#31

235 41 3
                                    


***

"Rini? Punya pacar?" Dirga bertanya dengan wajah syok.

"Iya Rini," jawab mama Rini serius.

"Si Rini yang itu? Yang pecicilan sama otaknya miring?" lagi-lagi Nathan bertanya.

"Heh sejak kapan anak cantikku otaknya miring?" kesal Mama Rini.

Mendengar omelan itu, mereka semua jadi yakin kalau yang pacaran memang Rini yang mereka kenal, bukan Rini anak kang ojol atau Rini janda tetangga sebelah.

"Rini pacaran dari kapan? Sama siapa Tante?" Leo coba  mengulik informasi layaknya detektif kesiangan.

"Si Dimas Rainhard," jawab Mama Rini enteng.

"Hah?! Bukannya dia model sekaligus anak konglomerat terkenal itu, ya?" cengo Devin.

"Jangan bilang Rini kena pelet," Salsa menduga-duga.

"Bisa jadi," setuju Dito.

"Masa iya?" ragu Aldira.

"Woiii buka IG kalian, liat SG si Rini ... buset mesra banget," ujar Aldira, sontak mereka semua membuka IG.

"Ya Allah, Rini kita udah ternoda," ujar Kaivan setelah melihat SG Rini, dia memgunggah boomerang bareng Dimas.

"Ini di mana sih?" tanya Devin serius.

"Di Paris deh keknya," jawab Dirga.

"Otw," kata mereka semua kompak.

"Tante kenapa ngebiarin si Rini pergi sama buaya sih!" kesal Salsa.

"Kalau Rini diapa-apain gimana?" tambah Leo.

"Ntar kena amuk kita," Dito menimpali.

"Mana tante tau, katanya Rini mau pergi sama-sama dengan kalian ... eh ternyata tante kena tipu, kita semua otw ke Paris aja," usul mama Rini.

" Strowberry mangga nanas, kebetulan kita udah panas jadi gass," kata Nathan.

Akhirnya semua pawang-pawang Rini berangkat ke Paris, bahkan Ayah Rini yang sedang sibuk meeting, memutuskan untuk ikut karena khawatir dengan putri tunggalnya. Tentu saja mereka pergi dengan pesawat pribadi keluarga Wijaya.

***

Sementara itu di Paris ....

"Rini sayang ayok kita foto bareng yuk," ajak Dimas lembut pada Rini.

"Gak mau, ogah!" tolak Rini ketus.

"Kukasih 20 juta deh," rayu Dimas.

"Okey ... sini-sini," ajak Rini semangat memanggil Dimas untuk duduk di sampingnya untuk berfoto.

Begitulah, Rini ternyata hanya pacaran sambil dibayar alias pacar bayaran. Mau heran tapi ini Rini.

"Setelah ini kita ke mana lagi?" tanya Dimas setelah mereka selesai berfoto.

"Terserah sih, gue gak peduli ... yang penting kenyang," jawab Rini seraya mengunyah Ratatouille.  (Ratatouille merupakan makanan khas Perancis yang diolah dari sayur-sayuran yang telah dibumbui lalu setelah itu dipanggang.
Dapat dikatakan bahwa dulunya makanan ini dikenal sebagai makanan para petani saat musim panas).

"Mau ke museum Louvre?" tanya Dimas. (Louvre atau Museum Louvre adalah museum terbesar di dunia dan monumen terkenal yang bersejarah di Paris, Perancis).

"Mana-mana aja sih, lagian aku belum pernah ke situ."

"Yaudah, kamu selesai makan kita pergi."

***

"Ini kapan nyampenya sih ya Allah?" keluh Salsa gak sabar.

"Lu kate dari Indonesia ke Paris kek nyebrang jalan raya?" ketus Nathan.

"Sudah-sudah jangan ribut," Devin menengahi.

"Gue ramal si Rini sama Dimas lagi jalan-jalan berdua ke museum," kata Angga menebak-nebak.

"Lu itu bukan Dilan, jangan sok ramal-ramal segala macem ... mending diem sebelum tuh mulut gue tambal," geram Leo.

"Ciee yang gak terima," ejek Angga.

"Angga diem deh, sebelum kau kita buang dari nih pesawat," ujar Dito dengan senyum misterius, membuat Angga bergidik.

"Atau kau mau kusimpan dalam koper, Ngga?" tanya Kaivan tersenyum manis.

"Kukunci di toilet mau? Bagus loh buat mengheningkan cipta, apalagi ditambahn dengan wangi semerbak dari kloset," tambah Dirga.

"Gak deh makasih," tolak Angga lalu segera menutup matanya berusaha untuk tidur.

***

"Jadi ini lukisan Monalisa? Keren banget," puji Rini ketika melihat lukisan di hadapannya.

"Nah, keren kan? Kamu gak usah kaget gitu, karena suatu saat nanti kamu juga akan kulukis, tapi didalam hatiku," gombal Dimas garing.

"Itu lu gombal?" Rini menatap ilfeel.

"Hehehe ... mau muntah ya? Muntah aja gapapa, soalnya aku udah duluan tadi," ujar Dimas lalu terkekeh pelan. Rini segera memalingkan wajahnya, kembali menatap lukisan Monalisa, pipinya bersemu merah.

"Rini sakit?" tanya Dimas khawatir.

"Gak."

"Tapi wajahmu merah banget, yakin gak sakit?" tanya Dimas lagi.

"Isshh dibilangin gak," ketus Rini. "Kita balik ke hotel aja."

"Yaudah kalau kamu mau balik," balas Dimas lembut.

Akhirnya sesi jalan-jalan mereka berakhir karena Rini mengsalting tetapi malah dianggap sakit sama si Dimas yang sering dicap kang ghosting.

***

Si Cewek GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang