AKU masih setia duduk di kursi meja makan menunggu suamiku yang belum kunjung datang. Sekalian aku mengecek jam dinding sudah menujukan pukul 17:50 wib, tumben banget Mas Abbas jam segini belum pulang biasanya jam 4 atau jam 5 ia sudah pulang atau mungkin ke jebak macet.
Di karena waktu magrib hampir tiba, aku bergegas menuju kamar, bersiap untuk melaksanakan salat magrib. Setibanya di kamar, aku lantas mengambil mungkena di lemari, barulah aku menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Selesai mengambil air wudhu, aku melangkah keluar kamar mandi. Lalu memakai mungkena dan mengelar sajadah. Kemudian melafazkan niat salat magrib, barulah memulai salat dengan membaca takbiratul ikhram.
Setelah salam terakhir. Aku mengusap kedua tangan ke wajah lalu mengangkat kedua tanganku dan berdoa.
“Ya Allah, aku memohon kepadamu kebaikan seluruhnya untuk sekarang atau esok, baik yang aku tahu maupun yang aku tidak tahu, dan aku memohon perlindungan kepadamu dari semua keburukan untuk sekarang atau esok, baik yang aku tahu maupun yang aku tidak tahu, dan aku memohon kepadamu surga dan semua hal yang mendekatkanku kepadanya, baik ucapan maupun perbuatan. Aku memohon perlindungan kepadamu dari api neraka dan apa yang dapat mendekatkan kepadanya, baik ucapan maupun perbuatan. Aku memohon kepadamu kebaikan, sebagaimana hambamu memohon dan Rasulmu Muhammad SAW. Aku memohon perlindunganmu seperti hambamu memohon dan Rasulmu Muhammad SAW. Aku memohon kepadamu agar apa yang Engkau putuskan kepadaku akhirnya menjadi terang berkat rahmatmu wahai Zat yang lebih belas kasihan daripada orang-orang yang belas kasihan.’’
“Aamiin” aku mengusap kedua tangan ke wajah
Aku yang masih dalam keadaan duduk, melirik jam dinding sudah menujukan jam 18: 10 menit belum terdengar suara mobil Mas Abbas pulang.
Sambil menunggu Mas Abbas pulang, alangkah baiknya aku mengambil Al-qur’an di atas nakas untuk aku baca, agar hati lebih adam dan tidak gelisah
***
Kini aku terlihat tampak gelisah dari setadi karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 WIB, sampai sekarang pun Mas Abbas belum kunjung datang. Aku mencoba untuk telepon Mas Abbas, malah mendapatkan jawaban dari mbak operator.
Aku masih saja gelisah, kaki aku melangkah mondar-mandir di depan pintu rumah. “Kenapa ya Mas Abbas jam segini belum pulang?” tanyaku
“Oh iya aku baru ingat” aku menepuk dahiku dengan tangan, jeda selanjutnya. “Aku kan punya nomornya Nana” ucapku langsung menghidupkan layar ponsel, mencari nomor Nana untuk di hubungi.
Terhubung..
“Assalammualikum”
“Waalaikumsalam bu”
“Maaf ya Nana, malam-malam aku telpon kamu”
“Oh iya nggak papa bu, kalau saya boleh tau ada apa ya bu”
“Saya hanya mau tanya, malam ini apa di kantor lagi ada yang lembur ya?”
“Hari ini nggak ada jadwal lembur bu untuk staff kantor, emangnya kenapa bu”
“Nggak papa ko, jadi semua staff kantor pulang jam empat?”
“Iya bu benar”
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Fiksi RemajaSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...