Bab 31- Aku, Kamu Dan Dia

335 11 0
                                    

“Aku belajar ikhlas, aku belajar menerima meskipun hatiku menjadi korbannya”

-Naya Audiva

SUASANA di meja makan merasa canggung, dua istri di satukan dalam satu rumah. Aku hanya bisa ikhlas dan menerima semuanya meskipun hati aku sakit, melihat kemesraan mereka berdua.

“Mas sudah” kata Almeera menolak untuk di suapi lagi

Aku hanya bisa menunduk menahan air mata yang ingin jatuh. Nasi dan lauk dari setadi engganku makan, hanya aku aduk-aduk.

“Naya makanan nya nggak di makan? Masakan kamu enak loh” ucap Almeera

Aku mengangkat wajahku, “aku sudah kenyang” di akhiri senyuman

Melihat wajah Mas Abbas begitu senang menikmati makanan bersama wanita yang ia idamkan, berbeda waktu denganku.

“Aku permisi mau ke dapur” aku beranjak dari atas kursi, membawa piring bekasku makan ke dapur

Piring berserta makanan yang nggak abis aku taru di atas wastafel, rasanya hati aku benar-benar sakit. Tangaku menompang tubuhku yang mulai lemas, butiran-butiran air mata terus membasahi pipiku.

“Aku ingin pulang, hiks” lirihku

Kenapa lelaki seenaknya selalu menyakiti hatiku, padahal abahku tidak pernah menyakiti hati umi ku dulu. Kata orang pengghianatan laki-laki mungkin dari masa lalu ayah si wanita yang pernah menyakiti ibu nya dan karma kepada anaknya.

Tapi entahlah, setiap alur kehidupan seseorang berbeda-beda tidak ada yang bisa di tebak, kita sebagai manusia biasa hanya bisa menjalankan dengan hati yang sabar.

“NAYA” panggil Almeera dari belakang dengan cepat aku menghapus air mataku dengan tangan, perlahan membalikan tubuh.

“Iya kenapa Almeera?” tanyaku

“Kamu nggak papa?” tanya balik Almeera

Aku menyengir, “aku nggak papa ko” menggeleng pelan

“Oh ya sudah, hm aku mau cuci piring ya Nay”

Belum aku menjawab, seseorang lebih dulu menjawabnya. “Nggak usah biar dia aja yang cuci” titahnya

“Tapi Mas—” Almeera mendenggak

Aku menghela napas pelan, “ benar apa kata Mas Abbas, biar aku aja yang cuci piringnya” aku mengambil piring dari tangan Almeera

Almeera memajukan bibirnya, mengerutu tak suka di larang dengan Abbas.

“Jangan cemberut gitu, nanti tambah cantik” godanya

Melihat mereka berdua aku hanya bisa tersenyum tipis, mereka berdua seakan tidak tau apa yang sedang aku rasakan.

***

Selesai mencuci piring dan membereskan dapur. Kakiku melangkah keluar menuju ruang tengah, melihat Mas Abbas yang baru saja turun dari tanga membawa koperku di tangannya.

“Loh Mas koper aku mau di bawa ke mana?” tanyaku menghampiri Mas Abbas

Mas Abbas belum enggan menjawab pertanyaan, ia terus berjalan yang di ikuti olehku.

Krek

Sampainya di kamar tamu, Mas Abbas meletakan koperku di depan tempat tidur.

“Sekarang kamu tidur di sini”

“Di kamar tamu Mas?”

“Yaiyalah, kenapa nggak suka”

“Suka ko Mas”

“Yasudah bagus”

Aku tersenyum kecil, menyadarkan semuanya. Mas Abbas bangkit dari posisinya dan beranjak pergi keluar kamar.

“MAS!” sergahku

Mas Abbas berhenti melangkah, menoleh kepadaku. “Apa lagi” tanyanya

“Kamu adalah imam impianku, namun aku bukanlah makmum impianmu Mas” ucapku dengan lantang

Mas Abbas menarik sudut bibirnya sinis, ia tak menghiarukan ucapanku, lantas melangkah pergi begitu aja sedangkan aku hanya tersenyum miris.

Kamu mempunyai jiwa sosial yang baik dan kamu juga peduli dengan semua orang. Tapi, kenapa kamu begitu benci denganku. Kalau awalnya aku tau kamu mencintai wanita lain, aku tidak mungkin menerima dan merusak kebahagiaan mu. Kalau akhirnya kaya gini, aku lah yang kembali menjadi korbannya.

Aku tidak bisa berkutik dan berbuat apa-apa, aku seakan wanita yang hidup sendiri tanpa ada bayangan masa depan. Kamu membiarkanku tetap bersamamu, sedangkan kamu bersama wanita lain.

Kakiku melangkah menutup pintu kamar, tubuhku membelakangi pintu kamar, air mataku kembali jatuh tak henti-henti mengalir deras.

“Ya Allah, sakit. Hiks, hiks” lirihku

Batinku terus terisak. Rasanya sakit, namun tak berdarah!

Jika terus-terus begini, hatiku semakin hancur kondisiku semakin lemah. Tubuhku itu bagaikan ponsel, jika lemah tak di isi daya ia akan mati, sama hal nya sepertiku jika diriku lemah tak di isi daya dengan salat mungkin hatiku akan mati.

Aku butuh. Allah:)

***

Sehingga ketika dirasa kesedihan itu mendalam, tak lain dan tak salah adalah berdoa kepada Allah.

“Ya Allah engkaulah yang maha pengasih lagi maha penyayang engkaulah yang dapat membolak balikan hati setiap manusia. Sungguh hamba sangkat, mencintai suami hamba. Sedangkan suami hamba tidak mencintai hamba, berilah petunjuk untuk hamba. Jika suami hamba bukalah jodoh hamba lagi, ketuklah hatinya untuk melepas hamba agar hamba ikhlas membiarkan suami hamba dengan wanita impiannya. Jika suami hamba, benar untuk hamba, hamba ikhlas menunggu takdir yang kau berikan selanjutnya Ya Allah.”

“Aamiin” kedua tanganku pengusap ke wajah

Suara rintikan air hujan terjun bebas kebumi, aku bangkit dari atas sajadah berjalan menuju jendela.

“Hanya gerimis” kataku

“Niatnya aku mau berzikir, tapi tasbihku ke mana ya?” tanyaku, mengaruk kepala yang tak gatal

Aku baru ingat sekarang, tadi di saat aku mengambil alat salat di koper, aku tidak melihat tasbihku.

“Ke mana tasbihku” aku mencoba kembali mencari tasbihku di dalam koper masih dengan menggunakan mungkena

Semua baju di dalam koper aku keluarkan, tetap saja hasilnya nihil tidak ada. Apa mungkin ketinggalan di kamar atas.

Aku beranjak, mencoba menuju kamar atas untuk mengambil tasbihku. Setibanya aku di depan pintu kamar Mas Abbas, tanpa sengaja aku melihat adegan kemesraan Mas Abbas dan Almeera dari cela pintu yang terbuka dikit.

“Astagfirullahaladzim..” gumamku, langsung membalikkan tubuh dengan cepat

Tanganku mengangkat rok mungkena, segera melangkah pergi dari tempat yang membuat hatiku kian memanas. Aku kembali menutup pintu kamar dengan rapat, apa yang aku lihat tadi? Laki-laki yang kini aku cintai bermesraan dengan maduku.

Aku iri dengannya. Yang mendapatkan perlakuan hangat dari laki-laki yang aku cintai, aku sadar karena aku hanyalah bagian orang ketiga dari kebahagiaan kalian.

Bersambung...

Bagian ini pendek bangettt...:((
Entahlah aku bingung mau nulis gimana lagi, ya pokonya aku lagi butuh vote dari kalian dan dukungan...

Marry A MujahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang