapkan ratusan kamera, pastikan semuanya kualitas terbaik, bersiaplah untuk memotret putri tercantikku, ingat jangan ada yang blur," perintahnya tegas dengan mata berbinar, mata fans maniak.
"Baik tuan."
**
Sementara itu di kamar mewah miliknya, Rini dengan santai berbaring di ranjangnya sambil menonton anime di tv besarnya.
"Bagus ... hajar dia Luffy!" seru Rini semangat.
"Kenapa lu gak mukul si Sanji balik, njir! Jangan cuma terima pukulannya doang!" gerutu Rini tidak terima.
Waktu berlalu cepat, tidak terasa sudah selesai maghrib, namun Rini belum bersiap sama sekali, dia masih tetap stay di ranjang dan menonton animenya. Sedang di bawah, Nathan dan Leo telah sampai untuk menjemputnya.
"Tina, Rini mana?" tanya Leo pada pelayan pribadi Rini. Leo sudah rapi dengan jas hitamnya, menambah aura ketampanannya, apalagi rambutnya yang biasa acak-acakan kini tersisir rapi. Begitu pun dengan Nathan, dia mengenakan tuxedo putih, membuatnya terlihat seperti malaikat, apalagi kulitnya yang putih pucat, menambah kesan sucinya. Mereka berdua tampak benar-benar berbeda, sungguh tampan.
"Nona muda masih di kamar," jawab Tina.
"Apa dia sudah selesai bersiap?" tanya Nathan penasaran.
"Kalian cek saja sendiri, Tuan," jawab Tina yang membuat perasaan Leo dan Nathan tidak enak.
"Baiklah."
Mereka berdua segera menapaki tangga, menuju ke lantai dua, tempat kamar Rini berada.
"Rini, lu udah siapa?" tanya Leo dari luar kamar, yang dipanggil masih sibuk dengan animenya.
"Rini, kami masuk ya." Leo dan Nathan segera membuka pintu, kebetulan pintunya tidak terkunci sehingga memudahkan mereka berdua untuk masuk. Namun, mereka berdua malah disambut dengan seorang gadis yang masih acak-acakan bersorak riang menonton anime.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cewek Gesrek
HumorTentang cerita hidup gadis cantik minus akhlak beserta kawan-kawannya yang tak jauh beda. Baca aja deh sendiri, gak pandai buat deskripsi