baru ingat kalau punya cerita di wp

362 44 12
                                    


**

"Hur sahuuuurrr! Bangun atau kutendang, Rin!" teriak Leo keras di kuping Rini yang masih terlelap.

"Aaah berisik! Watashi masih pengen tidur." dengan kejam Rini menggeplak Leo untuk menjauh darinya.

"Bangun Rin, gak mau sahur? Nyesel loh, gak bisa ikut buka ntar, gak diajak ngabuburit, kasian," oceh Nathan yang muncul entah dari mana membawa pentungan hasil rampokan.

"Setelah gue pikir-pikir, ngapain juga gue pikirin!" Rini bangkit duduk dengan mata sayu, dia mager.

"Bangun atuh neng geulis! Kita sahur, yang lain udah nunggu di bawah," ajak Leo lembut, dia merapikan rambut Rini yang kusut, tidak lupa menyeka liur Rini dengan tisu.

"Cocok banget jadi bapak," cetus Nathan.

"Bapak dari anak-anak kita?" tanya Leo menatap Nathan.

"Astaghfirullah, keep halal brother! Allah is watching," kata Nathan dengan wajah syoknya.

"Hahahaha ... seru-seru, Leo gendong gue masih mleyot melihat keuwuan ini," kata Rini manja. Leo hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya.

"Iya," jawabnya pendek, mulai menggendong Rini di punggungnya.

"Apa karena udah bulan puasa? Si Leo jadi baek banget," heran Nathan.

"Kayaknya," balas Rini lalu kembali terlelap.

**

"Hello guys! Selamat pagi," sapa Rini ceria ketika sampai di meja makan, Leo berhasil membangunkannya tanpa dihajar, Dito dan yang lain terlihat lega.

"Sini Rini, duduk di sampingku," ajak Kaivan.

"Oke," jawab Rini tanpa pikir panjang.

"Sial, kita keduluan," bisik Dito pada Salsa.

"Masih ada kesempatan lain," balas Salsa, Dito mengangguk dengan senyum licik.

Mereka sahur dengan hening, Rini makan dengan cepat, dia pengen kembali tidur.

"Makannya pelan-pelan, keselek ntar meninggoy gak sempet pake baju lebaran ntar," kata Aldira dingin. Rini cengo menatapnya.

"Cie, perhatian," goda Rini.

"Ckck, merepotkan," decak Aldira membuat Rini tersenyum.

***

Rini bangun siang hari, untuk shalat dzuhur. Dia tidak melihat yang lain. Pengen manggil tapi dia terlalu malas. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu mereka di kamar, nanti juga muncul sendiri. Benar saja, tidak lama mereka semua pada muncul, udah kek anak bebek yang ngejar induknya.

"Rin, lu liat hpnya Devin, gak?" tanya Angga. Rini hanya mengangkat bahu lalu tersenyum.

"Beneran gak liat?" Devin memastikan. Rini pun tertawa.

"Gak liat!" jawab Rini berusaha menahan tawanya, sebab wajah Devin begitu lucu saat panik.

"Wah, pasti si Rini yang sembunyiin," tuduh Nathan ketika melihat tindakan mencurigakan Rini.

"Setuju," angguk Aldira. Tawa Rini malah makin pecah.

"Bener kata orang, kalau temen lu kehilangan barang dan lu tersenyum ... di situlah fitnah terbesar pun terjadi," kata Rini.

"Ngaku Rin," kata Leo.

"Heh, gue lagi puasa mana mungkin bohong, dosa brother!" kata Rini kesal.

"Rini, are you okay?" tanya Devin, dia merasa tidak enak karena Rini dicurigai.

"No what-what!" jawab Rini dengan senyuman. "Coba cek di dapur, terus liat di kulkas semalam lu lupa ambil waktu naruh es krim."

"Astaga, iya bener! Aku baru ingat ... makasih Rin," kata Devin lalu berlari keluar dari kamar.

"Mencurigakan, kenapa lu bisa tau?" tanya Nathan dengan tatapan curiga.

"Ya karena gue liatlah semalem! Orang guenya yang nyuruh dia naruh es krim," jawab Rini acuh.

"Riniiii!" greget mereka.

"Ya mangap, mana gue tau dia bakal lupa hpnya," kata Rini kalem.

"Hadeehhh!" sesal Dirga, kenapa dia bisa berteman dengan orang-orang aneh ini.

***

Si Cewek GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang