Bab 20 - Retak

278 9 0
                                    

HARI ini tepat satu bulan pernikahanku dengan Mas Abbas dan semoga bulan yang akan datang membawa keberkahan untuk rumah tangga aku agar tidak ada masalah apa pun dan cukup hari-hari kemarin aku merasakan sakit hati terlalu banyak dengan sikap aneh suamiku yang bahkan sampai sekarang pun belum terbukti penyebabnya apa.

“Mas kamu kenal bu Marwah kan?” tanyaku detik-detik Mas Abbas sedang memakai dasinya.

“Kenal” jawabnya tetap fokus dengan aktivitasnya.

“Kemarin dia main ke sini bawa in bolu yang semalam kamu makan” aku pun memberi tau dengan wajah semeringah

Namun Mas Abbas hanya membalas Oh itu pun singkat, padat, dan jelas tanpa ekspresi pula lagi. “Gimana Mas bolu nya enak kan” tanyaku lagi

“Enak”

“Berarti kalau Mas suka nanti Nay minta ajarin sama bu Marwah” ucapku antusias, jeda selanjutnya. “Oh, iya Mas kamu tau nggak kisah pilu bu Marwah yang merindukan anaknya” aku pun penasaran

“Tau”

“Kasihan ya Mas mana bu Marwah punya anak gadis satu-satunya terus meninggal karena melahirkan aku nggak bisa bayangi deh gimana nasib anaknya tanpa ibu” aku sedikit merenungkan sambil menunjang kepadaku dengan tangan di atas meja rias

Aku mendengus sebal karena menyadarkan Mas Abbas sudah tidak berada di dalam kamar. Aku nggak habis pikir suami seperti dia! Sudah tau aku sedang merenungkan, bercerita, malah di tinggal pergi gitu aja. Emang dasar suami nggak punya hati.

***

Seperti kemari aku bilang ingin menyelidiki tentang Mas Abbas dan siang ini waktu yang tepat untuk aku beraksi menuju kantor dan markas relawan Mas Abbas.  Aku pun segera bersiap memakai pakaian rapi sambil menunggu taksi Online yang ku pesan datang.

Hingga sepuluh menit berlalu aku pun bergegas turun dari kamar berjalan santai menuju luar dan pas tepat aku keluar akhirnya taksi Online datang, langsung aku buru-buru melangkah masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan aku hanya diam dan menatap kosong keluar jendela mobil dan pada akhirnya ban mobil berhenti tepat di depan kantor kerja Mas Abbas.

Aku memberikan uang untuk membayar taksi Online. “Terima kasih, Neng” kata si bapak supir taksi yang sudah menerima uang

“Iya sama-sama Pak” jawabku lalu aku melangkah keluar mobil

Ini baru pertama kali aku menuju kantor Mas Abbas sebelumnya aku tidak sama sekali tau di mana letak kantor Mas Abbas dan kalau bukan umi mertuaku yang memberi taunya tidak mungkin aku tau.

Seperti siang ini sudah waktu jam istirahat para karyawan kantor. Karena sudah jelas terlihat semua karyawan keluar berhamburan, aku pun melangkah lebih hati-hati agar tidak ketahuan Mas Abbas.

Seorang satpam menahan aku masuk ke dalam. “Maaf bu orang lain di larang masuk kecuali ada keperluan penting” peringatan Pak Satpam yang menjaga di depan pintu kantor.

“Maaf Pak, saya ke sini ada keperluan penting dengan Pak Abbas apa beliau ada di dalam” ucapku

“Oh Pak Abbas belum lama keluar kantor untuk makan siang bu” ujar Pak Satpam

Marry A MujahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang