***Dua minggu berlalu dengan cepat, berbagai kejadian konyol dan serius sering terjadi, kini tiba saatnya untuk Rini dan lainnya kembali ke Indonesia.
"Rini, jangan pulang ... biarin para cetek-cetekmu itu saja yang pulang," Akio memelas menatap sinis pada Angga dan lainnya.
"Gak boleh, Rini harus pulang!" tegas Salsa, dia dan Akio bertatapan sengit. Rini hanya menatap mereka jengah.
"Stop drama, gue mau pulang! Pengen rebahan njir ... Leo gendong dong, gue capek banget, Kaivan ambilin air, haus," perintah Rini. Nathan dan lainnya sudah terbiasa dengan pemandangan itu.
Akhirnya kini, Rini telah berada di pesawat pribadi milik keluarga Wijaya. Dia duduk di samping Nathan. Di belakangnya Leo dan Kaivan duduk bersebelahan.
"Rin, gue nyanyiin lagu buat lu ... mau?" tanya Nathan tiba-tiba, Rini mengangguk setuju.
"Boleh."
Entah dari mana Nathan mengambil gitar, dia lalu memainkannya dengan lihai.
'Emangnya dia bisa nyanyi?' batin Rini.
"Karena ku sellow, sunggung sellow ... amat sellow, santai ... santai ... kuyakin Tuhan berikan, jodohku," nyanyi Nathan dengan suara cemprengnya, Rini menutup kedua kuping. Sudah diduga, Nathan memang tidak berbakat.
"Stop Nas, memang sebaiknya bakat terpendam lu itu tetap harus dipendam!" ceplos Rini.
"Rin, kan gue tadi bilangnya mau nyanyi ... gue kan gak bilang kalau suara gue bagus," ujar Nathan lalu cengengesan gak jelas. Rini kesal.
"Gue buang juga lu dari sini!" geram Rini.
"Sabar Rin sabar ... tarik napas, tahan!" ujar Nathan, Rini mengikuti intruksinya. "Buangnya kapan-kapan," lanjut Nathan.
Bhugg! Bhuggg!
Tinju Rini berhasil mendarat di pinggang dan bahu Nathan.
"Sekali lagi, gue langsung buang lu dari pesawat!" ancam Rini dengan mata melotot. Nathan terdiam, Rini hanya melengos kembali menatap lurus ke depan. Kini Nathan diam menatap Rini.
Wajah bulat dengan pipi tembem, saat tersenyum menampilkan lesung dan gingsul, alis yang tebal kecoklatan, matanya besar dengan pupil berwarna biru terang menambah pesona, belum lagi rambut lurusnya yang panjang berwarna cokelat terang, kulitnya yang putih pucat, Rini benar-benar cantik, wajahnya seperti lukisan saking sempurnanya.
"Rini, lu bule?" tanya Nathan, membuat Rini menatapnya serius.
"Ayah gue orang Jerman," jawab Rini malas, ini kesekian kalinya dia ditanya seperti itu.
"Jujur, gue baru sadar sekarang ... lu cantik banget, gue terpesona," Nathan berujar sambil menatap Rini, menikmati setiap pesonanya.
"Gue emang cakep walau lu gak sadar sekali pun ... btw jangan terlalu liatin gue kek gitu, ntar lu jadi bucinin gue," ujar Rini menatap kesal pada Nathan. "Itu merepotkan, sungguh!"
Rini kembali teringat dengan keluarganya yang menjadi bucin fanatik. Jadi orang cantik itu merepotkan. Dia sudah cukup punya Leo, Kaivan, Akio, Akia, Salsa dan Dito yang menjadi bucinnya, dia tidak ingin menambah fans lagi, Rini capek.
"Kalau udah terlanjur gimana?" Nathan bertanya serius.
"Yaudah, nambah satu babu lagi keknya gapapa," jawab Rini enteng dengan senyum manisnya, menampilkan gingsul dan lesungnya.
"Anjir Rin, damagenya gak nahan!" ujar Nathan lebay lalu pura-pura pingsan.
"Dugong!" maki Rini, dia dan Nathan tertawa keras, mengagetkan Aldira dan lainnya.
***
Pagi ini Rini pergi ke sekolah tanpa Leo dan Kaivan. Teman-teman sekelas menatapnya heran, Rini kenapa?
"Rini kenapa? Tumben gak sama dua babunya," bisik Devin pada Aldira. Aldira hanya mengangkat bahu tidak peduli karena memang tidak tau.
"Rini, kenapa ke sekolah sendiri?" tanya Leo yang baru datang bersama Kaivan. Rini tetap diam, dia tidak menyahut.
"Rini, kamu sakit?" tanya Kaivan, dia tampak khawatir. Nihil, Rini tetap tidak menjawab.
"Tumben si nenek lampir diem," sindir Aldira, Rini hanya menatapnya jengah.
"Rin, ini bekal lu kelupaan lagi njeng!" Angga yang baru datang menyerahkan kotak bekal pada Rini.
"Sini biar gue yang pegang," ujar Leo cepat lalu merebut kotak bekalnya.
"Rini, kenapa lu? Diem-diem bae , tumbuh bisul?" tanya Nathan, dia ikut heran dengan sikap Rini.
"Palingan caper," sinis Kinara. Rini semakin tidak peduli, dia bangkit dari kursinya lalu berjalan cepat ke luar kelas.
"Kaivan, lu beneran gak tau? Jangan-jangan lu sembunyiin sempaknya," tuduh Leo pada Kaivan.
"Sumpah aku gak tau! Sempaknya setelah selesai kulipat langsung kumasukin ke lemari, gak main sembunyi-sembunyi!" tegas Kaivan cepat.
"Terus, kenapa dia begitu?" heran Aldira, dia ikut penasaran, biasanya saat ini Rini sudah membuat ricuh kelas.
"Tadi pagi, Rini gak sarapan loh!" lapor Kaivan. Mereka semua terdiam, Rini kenapa?
Hari ini Rini bertingkah sangat aneh, setelah keluar dari kelas, Rini tidak juga kembali, pas dicari ternyata Rini telah pulang ke rumah, dan dia pergi tanpa merepotkan siapa pun, ini anugerah apa petaka?
"Rini udah besar ya, dia gak ngerepotin kita lagi," ujar Salsa sendu, dia bicara seperti seorang ibu.
"Gak mungkin, pasti ada yang salah," Angga tampak tak percaya.
"Benar, mana mungkin Rini tiba-tiba cuek gitu ... pasti ada alasannya," ujar Leo.
"Kita ke rumah, Rini udah balik, dia gak tinggal lagi di rumah utama," ujar Kaivan. Mereka semua mengangguk setuju, siap untuk berkunjung.
"Jujur, males tapi ah sudahlah," Aldira berkata dengan tatapan malas. Leo hanya menatapnya sinis.
"Jangan-jangan Rini udah punya pacar, jadi dia gak mau deket-deket kita lagi," ngawur Nathan yang langsung mendapat pelototan tajam.
"Ngadi-ngadi lu nyet, mau gue pites?" ancam Leo geram.
"Jangan-jangan bener," gumam Kaivan pelan.
"Heh, gak mungkin!" marah Salsa. Akhirnya pembahasan mereka terhenti karena bel.
"Pulang sekolah baru kita bahas," putus Leo.
Sebenarnya ada apa dengan Rini? Penasaran gak?
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cewek Gesrek
MizahTentang cerita hidup gadis cantik minus akhlak beserta kawan-kawannya yang tak jauh beda. Baca aja deh sendiri, gak pandai buat deskripsi