Bab 33 - Sembunyi

294 11 0
                                    

“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah”

Aku wanita polos yang gampang kalian bodohi, aku wanita polos yang gampang kalian sakiti. Tapi—karena kalian aku menjadi wanita kuat yang bisa mengikhlaskan semuanya, meskipun hatiku menjerit.

“NAYA”

Mendengar ketukan pintu kamar aku menghela napas berat, mau apa laki-laki itu mengetuk pintu kamarku. Mengganggu saja, dengan rasa malas, aku beranjak menuju pintu dan membukannya.

“Ada apa Mas” tanyaku malas

“Besok saya sudah mulai kerja dan umi saya mau main ke sini, kamu harus pintar-pintar sembunyi—kan Almeera. Jangan sampai dia ketahuan!” katanya memberi tahu

“Iya Mas” balasku

“Jangan iya iya aja, awas aja sampai ketahuan juga, kamu akan tau akibatnya!” ancamnya lalu berlalu gitu aja

Lagi-lagi aku menghela napas, menuruti perintah darinya.

Bukalah matamu Mas. Ada hatiku yang selalu bersabar melihat perhatian kamu sepenuh kepada Almeera.

***

Keesokan harinya di pagi hari. Mas Abbas tidak habis-habisnya memperingatkan aku untuk menjaga Almeera.

“Ingat pesan saya Naya” peringatannya

“Iya Mas” jawabku

Pria itu beranjak dari kursi meja makan, bersiap pergi kerja.

“Sayang aku pergi kerja ya, ingat pesan aku! Kamu tidak boleh keluar kamar di saat umi aku datang ke sini, kalau ada keperluan lain tinggal kamu bilang sama Naya.”

“Siap Mas!”

Pria itu melengkungkan senyumnya sambil memberikan kecupan di dahi Almeera. Membuat aku pergi menuju dapur, tanpa melihat kemesraan mereka berdua membuat hatiku menjadi sengsara.

Tiap detik, menit, jam, hari terus berganti hati dan pikiranku selalu cape dengan penghianatan yang bahakan tidak pernah aku duga sama sekali.

Sampai kapankah, kamu memperlakukan aku seperti ini. Aku bagaikan Art, dalam rumah tangga kalian, tanpa menganggap keberadaan aku di sini.

“NAYA”

Aku menoleh kebelakangan. “Iya”

Almeera mendekatiku. “Apa kamu tidak marah sama aku” tanya tiba-tiba

Dahiku mengkerut bingung, “ kenapa aku harus marah sama kamu”

“Aku kan sudah mengambil Mas Abbas dari kamu” ujar Almeera

Aku tersenyum, meskipun senyum itu tak tulus dari hati. “ Aku nggak marah, yang seharusnya itu kamu yang marah sama aku, karena aku sudah merebut Mas Abbas dari kamu, kalian berdua sudah saling mencintai dan karena kehadiran aku membuat kalian tidak bisa bersatu” kataku

“Tidak Nay ini semua salah aku, kalau bukan karena—“ potongnya menunduk kebawah, mengusap perut buncit nya.

“Karena apa?” aku pun penasaran

Almeera menggeleng. “Bukan waktu yang tepat aku bicara sama kamu Nay”

“Karena sekarang waktunya yang tepat aku untuk kekamar sebelum umi Mas Abbas datang” lanjutnya.

Tanganku mengaruk tengku yang tidak gatal, bingung atas ucapan Almeera yang setengah tertunda membuat aku menjadi penasaran.

“Aku bantu ya” tawarku

Marry A MujahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang