***"Rini, udah bangun?" tanya Leo ketika mendapati Rini sedang memakan apel. Leo memang selalu gelisah jika meninggalkan Rini sendirian, makanya dia buru-buru kembali.
"Alhamdulillah, nih masih tidur," jawab Rini acuh, sudah biasa dengan pertanyaan konyol Leo.
"Mau apel lagi?" tanya Leo memecah keheningan kelas, dia menatap galak pada siswa lain, para siswa yang paham segara memalingkan muka, tidak ingin terlibat.
"Udah, kenyang."
"Mau gue ambilin minum?" tawar Leo, Rini hanya menggeleng.
"Kita ke kantor, gue pengen ketemu Ayah," ujar Rini.
"Yaudah ayo." Leo bersemangat, namun Rini masih bergeming dari kasur mininya.
"Tunggu apalagi?"
"Gendong gue, mager banget buat jalan," pinta Rini maksa. Leo hanya menghembuskan napasnya kasar.
"Sini Rin, biar gue yang gendong, Leo kayaknya masih capek," ujar Nathan yang baru saja datang. Rini bersorak riang.
"Dia punya kaki, jangan terlalu manjain tuh bocah tua, ngelunjak ntar," ujar Leo, membuat Rini cemberut.
"Udah gapapa, sesekali." Nathan segera menuju Rini, dan menyuruhnya naik ke punggungnya. Dengan senang hati Rini menuruti permintaannya.
"Kita ke kantor ya, mau ketemu Ayah," perintah Rini yang segera diangguki Nathan. Mereka bertiga segera meluncur.
Sepanjang koridor, mereka bertiga menjadi pusat perhatian, banyak yang terpesona dengan visual mereka, ada yang memuji ada yang mencibir, Rini tidak peduli.
Saat memasuki kantor, mereka disambut dengan tatapan tajam dari Ayah Rini. Nathab seketika merinding, dia merasa rambutnya dibelai oleh malaikat maut.
"Tangan mana tadi yang menyentuh, Rini?" suara dingin itu bertanya.
"Om ... anu itu, ini hanya salah paham," cicit Nathan pucat pasi, kakinya gemeteran, Leo dan Rini menahan tawa.
"Mau saya potong atau saya giling? Pilih salah satu," tanya Ayah Rini.
"A-ampun Om, Rini tolongin," ujar Nathan memelas menatap Rini meminta pertolongan, yang ditatap cuma acuh.
"Udah ah, jangan berisik lagi ... Yah, Rini mau pulang, pengen tidur." Rini kembali menguap, dia memang pemalas, benar-benar gadis pemalas.
"Silahkan, pulang saja anak Ayah yang cantik ... gak bakal ada yang larang. Ngomong-ngomong honey, kamu pulangnya ke rumah utama, udah lama kamu gak ke sana." Tatapan Ayah Rini memohon, karena tidak tega, Rini mengangguk.
"Baiklah. Oh iya, nanti malam ada pesta pergaulan kelas atas tidak?" Rini bertanya penasaran.
"Ada, ulang tahunnya pewaris keluarga Prameswari," jawab Ayah Rini sambil senyum-senyum, perasaan Rini tidak enak.
"Prameswari?"
"Iya, rekan bisnis Ayah, sekaligus sahabat baik ... anaknya berulang tahun hari ini dan nanti malam bakal diadakan party, seluruh keluarga pebisnis dan bangsawan diundang kok, emangnya Rini ada urusan apa? Tumben nanya-nanya." Pak Andra hanya heran, baru kali ini Rini bertanya tentang pesta para pebisnis, padahal selama ini Rini tidak tertarik sama sekali.
"Rini mau pergi," jawab Rini yakin.
"Apa? Ayah gak salah dengar, kan?" kaget Pak Andra.
"Gak, Rini serius. Tolong ayah siapin segalanya ... Rini mau pulang," ujar Rini lalu melenggang pergi diikuti Leo dan Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cewek Gesrek
HumorTentang cerita hidup gadis cantik minus akhlak beserta kawan-kawannya yang tak jauh beda. Baca aja deh sendiri, gak pandai buat deskripsi