***
"Tante, Rini mau pulang aja deh, ngantuk." Rini mulai menguap. Ini memang waktu tidur siangnya.
"Apa mau tante bangunin Angga?" tawar tante Diana.
"Gak deh, Rini mau tidur aja. Leo, gendong," suruh Rini pada Leo.
"Dih, ogah ... lu berat," ujar Leo jujur.
"Kita gak usah temenan lagi kalau gitu," ancam Rini. Leo hanya mendesah, dengan berat hati dia jongkok, membiarkan Rini naik di punggungnya.
"Tante, kami pamit dulu ... nih princes abal-abal udah pengen tidur. Permisi tante, maaf mengganggu," pamit Leo sopan, tante Diana hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Rini, badan lu kok makin ringan? Kurang makan pasti ini," omel Leo sepanjang jalan, Rini hanya diam mendengar omelan Leo, dia benar-benar mengantuk.
Dengan terengah-engah Leo menaiki tangga menuju kamar Rini. Sesampainya di kamar, dengan hati-hati dia meletakkan Rini di ranjang, berusaha agar tidak membangunkan Rini, bahaya kalau gadis itu terbangun. Leo tidak ingin wajahnya berakhir seperti Nathan.
Selesai membaringkan Rini, Leo menatap lamat-lamat wajah Rini. Leo tersenyum tipis.
"Setidaknya lu lebih keliatan waras pas tidur," bisik Leo lalu bangkit dan berniat untuk segera pulang.
***
Pagi ini, Rini berangkat dengan bahagia. Moodnya sedang bagus. Mengendarai motor bebek kesayangannya, Rini bersenandung riang. Namun dari arah depannya sebuah mobil melaju kencang dan berhasil menyerempet motornya.
Bruukk!!
Rini terjatuh, tangannya tertindih motor. Mobil yang menyerempet Rini berhenti.
"Arghh, sialan apes bener dah." Rini menggerutu, dengan susah payah dia Rini mengangkat motornya, agar bisa menarik keluar tangannya yang tertindih.
"Untung aja gak patah, kalau patah bahaya ini, gak bisa cukur bulu ketek, kan repot," Rini bernapas lega.
"Permisi," sapa sebuah suara dari belakang Rini. Rini segera berbalik melihat asal suara, tampaklah seorang lelaki berumur 30-an ternsenyum canggung padanya.
"Nani?" tanya Rini datar.
"Hah?" lelaki itu tampak bingung.
"Huh?" Rini membeo.
"Heh?" lelaki itu semakin bingung.
"Apa?" Rini melotot. Lelaki itu tampak salah tingkah, dengan ragu dia mulai angkat bicara.
"Anda butuh ganti rugi berapa, Nona?" tanya lelaki itu.
"Oh, jadi anda yang menabrak saya?" tanya Rini sarkas.
"Iya Nona, anda butuh ganti rugi berapa? Biar saya laporkan pada tuan," ujar lelaki tua itu.
"Sebelum bahas ganti rugi, kasih tau dulu nama anda dan tuan anda," ujar Rini kesal.
"Nama saya Oscar, panggil saja Pak Oscar, nama tuan saya Aldira Mahendra Prameswari," ujar Pak Oscar memperkenalkan dirinya.
"Mana tuanmu? Panggil dia ke sini, jangan malah sembunyi kaya udang dibalik bakwan gitu," ujar Rini, dia benar-benar kesal sekarang.
"Siapa yang kamu maksud dengan udang?" tanya seorang cowok tampan yang tiba-tiba menghampiri mereka berdua.
Cowok tampan dengan wajah hampir sempurna layaknya lukisan, terpesona Rini terpesona. Mata tajam beiris biru dihiasi hidung bangir, kulitnya putih pucat namun mempesona, rambut pirangnya begitu berkilau ditimpa sinar matahari, yang lebih menarik bibir pinknya yang tampak ranum. Fiks, malaikat. Rini mengucek-ngucek matanya, berharap dia tidak berhalusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cewek Gesrek
HumorTentang cerita hidup gadis cantik minus akhlak beserta kawan-kawannya yang tak jauh beda. Baca aja deh sendiri, gak pandai buat deskripsi