SEPULANG dari danau aku dan Najwa menuju Masjid menjalankan tugasku ngajar mengaji anak-anak sekali gus menjadi guru untuk mereka. Kali ini aku ngajar mengaji di temani dengan Najwa, karena di hari minggu ini Najwa libur ngajar di sekolah dasar menjadi guru umum.
Dulu masa SD kami mempunyai cita-cita yang berbeda, aku ingin menjadi dokter dan Najwa ingin menjadi guru. Salah satu dari kami berdua, hanya Najwa yang tercapai cita-citanya karena ekonomi kedua orang tuanya mencukupi. Berbeda dengan orang tua ku selalu kekurangan ekonomi membuat biyaya menjadi penghalang mimpiku.
Meskipun abah sempat mengusahakan kerja keras agar aku bisa kuliah dengan jurusan kedokteran biyaya yang menurutku cukup besar, membuat aku menolak penawaran dari abah, hanya tidak ingin menambah beban abah yang sudah cukup banyak untuk membayar hutang umi dan Fikri waktu masuk rumah sakit. Jadi aku memutuskan untuk kerja agar meringankan beban abah.
Aku melihat dari kejauhan anak-anak yang biasa mengaji denganku, sedang bermain di pelataran Masjid. Mereka semua begitu antusias atas kedatangan aku dan Najwa, sampai mereka selalu datang tepat waktu dari pada aku.
“Assalammualikum.. Anak-anak” sapa salam aku dan Najwa ke anak-anak
“Waalaikumsalam, teh Nay dan teh Najwa” serentak mereka menjawab
“Kalian sudah salat ashar belum?” tanyaku dengan lembut
“Sudah teh Nay” seru mereka
“Alhamdulillah.. Ngajinya kita mulai abis teh Nay dan teh Najwa salat ashar ya, kalian main di sini aja jangan ke mana-mana. Ok!” pesanku, menyatukan jari jempol dan telunjuk berbentuk O
“OK!”
Aku dan Najwa mulai melangkahkan kaki menuju tempat wudhu wanita untuk mesucikan diri. Selesai wudhu kami berdua pun hendak menuju tempat beribadah, mengambil dua pasang mungkena Masjid untuk kami berdua pakai.
Kami berdua pun melaksanakan salat ashar dengan khusyuk. Selesai salat kami berdua merapikan mungkena yang kami gunakan dan kembali menaruhnya ke tempat penyimpanan.
“Teh Nay kami semua dapat buku kisah Nabi dari kakak ganteng loh” seru mereka semua mengancungkan buku kisah Nabi kepadaku yang baru datang
“Kakak ganteng siapa?” dahiku mengkerut bingung
“Itu loh teh Nay wajah kakak nya ganteng banget” jawab Abizar polos
Aku menoleh Najwa, namun Najwa malah cengengesan, “Maksud teh Nay nama kakak gantengnya siapa?” tanya Najwa
Mereka semua saling menoleh satu sama lain, bertanya dengan temannya satu sama lain membuat menimbulkan suara keramaian.
“Ssttt..” aku menempelkan jari telunjuk di bibir, jeda selanjutnya, “Jadi nama kakak gantengnya siapa?” tanyaku sekali lagi
Mereka menggelengkan kepala, “Kami nggak tau teh Nay” mereka menjawab serentak
“Tapi kakak gantengnya lagi mengambil air wudhu ko teh Nay, kayanya mau salat deh” kata Putri salah satu muridku berusia tujuh tahun
“Oh iya sudah nanti teh Nay temui kakak itu untuk bilang terima kasih banyak, karena sudah memberikan buku kisah Nabi untuk kalian, tapi kalian sudah bilang terima kasih belum sama kakak itu” ucapku tersenyum antusias
“Sudah teh Nay” seru mereka serentak menjawab
Aku merasa tidak enak dengan muridku, bertahun-tahun aku ngajar ngaji mereka. Aku belum bisa memberikan hadiah berupa buku kisah Nabi. Justru orang yang bahkan mereka tidak kenal, memberikan buku secara langsung. Aku rasa Allah telah menitipkan orang baik kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Teen FictionSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...