#39

272 31 0
                                    

***

"Buset mewah banget!" Rini kagum, dia berhasil masuk setelah mengalahkan penjaga di depan.

"Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa sampai di sini?" tanya beberapa orang yang muncul dari pintu tengah.

"Siapa aku? Siapa kamu? Kita siapa?" Rini bertanya balik.

"Heh bocah! Ngapain kamu ikut nanya!" hardik Om dengan kumis lebat layaknya hutan pinus.

"Misi Om, kamar mandi di mana, ya?" Rini bertanya dengan sopan. Dia beneran kebelet.

"Di sana, dek," jawab si Om kumis menunjuk pintu kecil di samping.

"Makasih Om," jawab Rini lalu berlari ke arah pintu itu.

"Heh, kenapa dikasih tau? Kalau tuh bocil polisi gimana?" tanya Om dengan perut buncit.

"Mana ada polisi, tuh anak mukanya aja kek bocil SD," jawab om kumis.

"Jaga-jaga aja, ntar tetiba dia keluar bawa senjata kan gak lucu," ujar om buncit.

"Heh jangan suudzon, udah mau puasa," kata si Om kumis mengingatkan.

Tidak lama kemudian, Rini keluar dengan wajah lega.

"Gimana dek? Udah selesai hajatannya? Nah sekarang pulang ya! Tuh pintu keluarnya di depan," suruh si Om kumis.

"Rini mau makan, lapar!" rengek Rini lalu duduk selonjoran di lantai.

"Dek, ini bukan restoran ... lebih baik adek segera pergi sebelum bos kami muncul," pinta om buncit serius.

"Rini maunya makan dulu!" Rini tetap kekeh. Akhirnya mereka memutuskan untuk memberi Rini makanan.

"Dek, kamu teh anak siapa? Ngapa bisa nyasar ke sini, bahaya!" ujar Om kumis. Dia teringat anaknya.

"Gabut om!" jawab Rini santai.

"Abis ini pulang ya," mohon si Om buncit.

"Bisa dibicarakan baik-baik setelah kenyang," kata Rini acuh. Dengan lahap dia mulai memakan semua makanan yang ada, para om-om yang ada bingung melihatnya.

Selesai makan, Rini pun pamit pergi ... entah kenapa dia tidak lagi penasaran dengan hal-hal yang terjadi. Dia rindu Papa dan Mamanya.

"Om, aku pamit ya ... sekedar saran, kalau om-om sekalian butuh pekerjaan yang halal, datang aja ke rumah Rini," ujar Rini tersenyum tulus, sembari memberikan kartu namanya pada om kumis. "Hitung-hitung buat bayar harga makanannya, sampai jumpa!"

Dengan riang Rini keluar dari tempat itu, dia mengambil hp lalu menelpon yang lain dan menyuruh mereka untuk berkumpul di tenda. Mereka akan segera pulang.

Saat sampai, sudah ada Aldira dan Nathan tidak lama yang lain pun menyusul, wajah panik mereka berubah menjadi lega kala melihat Rini. Salsa dan Dito berlari dengan riang memeluk Rini erat. Melihat itu yang lain pun tidak mau kalah, akhirnya terjadilah perebutan, yang diakhiri dengan tinju asmara dari Rini.

"Rin, tau gak? Padahal tadi kami liat markas rahasia loh, kukira kamu di dalam, makanya kita mau nyusul," jelas Salsa berapi-api.

"Gue ada di belakang rumah kok, tadi lagi boker waktu kalian manggil-manggil," jawab Rini berbohong. "Udahlah, siap-siap ... gue mau pulang."

Tanpa diulang lagi, mereka semua segera menuruti Rini ... barang-barang segera dibereskan mereka semua siap naik bus.

"Kenapa, Rin? Kok lesu biasanya juga kaya orang utan," tanya Leo menatap Rini aneh.

"Batrei gue lagi lobet, udahlah sono jadi supir pengen pulang gue!" ketus Rini, Leo tidak berani lagi bertanya. Rini menatap rumah tua itu dengan serius. Dia berpikir bahwa ada beberapa orang yang tidak seberuntungnya. Rini sedih, dia teringat para om yang memberinya makan tadi.

Si Cewek GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang