#30

209 29 3
                                    


***

"Rini jangan marah-marah," rayu Leo.

"Nanti Rini cepat tua," lanjut Nathan bernada yang langsung ditatap Rini.

"Oh jadi gitu? Kalau gue marah, langsung tua, gitu? Jadi, gue gak bisa marah?" tanya Rini sinis membuat Nathan menelan ludah pahit.

"Duh, suasananya panas ya," gumam Aldira.

"Hooh, macam lagi di gurun," sambung Devin. Rini tetap tidak peduli, dia kesal susu pisangnya gak dibeli.

"Rin lu kalau sekali dua kali marah gak papa, tapi kalau tiga kali empat sama dengan dua belas," ujar Angga gak ngawur.

"Dih, gaje." Rini masih tetap kesal, padahal dia sudah dibeliin 3 truk berisi susu pisang oleh Leo malah ditambah dengan 2 truk susu cokelat dari Aldira, dia tetap saja ngambek.

"Udahlah. Lama-lama juga bosan kita berada disisi lu Rin, kalau tingkah lu kaya gini terus," ceplos Nathan gemas.

Akhirnya semua tatapan kini mengarah ke Nathan. Dia yang ditatap seperti itu langsung sadar dengan perkataannya.

"M-maksud gue bukan ...."

"Tuhan, jika mereka sudah bosan berada disisiku maka tempatkanlah mereka disisimu, aamiin," potong Rini lalu bangkit dari duduknya dan segera pergi meninggalkan kelas.

"Lu sih Nath, mulut udah kek ember bocor maen ceplas-ceplos aja," sewot Leo.

"Ya maap ... gak sengaja," balas Nathan lesu.

***

"Rin, kita jalan yuk ... udah lama kita gak hang out," ajak Leo pada Rini yang sedang menonton anime.

"Gak, gue punya janji," tolak Rini.

"Janji sama siapa?" tanya Leo penasaran, baru kali ini Rini menolak ajakannya.

"Rahasia," jawab Rini acuh. "Kalian pergi aja tanpa gue, nikmati waktu kalian ... jangan nempel mulu sama gue," tambahnya.

"Rin, kamu masih marah soal kata-kata Nathan kemarin?" tanya Kaivan yang entah muncul dari mana.

"Gak sih, kan kata-katanya emang fakta."

"Rin kalau marah mah bilang, jangan dipendem-pendem, ngeri kita tuh," ujar Dirga.

"Gak kok ... sekarang kalian keluar, gue sibuk," usir Rini santai, mereka bertiga dengan lesu keluar dari kamar Rini.

Ternyata kemarahan Rini tidak cuma sehari, bahkan sudah seminggu Rini jarang berinteraksi dengan Leo dan yang lain, dia selalu saja menghindari mereka.

"Ini perasaan gue doang atau faktanya, Rini kek ngehindarin kita gak sih?" tanya Angga membuka keheningan di antara mereka.

"Setuju, dia kek gak mau ngomong sama kita lagi," sahut Devin.

"Ini pasti karena kata-katanya si Nathan," tuding Aldira menatap Nathan galak.

"Betul, ini semua gara-gara kau!"sengak Dito. Nathan hanya tertunduk, merasa bersalah.

"Yang salah kan Nathan, kenapa aku juga ikut-ikutan dicuekin ... duh, Salsa gak bisa diginiin," keluh Salsa.

"Setelah kupikirin solusi selama 27 jam, gimana kalau kita minta maaf aja," usul Dirga.

"Gue sih mau aja, cuman masalahnya kita bakal dimaafin kagak? Kan gak lucu udah minta maaf, malah dicuekin," ujar Nathan.

"Rini itu baik, pasti bakal dimaafin," ketus Kaivan.

"Si Kaivan kalau kagak ada si Rini, keluar semua sifat aslinya," sinis Devin.

"Emang kenapa? Terserah dong, gak seneng?" tantang Kaivan dengan tatapan mengejek.

"Udah-udah woii, jangan berantem ... memang ya, yang bisa ngendaliin kalian cuma si Rini," ujar Leo berusaha menenangkan mereka.

"Ckckck ... dasar pembuat onar!" kata Salsa sarkas.

"Siapa?" tanya mereka.

"Kalianlah, dasar serangga," ujar Salsa, lalu  bersiap beranjak pergi bersama Dito dan Leo.

"Kalian itu hanya pengganggu dihubungan kami, dasar tamu tak diundang!" timpal Dito. Lalu pergi bersama Salsa dan Leo entah ke mana.

"Mereka ber tiga kenapa sih? Gak jelas banget tau gak,"  gerutu Nathan.

"Kau itu yang gak jelas!" tegas Kaivan, menarik Dirga untuk pergi bersamanya, entah kenapa dia merasa muak dengan Nathan.

"Mereka semua kenapa sih? Kok berasa gue yang paling jahat, ya? Terus si Rini baperan banget, gue aja dibully, dikata dugong segala macem gak pernah tuh marah apalagi ngambek sama kalian, gue fine-fine aja!" tutur Nathan panjang lebar, Devin, Aldira dan Angga mendengar serius.

"Sabarin aja, Nath ... soalnya muka lu juga bikin kesal sih, enek gue liatnya," sinis Angga tiba-tiba.

"Maksud lu apa ngomong gitu? Nyari ribut lu anj*ng?" Nathan menarik kerah baju Angga.

"Apa lu? Gak terima?" Angga tersenyum meremehkan.

"Sudah-sudah, jangan berantem woiii!" Devin berusaha melerai, sedang Aldira hanya menatap mereka datar.

"Lu yang nyari hal duluan ya!" Nathan bersiap meninju wajah Angga namun tangannya ditahan oleh Devin.

"Sabar Nath, sabar Angga, woii Aldira bantuin aku napa!" Devin menatap Aldira memohon bantuan.

"Ckckck ... ngapain terlibat dengan rakyat jelata? Dasar hama!" sinis Aldira lalu pergi meninggalkan mereka. Saat itulah Devin tersadar, semua hubungan mereka berpusat pada Rini ... dia yang bisa mengatur dan mengontrol mereka semua, Rini adalah juru kunci.

***

"Ckck, ngapain kalian harus ke sini?" tanya Salsa ketus, ketika mendapati tamu-tamu tak diundang berdiri rapi di depan rumahnya.

"Ayo, kita pergi minta maaf," jawab Devin serius.

"Baiklah, ayo ... bentar kupanggil Dito sama Leo dulu, kebetulan mereka semua ada di sini," kata Salsa semangat, di mana sikap juteknya tadi?

Siang ini mereka semua memutuskan untuk minta maaf pada Rini, sebelum pertemanan mereka semakin renggang. Dengan mengendarai mobil masing-masing, mereka menuju ke kediaman keluarga Wijaya.

"Assalamu'alaikum, Om ... Tante," teriak mereka kompak dari depan rumah.

"Wa'alaikumussalam, tumben kalian bertamunya pake salam, biasanya juga main terobos aja kek tarzan," kata Mama Rini sembari tersenyum manis.

"Hehehe anggep aja sebagai pencitraan," kata Salsa menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Kalian mau ketemu, Rini? Marahan, ya? Soalnya minggu-minggu ini kalian gak ke rumah lagi, si Rini juga malah sibuk sendiri," tutur Mama Rini.

"Hehehe iya tante, biasalah," jawab Leo lalu cengengesan.

"Rininya ada? Pengen ketemu nih, kangen," kata Nathan. Mama Rini hanya tersenyum.

"Tentu saja tidak, Rini lagi liburan sama pacarnya," jawab Mama Rini dengan wajah polos.

"WHAAAATTT?? PACAR?" teriak mereka serentak, histeris.

"Duh, teriaknya biasa aja dong, tante mandi air liur kalian nih," ujar Mama Rini lalu mengambil tisu membersihkan wajahnya yang terkena cipratan ludah. Jijik.

"Maaf Tante, kita syok," mereka meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

Tidak habis thinking, Rini punya pacar? Kalian heran? Author lebih heran.

***

Si Cewek GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang