**"Rini, buka pintunya dong ... lu kenapa sih hari ini?" teriak Leo sembari menggedor pintu kamar Rini, di belakang berdiri Kaivan dan lainnya.
"Rin, sombong lu! Mentang-mentang udah punya pacar," ketus Nathan. Mereka berdiri sekitar lima belas menit di depan pintu, sebelum akhirnya pintu kamar dibuka oleh Rini.
"Senyum dikit napa, Rin. Mukanya galak banget," ngeri Devin melihat Rini yang memasang wajah tembok.
"Kalau wajah lu kek gitu, lu nabrak dinding juga, dindingnya yang minta maaf," ujar Nathan takut-takut, Rini hanya menatapnya sinis.
"Rini marah sama kita? Kita ada buat salah apa?" tanya Kaivan lembut. Sedang Aldira dan Angga menatap Rini malas.
"Jawab kek, ditanya itu jawab," geram Angga. Rini tetap bungkam, dia segera masuk lalu berbaring di kasurnya membelakangi mereka. Tidak lama Salsa dan Dito datang, mereka membawa satu plastik es krim dan beberapa jenis cemilan.
"Rin, ayo dong jangan ngambek lagi sama kita, nih gue bawain jajan," bujuk Salsa.
"Atau kalau Rini mau, kita beliin sekalian sama pabriknya," tambah Dito. "Asal Rini gak marah lagi."
Rini tidak merespon, semua yang ada di kamar terdiam, Rini beneran marah?
"Kalian berisik babi ... gigi gue sakit su!" umpat Rini keras. Dia kemudian menangis sesenggukan. "Kalian gak ngertiin gue!"
"Astaga, coba lu ngomong njer! Jangan diam-diam bae kaya tikus kecebur got!" marah Nathan. Rini semakin galau.
"Kita ke dokter gigi aja, biar gigimu dicabut," ajak Devin. Rini menggeleng.
"Ayo dong Rin, kita pergi ya ... katanya jagoan, pas kecil cita-citanya pengen jadi ultramen," bujuk Nathan ngawur.
"Sembarangan!" bentak Rini galak. "Gue dulu pengen jadi dinosaurus!"
"Hah? Kenapa jadi dinosaurus?" tanya Devin.
"Karena gue pengen ... punah." Devin pengen tertawa, Rini selalu saja bisa membuat suasana menjadi ceria.
"Rin, pipimu makin tembem ... wkwwkwk," ngakak Aldira diikuti Angga. Rini menatap mereka berdua galak.
"Jangan didengerin Rin," ujar Leo. "Kalian jangan gangguin dia! Rini kalau marah sukanya gigitin tembok, kan gue yang susah kalau dia makan habis nih tembok kamar!" Rini menangis semakin kencang, mentang-mentang dia belum bisa membalas, dia kini dibully. Akhirnya, Rini memutuskan untuk ngambek.
Setelah lama membujuk dengan berbagai macam iming-iming, akhirnya Rini setuju untuk pergi ke dokter, dengan syarat dia bakal dikasih seratus juta oleh Leo.
**
"Leo, gue gak tau ... lu itu g*blok atau t*lol," hina Angga sadis. Leo hanya cuek.
"Gue cuma bingung, mau ngabisin duit ini gimana? Udah terlalu banyak! Kalian kalau lagi pengen apa-apa, bilang sama gue aja ... bantu habisin duit!" ujar Leo.
"Leo, gue boleh pinjam?" Nathan bertanya penuh harap.
"Khusus buat lu, gak!" tolak Leo ketus. Nathan bersungut-sungut.
"Dih, dasar deskriminator!"
"Deskriminasi, nyet!"
"Hilih, diskriminisi," ejek Nathan yang langsung digetok oleh Leo. Mereka berdua pun baku hantam dilihatin oleh yang lain. Rini ingin melerai tapi dia ... mager.
"Nona Anastasia Rinisagita, silahkan masuk," panggil seorang suster, Rini segera berdiri dari kursinya.
"Perlu kutemani?" tawar Kaivan, Rini hanya menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cewek Gesrek
HumorTentang cerita hidup gadis cantik minus akhlak beserta kawan-kawannya yang tak jauh beda. Baca aja deh sendiri, gak pandai buat deskripsi