#38

245 41 2
                                    

***

"Salsa, gimana nih?" panik Nathan.

"Aku juga lagi panik, Nath ... Riniiiikuuu," Salsa makin panik.

"Tenang guys, jangan terlalu panik," Angga berusaha menenangkan suasana yang tiba-tiba kacau.

"Gimana mau tenang? Rini hilang di luar sana, sendirian!" Leo frustasi.

"Tunggu apalagi? Ambil senter, kita cari Rini. Tadi terakhir kali kalian bersama Rini waktu ketemu s*tan di belakang rumah, kan? Kita samperin tuh s*tan," ajak Dito, dia bergegas masuk ke tenda mengambil barang-barangnya.

"Setelah ketemu sel*tannya, kita ngapain?" tanya Devin bingung.

"Kita tanyain soal Rini, dia gak jawab kubuat dia ngerasain m*ti untuk kedua kalinya," jawab Dito dingin.

"Aku ikut, sudah lama gak berantem," timpal Salsa.

Akhirnya mereka semua sepakat untuk mencari Rini.

"Ya Allah, beban hidup gue udah berat malah ditambah lagi, malang banget," keluh Nathan.

"Kalau ngerasa beban hidup lu berat, jangan diangkat! Biarin aja di sana," celetuk Leo yang mendengar keluhan Nathan. "Kalau merasa hidupmu selalu malang, pindah aja ke Solo," tambahnya.

"Bun*h orang dosa gak sih?" tanya Nathan pada dirinya sendiri.

"Kalau targetnya Leo, halal kok," ujar Aldira lalu menepuk-nepuk punggung Nathan, menyemangati.

Leo menatap tak suka dengan tingkah Aldira.

"Cepat guys! Jangan banyak drama," ketus Dito, dia berjalan tanpa menunggu yang lain.

"Tungguin ogeb!" teriak Salsa.

Mereka sampai ke tempat hilangnya Rini, suasananya benar-benar sepi, Rini tidak terlihat di manapun.

"Rini, luwak white coffe passwordnya apa?!" teriak Leo keras. Hening, tidak ada tanggapan.

"Teriaknya yang serius dong, nyet!" Salsa menjitak kepala Leo.

"Biar gak terlalu panik," jawab Leo, jujur saja hatinya ketar-ketir. Dia panik luar biasa, dan tentu saja bukan hanya dia.

"Bagaimana kalau kita berpencar siapa tau bisa ketemu," usul Aldira yang langsung disetujui oleh semua orang.

Aldira, Angga, Salsa, Leo dan Nathan kelompok satu. Kaivan, Dirga, Dito, dan Devin kelompok dua. Mereka sepakat untuk berpencar, kelompok Leo ke sebelah kiri, kelompok Dito ke sebelah kanan, mereka pun berpisah dan setuju untuk bertemu di tempat mereka berpisah.

***

"Riniii ... kamu di mana? Lambaikan tangan jika kamu tertekan," teriak Angga.

"Bagaimana kalau yang ngelambai neng kunti?" tanya Leo, mulutnya langsung ditutup oleh Nathan.

"We don't talk about Kunti Ti Ti Ti ... we don't talk about kuntii!" kata Nathan bernada.

"Syuutt, jangan berisik ... sepertinya ada sesuatu di atas sana," dengan sigap Leo menarik mereka ke balik semak-semak, tangannya menunjuk sesuatu yang duduk di atas pohon.

"Kunti?" cengo Nathan.

"Bukan, bapakmu!" ketus Aldira.

Salsa segera memberi isyarat untuk diam. Dia mulai menguping pembicaraan orang di atas pohon, karena suasana yang gelap dan sunyi, suara orang itu terdengar nyaring.

"Gadis mencurigakan tadi tidak terlihat, bos!" ujar orang berpakaian hitam tersebut, sepertinya dia sedang menelpon.

"Baik Bos! Akan kami cari keberadaannya dan langsung mengeksekusinya," kata orang itu lagi. "Siap laksanakan, bos!" lanjutnya.

Si Cewek GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang