#32

288 47 5
                                    

**

"Ava-avaan ini?" tanya Rini kesal, pasalnya baru saja mereka sampai di hotel, dia malah disambut oleh Leo dkk.

"Kita pulang!" ajak Leo tegas tanpa menjawab pertanyaan Rini.

"Lah? Gak mau," tolak Rini cepat. "Kalian ngapain ke sini?"

"Kita mau bawa lu balik, Markonah. Nanya mulu udah kek wartawan," kesal Nathan.

"Kan gue udah bilang gak mau, orang lagi panen duit," ketus Rini.

"Jadi, Rini gak mau pulang? Rini gak sayang Papa sama Mama lagi?" tanya Papa Rini yang tiba-tiba muncul entah dari mana bersama istrinya.

"Buset! Kalian semua niat banget pengen gue kembali, orang lagi liburan juga malah diganggu! Gak asyik ah pake bawa-bawa ortu gue," keluh Rini panjang lebar. "Yaudah iya, gue pulang! Gak asyik kalian, cepu njir!"

"Terus aku gimana, Rin?" tanya Dimas setelah dari tadi dicuekin.

"Terserah kau mau ngapain! Kita gak peduli," Salsa menjawab ketus.

"Kau gak apa-apain Rini kami, kan?" tanya Dito dengan mata melotot, kini semua tatapan mengarah pada Dimas, untungnya Rini sudah masuk ke kamar untuk bersiap-siap.

"Sumpah, aku gak ngapa-ngapain sama Rini, serius!" jawab Dimas, keringat dingin membasahi pelipisnya.

"Kalau gak ngapa-ngapain, terus ngapain ngajakin Rini pacaran sampe jalan-jalan ke Paris, segala?" tanya Ayah Rini dengan tatapan tajam.

"Rini yang pengen ke sini, aku ngikutin aja, serius Om, jangan jadiin aku kanebo kering," panik Dimas, dia ngeri ditatap seperti itu oleh seluruh anggota keluarga dan teman-teman Rini.

"Yasudah kalau emang begitu, sana keluar mau ngapain lagi kamu di sini," usir Mama Rini. Tanpa diulangi Dimas segera pergi dengan cepat, kalau bertahan lebih lama lagi di sana mungkin dia akan ngompol.

***

"Rin, lu masih marah sama kita?" tanya Leo. Mereka kini berada dalam pesawat pribadi keluarga Wijaya.

"Marah soal apa? Perasaan gak ada yang perlu dimarahin deh," ujar Rini, mengernyitkan dahinya, bingung.

"Jadi? Lu selam ini gak marah sama kita?" kaget Nathan.

"Yaiyalah, gabut syekali," kata Rini cuek seraya mengupil.

"Isshh jorok!" tegur Aldira, dia benci kotor.

"Biarin, mau?" tawar Rini memajukan jari telunjuk yang dipakai untuk mengupil, lalu melapnya dibaju Aldira.

"Riniiiiiii!!" teriak Aldira histeris. Yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah Rini yang kekanakkan.

***

Pagi ini cuaca benar-benar cerah, cocok untuk peknik atau bertamasya bersama keluarga, tapi tidak dengan Rini yang asyik molor.

"Rin, bangun," Leon berusaha membangunka Rini.

"Bentar lagi," pinta Rini malas.

"Ayolah, katanya mau narik duit di bank," Leo masih terus berusaha.

"Lah iya, bener juga!" Rini langsung bangun, lalu terbirit-birit ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, ingat! Cuci muka nomor satu, mandi tidak perlu.

Rini keluar dari kamarnya disusul oleh Leo. Di lantai bawah, dia disambut oleh Aldira dan yang lain.

"Gue mau nanya, serius lu pada gak ada kerjaan apa? Ngintilin gue mulu perasaan," ketus Rini.

"Alhamdulillah gak ada kok Rin," jawab Nathan polos.

"Kita masih anak sekolah, jadi gak punya kerjaan kalau hari minggu," ujar Aldira kalem.

"Dah lah, serah lu semua dah." Rini segera duduk di kursinya, lalu sarapan dengan tenang bersama yang lain, pagi ini Ayah dan Ibunya sudah berangkat ke kantor dari pagi tadi.

"Kita jadi ke bank, Rin?" tanya Kaivan.

"Jadi."

Selesai sarapan, Rini menyuruh seorang asisetannya untuk mengambil kartu ATM di kamarnya, dia malas kalau naik lagi ke atas.

"Rin, yakin nih lu mau pergi ke bank dengan pakaian kayak gitu?" tanya Nathan menatap Rini dari atas ke bawah.

"Yoi, emang masalah?" tanya Rini balik.

"Ya kagak sih, cuma ... masa pake baju tidur sih!"

"Orang cakep mah bebas, biar gue pake karung beras mah tetep aja cakep," ujar Rini cuek.

"Serah lu ajalah, Rin."

***

Beberapa mobil mewah terparkir rapi di depan bank, berhasil menarik perhatian orang-orang.

"Anjir, artis ya?" celetuk kentang 1.

"Anak konglomerat mungkin," tambah kentang 2.

Pintu mobil terbuka, Rini turun dengan santai, dia tetap cantik meski mengenakan pakaian tidur, dengan kaca mata hitam bertengger manis di hidungnya.

"Tuh kan, artis!" kata kentang 1.

"Asli, cakep banget ... apalagi cowok-cowok di belakangnya."

"Toloong, mataku silau melihat kegoodlookingan mereka."

"Mati sekarang kagak bakal nyesel gue mah."

Itulah suara-suara sumbang yang terdengar saling berbisik.

"Duh, susahnya jadi orang cakep," kata Salsa.

"Begitulah," Rini setuju.

Setelah sampai di depan mesin ATM, Rini segera mengeluarkan kartunya.

"OMG, Rin? Lu punya black card?" cengo Devin.

"Please, jangan udik deh Dev, malu-maluin ... btw OMG, Rin? Black card beneran ini njir! Keren banget," heboh Nathan, Rini hanya melengos.

"Kalian udik banget sih," ketus Angga.

"Kek orang baru liat aja, nih punya aku juga ada," Aldira segera menunjukkan kartunya.

"Gak nanya," ketus Devin dan Nathan bersamaan.

"Ngomong-ngomong, Rini kenapa mau narik uang? Kan bisa bayar lewat kartu," kepo Dito.

"Loh kalian gak tau? Rini kan mau traktir kita wisata kuliner," ceplos Dirga yang langsung dipelototin Rini.

"Ember banget sih," kata Rini dengan mata melotot.

"Ya mangap Rin, eheheh," cengir Dirga.

"Cieee si Rini pengen traktir kita, kesambet ape nih? Sampe rela-rela ke bank narik uang segala," kata Nathan. Rini menatapnya galak.

"Gue lagi baek aja gitu, selain itu kan gak lucu kalau kita makan warung, bayarnya make kartu, ntar dikira kita main remi!" kata Rini kesal.

"Yee sa ae, bisa aja lu Rin," tawa Angga pecah.

"Si Angga akhir-akhir ini receh banget njir," komen si Nathan.

"Setuju," Aldira mengangguk.

"Biarin, dari pada ribuan mending recehan," canda Angga garing. Mereka semua terdiam mendengar candaan itu.

"Ketawa aja dah, kasian si lutung udah ngelawak," kata Rini lalu tertawa, diikuti oleh yang lain.


Si Cewek GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang