Bab 18 - Tidak Di Hargai

231 10 0
                                    

TAK terasa motor metic Najwa sampai di sebuah gerbang rumah yang di bilang mewah. Najwa sengaja menekan klakson motor, sampai terdengar suaranya menggema membuat Pak Satpam di dalam buru-buru keluar dan membuka gerbang dengan lembar.

“Terima kasih, pak” ucapku dengan ramah

Motor metic Najwa kembali di lajukan, memasuki gerbang, sampainya motor mendarat dengan halus di halaman rumah. Aku pun turun dari motor membuka helm dan kembali memberikan kepada Najwa.

“Masuk dulu yu” titahku

“Nggak deh Nay, aku mau langsung pulang aja, mau istirahat besok kan sudah mulai ngajar” tolak Najwa halus

“Oh, iya sudah nggak papa, lain kali aku main ke kosan kamu ya” ujarku

“Ok, Nay aku tunggu” Najwa membulat jari jempol dan telunjuk berbentuk huruf o .“Aku pamit ya, dahh. Assalamualaikum..” pamit Najwa di akhiri salam

“Waalaikumsalam hati-hati” jawabku

Buru-buru Najwa menyalahkan mesin motor dan menancap gas meninggal halaman rumah, hingga kembali keluar gerbang.

Tangan kanan dan kiriku membawa dua kantung belanja yang tak sabar ingin aku masak makanan kesukaan Mas Abbas. Aku melangkah masuk ke dalam, bergegas menuju dapur, menaruh dua kantung belanja di atas meja dapur, mengeluarkan sayuran dan buahan dari kantung belanjaan.

Tring...

Pemberitahuan pesan dari ponselku terdengar, aku langsung mengambil ponsel di dalam saku gamis dan membuka layar ponselku.  Aku tersenyum melihat umi Fatimah sudah mengirim sebuah foto resep makanan kesukaan Mas Abbas.

Pesan Whatsapp from umi Fatimah.
    
Photo
Bahan-bahan makanan.

“Ini bahan makanan kesukaan Abbas”

“Terima kasih, mi”

Setelah membalas pesan tersebut, aku meletakan ponsel di atas meja, mencuci tangan terlebih dahulu baru aku memakai celemek dan mulai masak makanan kesukaan Mas Abbas.

Hingga lima belas menit kemudian makanan yang aku masak sudah matang, aku menghidangkan beragam macam makanan di atas meja makan dengan rapi dan memutuskan untuk ke kamar membersihkan tubuh, melaksanakan salat ashar yang sempat tertunda sebentar.

***

"Shadaqallahul Adzim"

Aku menyudahi membaca Al-Qur'an pada ayat terakhir. Menyadari ada seseorang di depanku berdiam diri di pintu dan langsung aku menutup Al-Qur'an lalu menciumnya.

Beranjak dari atas sejadah untuk menaruh kembali Al-Qur'an di tempatnya. Pria itu berjalan nyelonong tanpa menghiraukanku, kemudian aku menghampiri Mas Abbas yang sedang membuka kancing bajunya.

“Mas mau mandi atau makan dulu” tanyaku

“Mandi” jawabnya singkat

“Aku siapkan air hangat ya” tawarku

“Nggak usah” tolak Mas Abbas

“Udah nggak papa Mas aku siap kan bentar” balasku kekeh ingin menyediakan segala keperluan suami, agar aku tidak di katai istri tidak berguna lagi.

Marry A MujahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang